Selamat Membaca📖
Paginya, Tasya bangun dari tidurnya. Dia masih belum belum percaya kejadian semalam.
"Aku pikir mimpi, nyatanya engga," Tasya memungut kembali kartu sim-nya. Dia berjalan lunglai dan mengambil Handphone juga tasnya.
Sebelum pergi, tak lupa ia menyalami kedua orangtuanya. Ya... Tasya memang belum berniat cerita. Ia takut, takut orangtuanya salah paham. Jadi, ia cukup memendamnya sendiri.
Tasya akhirnya pergi, ia berjalan ke sekolah yang memang tak jauh. Selama di perjalanan, ia menimang-nimang keputusannya.
"Apa yang harus aku lakukan?" Tasya terus menggerutu. Entahlah, ia juga tidak mau dalam posisi seperti ini.
Ia bingung, harus pada siapa berbagi. Aldo? Tomi? Jerry? tentu tak mungkin. Vega? ahh, dia saja selalu sibuk berkutat dengan buku-buku itu. Fras? Kate? tidak mungkin. Tasya pernah bercerita pada mereka, dan kalian tau? Tasya malah semakin bingung dan terus disalahkan. Memang, itu tak enaknya curhat pada teman perempuan.
-----------------------------------------------------
Seusai pulang sekolah, Tasya menyempatkan mampir ke penjual kartu perdana. Ia hendak membeli nomor baru. Maklum, semalam ia mematahkan kartu sim-nya.
Setelah sampai di rumah, ia mulai memasangnya. Beruntung, kontaknya tidak hilang. Karena, ia menyimpan kontak di telepon, bukan kartu.
Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Tasya berniat menelepon Deo.
1 kali... 2 kali... 3 kali... 4 kali.. Deo tak menjawab panggilan Tasya.
"Hufh.." Tasya menghela napas. Ia akhirnya berniat untuk mengirim pesan singkat, berharap panggilannya dijawab.
Deo, ini aku Anas. Terima panggilanku ya.
Send
Seusai mengirim pesan singkat itu, Tasya melihat ada panggilan dari Deo. Akhirnya Tasya menerima panggilan itu.
"Halo, Deo. Ak----" belum sempat Tasya selesai berbicara, Deo langsung memotongnya.
"Lo ternyata, Nas. Gue kira siapa?"
"Iya, Deo. Kamu apa kabar?" Tanyanya sedikit berbasa-basi.
"Gue, baik kok. Tapi, gak sebaik kalau ada lo," Tasya tersenyum mendengarnya. Lalu, mengalihkan pembicaraan ke inti permasalahan.
"Aku mau nanya, Deo. Boleh gak?"
"Boleh lah, buat lo apa yang engga?" Tasya terkekeh kecil mendengar jawaban Deo.
"Aku... aku mau curhat, boleh?" Terdengar kekehan dari Deo.
"Ya ampun, Nas. Lo kaya sama orang lain aja,"
"Iya habisnya, aku gak ada teman curhat,"
"Temen sekolah?"
"Kamu gak mau dengar ya?"tanya Tasya lesu.
"Ya gak lah, gue merasa special aja gitu. Secara lo kan sama gue baru kenal waktu OSN,"
"Hem... ini berat, Deo. Aku bingung mau cerita sama siapa, temenku pada jahat,"
"Oke oke, mulai gih, gue dengerin,"
"Jadi gini, aku itu sebenarnya gak asli Yogya. Aku aslinya dari Jakarta. Cuma, papaku rotasi kerja, jadi aku ikut pindah Ke Yogya. Nah, Jadi dari dulu aku udah punya teman dekat, kita berlima. Kita itu masih berhubungan, sampai akhirnya beberapa bulan ini engga. Kamu tahu kan Deo, gimana sibuknya persiapan dari OSK-OSN?" cerita Tasya panjang.
"Iya, gue tahu. Sibuk banget,"
"Nah, itu dia. Temenku gak percaya hal itu. Dia bilang, aku bohong. Dia juga sempat ngatai aku bego. Yah... emang sih, waktu SMP aku anak yang malas. Tapi, kan aku udah berubah sejak SMA. Ini juga demi permintaan orangtua, apa salah aku ikutan OSN? apa salah kalau aku berubah? dan kamu tahu Deo, yang lebih parahnya lagi, aku udah minta maaf dan coba ngejelasin. Tapi, dia malah marah dan memaki aku terus, ya aku gak terima aku matiin deh terus aku patahin kartu SIM-ku, itu sebabnya aku pakai nomor baru,"
"Pantes pakai nomor baru. Itu temen lo, udah dijelasin baik-baik? terus masih marah?"
"Iya, Deo. Aku bingung sekarang, apa aku minta maaf lagi?"
"Tunggu, tadi bukannya lo berlima berteman? temen lo yang 3 lagi juga marah?"
"Engga, Deo. Yang marah cuma satu orang, 3 lainnya fine-fine aja,"
"Kenapa gak minta bantuan mereka bertiga? gue rasa mereka bisa bantu lo?"
"Aku gak yakin, Deo. Secara mereka itu deket banget sama dia. pastilah bakal belain temenku itu, bukan aku,"
"Emang lo udah coba?"
"Belum..."
"Nah, yaudah coba gih, gue yakin mereka bisa bantu lo. Toh lo juga gak bohong dengan alasan itu. Selama lo belum mencobanya, lo gak bakal tahu, itu bakal berhasil atau engga,"
"Oke deh, Deo. Makasih banyak atas sarannya, maaf banget ganggu kamu,"
"Slow down, Nas. Gue dukung lo selalu," jedanya, kemudian lanjut lagi,
"Iya, makanya coba. Selamat mencoba, semoga berhasil, " tambah Deo."Eh.. Iya, makasih ya Deo. Maaf ini aku mau matiin dulu, mau nelpon mereka,"
"Oke, Bye..."
"Bye, Deo,"
Tut.. tut.. tut..
Tasya mematikan panggilan, dan berniat menghubungi teman SMP-nya.
"Hufh... akhirnya sedikit lega, semoga Aldo, Jerry sama Tomi bisa bantuin," Tasya berucap dengan nada memohon.
TBC
Selasa, 13 Februari 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Roman pour Adolescents[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...