Selamat membaca, jangan lupa Vomment untuk part ini🙏
"Xel, lo kemana aja sih semalam?"
"Gue udah nyari lo, lo-nya aja yang gak keliatan,"
"Gue di dalam, Xel. Masa sih kita gak ketemu?"
"Iya,"
Tut!
Vani mematikan sambungan telepon itu. Kini dia sadar apa yang seharusnya ia lakukan. Vani masih berada di taman setelah kejadian Tasya memergokinya bersama Deo untuk menunggu Exel.
***
"Apa?" dengan nada ketus Exel memehuni permintaan Vani. Setelah mematikan sambungan telepon tadi, Vani memanggil Exel lagi untuk mengajaknya ketemuan sore ini. Sejujurnya Exel benci dengan sifat yang bisa dikatakan kekanak-kanakan seperti itu."Lo kenapa sih Xel? sensian terus ke gue?" tanya Vani setibanya mereka di bangku taman.
"Engga apa-apa," balas Exel singkat.
"Tuhkan! lo singkat bener jawabanya. Lo kenapa? bilang sama gue, biar gue tau memperbaiki," balas Vani masih dengan nada rendahnya.
"Gak ada," sesungguhnya Exel masih terbayang dengan seorang pria yang berduaan dengan Vani waktu di pesta itu.
"Oke, gue paham, lo emang gak mau banyak ngomong orangnya," akhirnya mereka berdiam diri, tak ada lagi percakapannya yang ada hanya suara kendaraan yang terdengar. Hingga kedua remaja itu berbicara lagi.
"Xel?" yang dipanggil langsung bergumam.
"Menurut lo apa sih artinya dari kedekatan kita ini? lo tau gak? gue tiap hari mikir sebenarnya kita ini apa?" tanya Vani tiba-tiba yang membuat Exel jadi kebingungan memberi jawaban apa.
"Gue juga bingung, Van." balas Exel jujur. Toh pikirannya sekarang memang sedang kacau, jadi wajar bukan dia bingung.
"Apa sih maksud lo, Xel?! Lo bisa gak sih tegas? gue udah bela-belain lo, apa-apa pasti gue ke elo. Tapi, ini balasan lo?" bentak Vani pada Exel. Hal ini membuat Exel jadi tak enak hati.
"Gue belum yakin sama--" jawaban Exel terpotong. Vani tak mau mendengarkan jawaban Exel.
"Cukup! gue ngerti, Xel. Bagi lo mungkin gue cuma mainan yang bisa lo talik ulur. Tapi, ada yang perlu lo tahu, Xel. Semalam gue cariin lo, tapi lo kemana hah?! lo gak pernah hargain gue, gue capek, Xel! gue panik cariin lo semalam!" seru Vani yang sudah emosi. Gagal sudah pertahanan Vani untuk tidak emosi. Entahlah, Vani benar-benar tersulut emosi. Baru sejam yang lalu ia stres karena sudah mengecewakan sahabatnya, dan kini Exel malah menambah pikirannya.
"Van, denger dulu gue juga--- panggil Exel untuk membujuknya.
Trak!
Vani bangkit dari duduknya. Ia pergi meninggalkan Exel. Exel menyadari hal yang salah, dia pun mengejar Vani.
"Van!!" teriaknya kencang. Vani tak memedulikannya, ia terus berlari kencang hingga Exel tak menemukannya lagi.
Bruk!! Vani menabrak seseorang
"Lo kenapa?" tanya orang itu pada Vani khawatir.
"Gue---" karena merasa tak dihargai, akhirnya Vani menangis di hadapan pria yang tadi ia tabrak. Vani menutup wajahnya dengan telapak tangannya.
"Gue gak tau harus buat apa lagi, sepertinya ide kita gak perlu dijalankan," isaknya di hadapan pria itu.
"Kenapa?"
"Dia gak peduli sama gue! Percuma gue mau manasin dia, dia gak bakalan cemburu, semuanya udah jelas." Deo jadi bingung sendiri. Ia ingin memberi ketenangan pada gadis yang belum lama ia kenal, namun ia sungkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Ficção Adolescente[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...