Selamat membaca 📖
Keesokan paginya, Vani dan Jerry belum saling bicara. Lebih tepatnya, Vani yang enggan berbicara dengan Jerry.
Pagi hari sewaktu ingin memasuki kelas, Vani dicegat oleh Jerry. Entah Kekuatan dari mana? sampai ia berani menarik tangan Vani sampai ke belakang sekolah.
Vani memberontak, dia tak mau ikut. Namun, ia juga enggan untuk mengatakannya, ia sendiri masih kesal dengan Jerry. Akhirnya, dengan paksaan dan tenaga lebih untuk membawa Vani, Jerry berhasil.
"Van..." Panggil Jerry setiba di taman. Mereka berdua sedang duduk di bangku taman.
Tidak ada respons.
"Oke, gue paham apa yang lo rasain. Maaf gue salah. Tapi, lo salah arti sama perkataan gue kemaren,"
"Maksud lo apa Jer? lo ngaku salah tapi, lo bilang gue salah arti sama omongan lo. Lo nyalahin gue, gitu?"
"Bukan, Van. Maksud gue gak gitu. Maksud gue, kita bisa bicarain ini baik-baik kan, gak harus pakai emosi," Jelas Jerry lembut.
Vani malah menangis.
"Kalau lo sedih, pakai bahu gue aja. Bahu gue selalu ada buat sandaran lo," Vani menyandar di bahu Jerry.
Sambil terisak, Vani mulai mendongakkan kepalanya dan berkata...
"Maafin gue, Jer. Sebenarnya gue udah bohongin lo. Gue yang gak jujur cerita soal sebab si Tasya marah,"
"Maksud lo Van?"
"Gue cuma cerita setengah, setengahnya lagi lo gak tahu, Jer. Gue udah buat si Tasya sakit hati," lirih Vani sambil menghapus air matanya.
"Udah... jangan nangis lagi, nanti gue bilangin sama Tasya,"
"Makasih, Jer. Lo emang yang paling peduli," Vani menyandarkan kepalanya pada bahu Jerry lagi.
Di belakang bangku taman, ternyata sudah ada Aldo yang berdiri di sana.
"Ehkmm..." Aldo berdehem minta diperhatikan.
Jerry dan Vani menoleh.
"Lo ngapain, Do?"
"Harusnya gue yang tanya, Jer. Bukan, lo!"
"Lo kenapa sih, Do?" tanya Vani pada Aldo.
"Gue? gue gak kenapa-kenapa kok. Gue cuma butuh penjelasan dari lo berdua," balas Aldo setenang mungkin.
"Apaan? lo jangan buat kita- kita penasaran," balas Jerry.
"Lo gak tahu, apa pura-pura gak tahu? huh?!" Aldo mulai nyolot.
"Kemaren Tasya nelpon gue, dia sedih banget. Dia udah ceritain hal sebenarnya," balas Aldo mengintimidasi.
"Maksud lo apa? jelas kalau ngomong!" kini Jerry yang mulai nyolot.
"Tanya sama 'dia' kalau lo mau tahu," Aldo menunjuk Vani.
"Gu-e? kenapa gue, Do?" tanya Vani sempat terbata.
"Gak usah bohong, lo jujur aja keburu gue marah nih!" Aldo menunjuk Vani.
"Lo gak usah nunjuk gitu! gak pantas!" Jerry tersinggung Vani ditunjuk dengan jari telunjuk dan mata melotot.
"Harusnya lo tanya dia, Jer. Lo tahu kan si Tasya itu anaknya gimana? dia itu pindah ke sekolah tingkat Interasional, dan lo Van, lo malah buat dia sedih. Pake ngatain 'sekali bodoh tetap bodoh' belum lagi lo bilang di nipu?! heh?! coba lo liat mikir dulu sebelum ngomong," Aldo sudah sangat marah melihat Vani yang pura-pura tak tahu.
Vani malah menagis, semakin menangis saat kedua temannya itu saling adu.
"Santai dong ngomongnya, gak usah pakai otot, bisa?!" Jerry mencoba tenang namun, gagal.
"Santai? gue dari awal udah santai ya, lo aja yang buat gue harus marah-marah gini!" Aldo tak terima.
"Jadi mau lo apa?!" gertak Jerry.
"Gue mau dia ngaku, dan sekarang telpon Tasya," balas Aldo masih dengan wajah emosi.
"Gue gak ngerti Do..." Vani terisak-isak menjawabnya.
"Masih gak mau ngaku juga? hah?!" Aldo semakin panas.
"Jangan kasar sama cewek!" balas Jerry tak terima sambil mendorong bahu Aldo.
"Oh.. lo belain dia? mau bantuin dia?" Aldo terlihat sinis.
"Iya kenapa emang!"
"Oke, ternyata ini sebabnya lo berdua diamin masalah itu, dasar!"
"Lo kenapa nyolot banget sih, Do? lo gak tahu apa-apa," ucap Vani lemah.
"Gak tahu apa-apa?! harusnya lo bilang ke Jerry kaya gitu, makanya dia masih belain lo," Aldo menyindir.
"Udah... udah.. gue gak mau dengar lagi," Vani mulai menutup kedua telinganya dengar tangannya.
Melihat itu, Aldo menarik tangan itu agar Vani mendengarkan ia lagi.
"Buka telinga lo lebar-lebar!" Aldo menarik tangan Vani agar terlepas untuk menutup telinganya.
Bugh.....
"Jangan kasar sama cewek, gue gak suka!" Jerry mulai mendorong Aldo sampai ia hampir kehilangan keseimbangan.
"Kenapa lo belain dia banget? huh?! lo suka?! cih!!" Aldo mulai jijik dengan sikap Jerry.
"Salah emang kalau gue belain?!" Jerry tak mau kalah.
"Iya, lo terlalu memihak, Jer. Lo gak tahu aja!" balas Aldo.
"Emang lo kira, lo gak memihak? hah?! lo suka Tasya?!" Jerry membalikkan pertanyaan pada Aldo.
"Sorry gue bukan tipe cowok yang mudah baper kaya lo," tunjuk Aldo pada Jerry.
"Maksud lo apa?! hah? lo ngatain gue?!" Jerry sudah naik darah.
"Emang kenyataannya kan, liat sekarang lo suka sama Vani kan, makanya lo bela-belain dia mati-matian," Aldo terlihat meremehkan.
"UDAH!!! CUKUP!! Gue gak mau dengar lagi omongan lo bedua!" Vani berlari meninggalkan Aldo dan Jerry
"HAH!!" Jerry berteriak sambil menjambak rambutnya.
Akhirnya Jerry mengejar Vani, dan Vani masih sama. Ia sama sekali tak mau berhenti sampai Sekarang.
Ke mana kaki ini akan berhenti? Vani berlari meninggalkan mereka.
TBC
Sabtu, 10 Maret 2018.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Fiksi Remaja[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...