Selamat Membaca😊
Part ini sesuai permintaan dari kak malapalas semoga terjawab ya kak pertanyaannya 🙏
***
"Kok bisa?" tanya Aldo tak percaya. Tasya terkekeh pelan, lalu ia mulai menjawab."Bisalah, aku udah pulang. IGeOnya udah berakhir,"
"Wih.. lo kok gak bilang-bilang, Sya? " Aldo cemberut.
"Namanya juga kejutan, mana boleh dikasih tau dulu,"
"Jadi gimana? lo juara kan, Sya?" kini Jerry yang bertanya dan Tasya hanya menggaguk mantap menanggapinya.
"Gila!! lo dapat medali apa, Sya?"
"Bronze medal, Van. Seru banget, Van. Waktu pelatnas, aku sering liat anak TOBI. Andai kamu ikutan Van, kalau kamu ikutan pasti cocok, kamu pasti bakalan masuk, Van. Apalagi anak TOBI kan berhubungan banget sama kedokteran, kamu kenapa gak ikutan Van? sayang banget loh," Tasya bukan maksud menyombongkan diri, dia hanya ingin Vani ikut karena memang berpotensi.
"Iya sih, Sya. Aku sebenarnya pengen ikutan. Tapi, kamu tau sendiri kan, kalau masuk OSN itu gak murah?" Tasya menyesali ucapannya. Jujur saja, ia bukan bermaksud membuat Vani semakin down. Tapi, ia hanya ingin sahabatnya itu mengembangkan potensinya. Vani menjeda kalimatnya sebentar, lalu lanjut lagi berkata,
"maksud gue, gak murah dalam hal biaya. Gue akui emang gue pengen ikutan IBO sejak tamat SMP, malah sejak SMP gue pengen ikutan IJSO. Tapi, lo tau sendiri kan, Sya biayanya gak murah?" Tasya lagi-lagi hanya mengangguk."Van, maksud aku gak gitu, aku bukan bermaksud buat kamu down," Tasya tak enak hati karena mengungkit masalah ini.
"Gak papa, Sya. Gue ngerti lo pengen gue ada di sana kan?" Tasya tersenyum.
"Masuk OSN itu butuh biaya besar, apalagi kalau sampai masuk pelatnas dan sampai jadi kontigen IBO. Biologi itu butuh praktik yang banyak, gak cuma teori atau cuap-cuap belaka. Gue gak sanggup kalau harus ngeluarin biaya sebanyak itu. Belum lagi buku olimpiade biologi yang banyak serinya, mahalnya gak setengah-setengah. Satu seri buku aja harganya sampai enam ratus ribu, gimana caranya buat gue ikutan kalau gitu?"
"Udah Van, kamu gak perlu lanjutin, aku minta maaf," Tasya sangat menyesali pertanyaan tadi. Sementara Jerry, Aldo dan Tomi hanya terdiam tanpa mau ikut campur, takut salah bicara.
"Kan udah gue bilang gak papa, Sya. Lo kaya sama siapa aja seganan gitu," Vani menepuk pundak Tasya. Lalu, Vani melanjutkan lagi perkataannya.
"Dulu gue pikir, masuk OSN dan antek-anteknya itu mudah, nyatanya enggak. Gimana caranya mau lolos kalau belajarnya sedikit? belajar OSN itu kan jauh beda sama belajar pelajaran sekolah. Banyak buku-buku pendukung, alat-alat praktikum, bahan-bahan percobaan. Gue gak mau ngerepotin Mama gue, Sya," ahh Tasya sungguh menyesal. Kini Vani semakin kelihatan sedih.
"Van, kenapa kamu gak bilang dari dulu? kamu bisa bilang ke kita-kita, kita pasti bakal bantuin kamu, yakan guys?" Jerry, Aldo dan Tomi hanya menganggukan kepala tanpa mau berkomentar lebih.
"Gue gak mau repotin kalian,"
"Kamu sama sekali gak ngerepotin, Van. Dulu kamu kan sering bantuin kita-kita. Jadi, udah sepantasnya kita saling bantu," tanpa sadar, mata Vani mulai berkaca-kaca. Tasya memeluk Vani untuk memberi ketegaran di sana.
"Makasih banyak, tapi gue bener-bener gak tega buat uang tabungan kalian habis hanya karena gue,"
"Kita ikhlas kalau memang itu alasan lo. Gue gak tau aja kalau lo emang mau ikutan. Mulai nanti, kalau ada olimpiade sains lo harus ikutan, nanti kita beliin bukunya," kata Aldo mencoba menengahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Roman pour Adolescents[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...