41-Kemah

400 29 56
                                    

Selamat membaca📖


***
"Tasya! ini semua barang-barangnya. Sekarang tugas kita tinggal pasang tenda," Abigael sudah menurunkan barang-barang bawaan ke atas tanah.

Dengan gerakan lambat namun pasti, Tasya dan Abigael berhasil memasang Tenda.

"Widih! bisa juga ya lo pada masangnya," ejek Million pada kedua perempuan itu.

"Ya iyalah, emang elo," teriak Abigael.

"Ehh siapa bilang? gue bisa kok,"

"Gak usah bohong, Lion. Tadi, gue liat sendiri si Theodore kok yang buat, lo mah megangin doang," entah bagaimana Million dan Abigael memang tak bisa akur.

Hingga akhirnya Abigael ditarik oleh Million untuk menunjukkan bahwa seorang Million bisa memasang tenda sendirian.

"Yaudah kalau lo ga percaya, ayo ikut, gue bakal buktiin,"

"Ayo! kalau lo gak bisa lo harus traktir gue, begitu sebaliknya,"

"Siapa takut?!" Lion sudah siap dengan peralatannya. Padahal, jarak antara tenda putri dan putra cukup jauh. Namun, bukan Million namanya kalau mau mengalah.

Tanpa mengurangi kesempatan yang ada, Deo mendekati tenda Tasya. Kebetulan ada tikar kecil yang terbentang di atas rumput. Ia duduk sambil mengikuti arah pandang Tasya.

"Nas, lo liat apaan?"

"Liat langit,"

"Kenapa?"

"Kata orang, sejauh apapun jarak yang terbentang, kita masih melihat langit yang sama kan?"

Deo mengangguk mantap menanggapinya.

"Kamu gak ikut sama Lion? kasihan tuh mereka berantem mulu,"

"Biarin aja, biar mereka tambah kompak, besok kan ada tes lapangan bentang alam lagi. Mereka harus atur strategi," kini Tasya mengangguk mantap.

"Huh!'" keluh Tasya sembari mengecek handphonenya.

"Kenapa?"

"Jaringannya susah banget, Yo. Padahal aku mau baca-baca artikel yang masih ada kaitannya dengan uji lapangan bentang alam ini Huftt..." Tasya terus sibuk sendiri demgan mengotak-atik handphonenya.
Hingga akhirnya ia dapat menemukan artikel yang ia inginkan.

"Ahk! akhirnya dapat juga," kini senyum mulai terkembang di wajah Tasya. Tanpa diketahui Tasya, Deo malah ikut tersenyum. Ia semakin menghapus jarak antara dirinya dengan Tasya.

Namun, tak lama setelah itu kini wajah Tasya tampak kecewa dan murung. Deo ingin sekali membantu Tasya. Namun, karena ia merasa ini moment langkah dimana ia dengan Tasya menggunakan seragam yang sama di waktu kemah dan hanya beralaskan tikar maka ia mengurungkan niatnya untuk membantu Tasya.

Deo malah memilih mengambil kamera yang ia beli khusus untuk acara IGeO ini. Kemudian, Deo mengarahkan kamera itu pada Tasya. Karena terlalu fokus pada artikel dan kamera itu tidak memakai flash jadilah sebuah foto candid Tasya yang tampak murung terdokumentasikan.

Tasya masih tak sadar akan keberadaan Deo, yang sudah mengambil foto dirinya yang tengah sibuk memegang handphone dengan wajah murung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tasya masih tak sadar akan keberadaan Deo, yang sudah mengambil foto dirinya yang tengah sibuk memegang handphone dengan wajah murung. Hingga Tasya merasa terusik saat Deo terkekeh geli melihat hasil jepretannya.

"Yo! tadi kamu ngapain?"

"Mendokumentasikan yang pantas untuk didokumentasikan,"

"Sini! aku mau liat," Tasya tak percaya begitu saja ucapan Deo. Ia menarik kamera itu dari tangan Deo. Namun, bukan Deo namanya kalau mau mengalah dan menyerahkannya begitu saja. Deo berniat bermain-main dengan Tasya.

"Yo! aku mau liat, aku penasaran  ini, tadi kamu sampai ketawa-ketawa gitu soalnya, kasih liat ya?"

Akhirnya Deo menunjukkan hasil karyanya pada Tasya. Seketika itu juga Tasya melotot. Ia berniat untuk menghapus foto yang menurutnya terkesan jelek itu.

"Yo, hapus gak?!"

"Gak! ini hasil karya gue,"

"Itu wajahku jelek banget, Yo. Ayolah hapus ya?" bujuknya dengan puppy eyes.

Deo tetap tidak mau. Deo berdiri dan memegang kamera itu tinggi-tinggi agar Tasya tak sampai. Namun, sepertinya Deo salah. Tasya memiliki ukuran tinggi badan yang di atas rata-rata untuk seorang perempuan.

Tasya terus melompat-lompat dan berjinjit untuk menggapai kamera itu.

Bugh!

Sial ternyata bagi Tasya, ia jatuh saat Tasya hampir menggapai kamera itu. Kejadian bukan seperti di FTV. Dimana, ketika si perempuan jatuh, si lelaki akan menahannya agar tak jatuh lalu saling pandang-pandangan.

Kini, kejadian saat SMP kembali terulang. Tasya merasa seperti dejavu. Ia berusaha bangkit, namun memang sepertinya kaki Tasya sedang sakit akibat batu kecil yang mengenai tulang keringnya. Alhasil kakinya jadi bengkak dan susah digerakkan.

"Ayo!" Deo mengulurkan tangan kanannya pada Tasya. Tasya menggapai tangan itu dengan susah payah dan akhirnya ia berhasil. Dengan bantuan Deo, Tasya mulai berjalan, meski tertatih-tatih.

Sekarang Tasya tinggal seorang diri. Ia duduk sambil meringis kesakitan di atas tikar. Hingga Deo akhirnya kembali membawa kotak P3K.

"lurusin kaki lo yang bener!" dengan telaten Deo membersihkan luka itu dan memberi kapas yang sudah diberi obat merah dan memperban kaki yang luka.

"Nah, selesai!"

"Makasih ya yo,maaf ngerepotin kamu terus,"

"Nope, everything for you,"

Deo tak sadar karena kata yang baru ka ucapkan dapat membuat Tasya jadi salah tingkah.

"Nas, gue mau tanya deh sama lo, boleh?" Tasya mengangguk.

"Lo rencana mau kuliah dimana nanti?"

"Heuhhm di mana ya? masih bingung sih, belum diskusi sama orangtua juga, kenapa Yo?"

"Ya, siapa tau kita nanti bisa satu kampus," Tasya hanya mangut-mangut menanggapi Deo.

"Kalau kamu rencana masuk mana Yo?"

"Tergantung sih, kalau nanti gue dapat juara di IGeO, gue rencana mau daftar di luar negeri, ya jurusannya yang sesuai sama bidang,"

"Ohh gitu, aku dimana aja deh, mau luar negeri atau dalam negeri aku rasa sama. Pendidikan dalam negeri gak kalah kok sama luar negeri,"

"Bener, tapi gue bisa kejar beasiswa kalau di sana. Apalagi kalau cepat tamat, rencana mau lanjut lagi gue,"

"Salut banget sama kamu, Yo. Udah dipikirin aja ya sejauh itu,"

"Iya dong, kita kan sekarang udah kelas tiga, ya meski masih baru semeter satu kan harus udah ada persiapan. Masa depan itu mahal, gue gak mau nyesal kalau nyiapinnya secara gak maksimal,"

"Iya, benar juga. Nanti aku bakalan pikirin deh, mau masuk mana? Soalnya papa kerjanya mutasi takutnya pindah terus, kan gak enak,"

"Yaudah lo pikir dulu deh, soalnya masa depan itu berarti, sama kaya yang ada di depan gue," Deo sambil melirik Tasya. Tiba-tiba, Tasya jadi salah tingkah. Saat ini, ia sedang duduk berhadapan dengan Deo. Dan ucapannya barusan membuat Tasya gr.

"Sejauh apa pun itu, pasti gue kejar dan harus dapat, " sambung Deo yang akhirnya beranjak dari tenda Tasya dan Abigael.

Tbc
Selasa, 12 Juni 2018

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang