Selamat membaca📖
"Nia!!" Jerry terus menjerit memanggil Tania.
Tania pura-pura tak mendengarnya, ia terus berjalan tanpa menghiraukan suara itu. Jerry tak mau menyerah, ia terus berlari dengan sekuat tenaga.
Hingga akhirnya.
"Nia, lo gak dengar gue? dari tadi gue manggilin loh," Jerry memegang kedua lututnya dengan sedkit berjongkok dengan napas yang terengah-engah.
"---" Nia tetap diam
"Lo kenapa sih Nia?"
"---"
"Oke, gue ngerti. Sorry soal yang tadi, gue salah pah--"
Belum selesai Jerry menyatakan maksudnya, Tania langsung pergi.
"Hei Nia!! gue mau minta maaf, iya gue ngaku salah!!" teriaknya melihat Tania pergi dan akhirnya Tania berhenti. Setelahnya Jerry menghampiri Tania.
"Maaf, gue bener-bener minta maaf. Gue tadi itu khawatir banget sama Vani," ucapnya penuh penyesalan.
"Iya,"
"Heiii? lo gak maafin gue Nia?"
"Bukan, lo gak perlu minta maaf kak,"
"Perlu, gue salah, gue harusnya--"
"Stop kak! kalau kaya gini caranya, gimana cara gue nurutin perintah lo?"
"Maksudnya?"
"Kakak tadi bilang kan gak usah dekat-dekat kakak lagi?" jujur saja Jerry jadi tak enak hati.
"Gue.. gu--"
"Bye kak!" Tania melambaikan tangannya dan berlari dari taman belakang sekolah tempat Jerry dan Vani pernah bersama.
***
Flashback On"Lo dari mana Jer?" tanya Vani setelah keadaannya agak mendingan saat berada di UKS
"Ngurusin yang seharusnya diurus,"
"Btw lo ada liat Tania gak? gue jadi gak enak sama dia,"
"Kenapa? "
"Tadi dia udah ngelarang gue masuk, eh gue aja yang keras kepala,"
"Maksud lo Van?"
"Iya, dia bilang tadi gak boleh masuk, ya mana gue tahu kalau maksud dia ada supervisor. Gue kira cuma pembina biasa makanya gue nerobos aja,"
Dalam hati Jerry sudah tak enak hati. Jujur ia sudah menyesal sempat memarahi dan membentak Tania sedemikian rupa.
Di tengah lamunannya, Jerry akhirnya tersadar.
"Woy Jer! lo kenapa?"
"Gak apa-apa Van, lo udah makan buburnya?"
"Udah, makasih ya," Jerry hanya mengangguk membalasnya.
"Btw tumben lo telat Van? biasanya lo yang paling cepat datang,"
"Iya, gue telat bangun, Jer. Hihihi gue kebanyakan nonton drama Korea,"
Jerry sudah geleng-geleng kepala menanggapi kelakuan Vani yang tiba-tiba demam Korea.
"Ya gitu Jer, gue telat bangun dan gak sempat sarapan,"
Skak!
Jerry semakin mati kutu. Ternyata Vani pingsan bukan karena hal lain. Namun, hanya karena ia tak sarapan. Pantas saja. Jerry semakin merasa bersalah pada Tania.
"Nanti lo pulang gimana?"
"Naik angkutan umum lah, kan gue udah gak apa-apa,"
"Tapi tadi itu lo pucat banget Van, lo yakin gak lemas lagi?"
"Yakin lah, gue itu lemas ya wajar aja. Gue itu begadang nonton drama Korea dan gak sarapan pula. Jangankan sarapan, minum aja engga sama sekali,"
Byur!!
Saat ini Jerry benar-benar berada pada titik terendahnya. Ia benar-benar menjadi orang yang paling bersalah.Tapi, apakah salah jika ia mengkhawatirkan orang yang berarti untuknya? tidak salah juga bukan?
Flashback Off
***
"Tan, tolong dengerin dulu penjelasan gue dulu," Jerry memelas menemui Tania saat ia hendak pulang menunggu angkutan umum."Gue buru-buru kak, udah ya," Tania hendak pergi namun, tangan Jerry lebih dulu menahannya.
"Kalau lo buru-buru biar gue antar, rumah kita searah kan?"
Tania bingung. Sejak tadi, dia hanya berbohong. Ia sama sekali tidak buru-buru. Ia bingung mencari alasan lagi.
"Gak perlu kak, gue bisa pulang sendiri itu angkutannya udah datang," sepertinya keberuntungan berada di tangan Tania. Ia menemukan alasan yang tepat.
Jerry tak tahan lagi, ia langsung menarik paksa Tania, padahal Tania sudah menyetop angkutan itu.
"Maaf pak, gak jadi. Pacar saya lagi ngambek, maaf ya pak," ucap Jerry tanpa memikirkan bagaimana perasaan Tania.
Lo apaan sih kak? lo nyuruh gue ngejauh dari lo, tapi lo juga yang seolah gak rela. Mau lo apa sebenarnya kak?
begitulah kata hati Tania.Dengan terpaksa, akhirnya Tania ikut Jerry. Ia duduk dengan gelisah. Hingga akhirnya ia menyadari bahwa jalan yang mereka lalui, bukan jalan pulang.
"Kak, ini mau ke mana? gue mau pulang!" teriak Tania kencang karena kecepatan motor Jerry juga lumayan cepat.
Jerry tak mengindahkannya. Ia terus mengendarai motornya dengan kecepatan penuh, hingga akhirnya mereka tiba di sebuah tempat.
"Gue mau pulang kak, lo budeg dari tadi?! gue buru-buru kak!" Tania sudah kesal setengah hidup.
"Gak usah bohong. Acting lo jelek, Nia,"
"Siapa yang bohong?"
"Udahlah lo mau pesan apa? biar gue yang pesanin?"
"Gue gak lapar, kak. Kalau kakak mau makan, makan sendiri aja," Jerry membawa Tania ke tempat makan.
"Gue perlu teman makan,"
"Ajak kak Vani aja, dia juga perlu nutrisi setelah pingsan kan kak," ada nada cemburu dalam perkataan Tania barusan.
"Oke gue ngerti, lo masih marah sama gue. Gue akui gue salah, sampe nyalahin dan bentak lo kaya tadi. Tapi, itu karena gue panik, Nia,"
"Terus?"
"Gue butuh kata persetujuan maaf dari lo,"
"Oke gue udah maafin lo kak, gue boleh pergi kan? bye"
"Tunggu!"
"Apa sih kak?!"
"Gue mau minta maaf lagi, soal yang di pesta ulang tahun. Maaf gue gak bisa antar elo, kemarin gue udah nyariin buat antar elo tapi, ternyata lo udah pulang duluan,"
"Yaudahlah kak udah lewat juga kok, gue duluan ya kak,"
"Lo beneran gak mau gue antar atau makan dulu Nia?"
"Gak kak, gue pulang aja, gue bisa sendiri kok kak pulangnya, gue duluan aja ya,"
"Tunggu,"
"Apalagi kak?" kini Tania mulai jengah.
"Ayo makan, kita udah di tempat makan kan? anggap ini sebagai permintaan maaf gue, gue benar-benar minta maaf sama lo, Nia. Gue gak bermaksud kaya gitu, serius,"
Tanpa sadar Tania tersenyum. Ini pertama kalinya ia melihat Jerry menatapnya dengan kata-kata tulus seperti itu. Akhirnya ia memilih makan bersama Jerry. Ini pertama kalinya ia bersama Jerry tanpa gangguan. Setidaknya lukanya sedikit terobati.
Tbc
Sabtu,09 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Teen Fiction[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...