47-Gagal

352 23 57
                                    

Selamat Membaca😊

"Ahh leganya," teriak Tasya seusai pengumuman pemenang. Mereka hendak berjalan-jalan sebentar menenangkan pikiran.

"Tapi, gue belum lega, Nas,"

"Karena apa?"

"Masih ada yang belum terjawab,"

"Apanya? soal IGeO tadi? udahlah, Yo kamu juga udah jadi absolute winner kok,"

"Bukan itu,"

"Jadi apa?"

"Ayo ikut Gue," Tasya sudah ditarik oleh Deo menuju menara Eiffel. Saat ini, memang mereka berjalan-jalan sebentar ke kota Paris-Perancis.

"Oey Theodore! lo mau kemana?" teriak Million dari sebrang sana.

"Jalan bentar, gak jauh kok," setelahnya Million hanya mengangguk pertanda paham.

"Nih, lo liat enak kan di sini?"

"Lumayan, yo. Kamu pernah ke sini?"

"Engga lah, gue cuma modal googling, "

Setelahnya mereka berdua hanya tertawa di sela-sela perbincangan mereka. Kemudian, karena merasa sepi Deo mengajak Tasya berbincang lagi.

"Lo tau gak, Nas kenapa gue ajak lo ke sini?" ucap Deo yang sedang duduk tanpa melihat ke arah Tasya.

"Kenapa?" kini Tasya sudah mendongak melihat ke arah Deo

"Ini kota romantis idaman gue,"

"Terus?"

"Gue sering lihat kalau orang lamaran di tempat ini, mereka bilang kalau perempuan dikasih sesuatu yang romantis bakalan diterima," kini Deo sudah melirik Tasya.

"Ohh gitu,"

"Cuma gitu doang respons lo, Nas?"

"Ya.. emang harusnya apa?" Jujur saja Deo gemas sekali dengan sikap Tasya.

"Nas, lo gak bisa liat mata gue? "

"Bisalah hehehe kamu pikir aku buta apa" Tasya terkekeh menanggapi pertanyaan Deo. karena mengurangi rasa deg-degannya.

"Oke, mungkin gue harus to the point, "

"Gini, lo tahu kan kita udah dekat sejak OSN di Riau?" Tasya mengangguk meng-iyakan ucapan Deo.

"Sejak awal, gue udah tertarik sama lo, bahkan saat pelatnas lalu, gue sebenarnya udah nyatain perasaan gue. Tapi, mungkin kedengaran klasik buat lo. Gimana caranya cuma beberapa bulan bisa suka? tapi, lo harus tahu, Nas, gue jujur. Gue beneran suka sama lo sejak OSN,"

"Ehmm--" mulut Tasya rasanya terkunci.

"Gue gak tahu lagi harus dengan cara apa buat nunjukkin ke elo gimana perasaan gue, sejujurnya di tempat ini, Paris, gue mau jujur, kalau gue suka sama lo, Nas, gimana dengan lo?"

"---" Tasya tak bergeming.

"Nas, sekarang liat gue, gue udah jujur. Kalau lo gak bisa jawab pertanyaan gue yang tadi, mungkin lo bisa jawab yang ini,
"Nas, will you be my girlfriend?" Deo berdiri menatap lekat manik mata Tasya dengan sedikit menunduk menggenggam tangan Tasya.

"Yo.. kamu??"

"Iya, Nas. Gue barusan nembak lo, sorry kalau gak romantis. Sekarang tolong kasih kepastian buat hati gue. Kalau lo nerima gue, lo ambil gembok dan kunci ini kemudian lo kunciin dua cincin dengan nama kita berdua. Tapi, kalau lo tolak gue, lo bisa buang ini semua jauh-jauh," Deo menyerahkan sebuah gembok juga dua buah cincin yang di dalamnya sudah ada ukiran mana mereka berdua.

"Yo... ak--aku,"

"Nas, please beri gue kepastian," Deo memelas melihat Tasya.

"Oke, aku bakalan jawab, Yo. Untuk pertanyaan pertama kamu, aku jawab 'sama' aku juga suka sama kamu, Yo. Kalau kamu ingat, aku pernah cemburu waktu pelatnas, tapi kamu gak peka," Tasya menarik napasnya dalam-dalam, kemudian lanjut lagi berkata. "Untuk pertanyaan kedua... aku bingung Yo, aku bingung mau jawab apa?" Tasya  gelisah sendiri.

"Ak-u.. aku..." ucapan Tasya menggantung.

"Woyy!! Ngapain lo bedua di sana?! teriak Million dari kejauhan. " Ayo balik! waktu kita gak lama. Kita harus balik dulu ke penginapan, kita harus temui kedutaan besar Indonesia untuk Perancis dulu, besok deh lanjutnya!" lagi-lagi Million berteriak pada Tasya dan Deo.

Mendengar suara Million Tasya langsung mengambil gembok, kunci dan kedua cincin itu dari tangan Deo. Ia menggenggamnya agar tidak ketahuan orang lain.

Dengan berat hati, Deo turun ke bawah dengan rasa yang menggantung. Ia mengajak Tasya untuk turun dan ikut menuju penginapan.

"Nas, ayo balik," melihat wajah bingung Tasya, akhirnya Deo berkata lagi. "mungkin bukan sekarang waktunya, tapi lo tetap harus kasih jawaban ke gue, Nas. Gue juga butuh kepastian, siapa pun orang di dunia ini pasti butuh kepastian,"

Kini kedua anak remaja itu menuruni anak tangga di dekat menara Eiffel dengan rasa yang berbeda. Deo dengan rasa kesal, jengkel  ditambah rasa penasarannya. Sementara Tasya, dengan rasa keberuntungannya. Sejujurnya, Tasya tak pernah mengalami hal semacam ini. Ia sungguh kebingungan harus memberi jawaban seperti apa pada Deo. Rasanya lebih sulit daripada mengerjakan soal IGeO tadi.

Dasar Million jutawan gagal, gara-gara lo gue gak jadi taken hari ini. Begitulah kata hati Deo. Ia terus merutukki perbuatan Million yang menurutnya sangat mengganggu dan tak tepat waktu itu.

"Heh? muka lo kenapa?" kini Million menghentikan langkah Deo dengan bertanya. Namun, Tasya tak menghiraukannya. Ia lanjut berjalan menuju tim Indonesia yang sudah menunggu di bawah sana.

"Gara-gara lo sih!" Deo tak bisa mengontrol emosinya. Ia malah mendorong pundak Million saat baru tiba di bawah.

"Kok gue? emang lo tadi ngapain di sana?" tanyanya kepo.

"---" Deo tak mau menjawab. Ia sudah sangat kesal. Bisa-bisanya di saat-saat penentuan seperti tadi Million dan tim Indonesia lainnya menghampiri dan seolah memergoki ia dan Tasya.

"Jangan bilang lo tadi di atas lagi..."

"Hentikan pikiran jelek lo itu. Lo udah ngagalin rencana gue yang udah gue susun mateng-mateng, udah puas?!" Deo semakin tersulut emosi menghadapi seorang Million yang keponya level dewa.

Akhirnya Deo pergi mendahului Million, dan Million tanpa mau memikirkannya lagi, mengikuti langkah Deo.

TBC
19 Juni 2018

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang