60-Sama

397 21 78
                                    

Selamat membaca, jangan lupa Vomment untuk part ini🙏

⚠ Peringatan! part ini khusus 15+ (menurut aku) karena adegan yang gak pantas buat ditiru. Jadi, buat yang di bawah umur, harap minggir ya. Kalau maksa baca juga gak apa-apa. Tapi, sikapi dari sisi positifnya, jangan negatifnya. Kalau perlu minta arahan dari orang yang lebih dewasa.

"ARGHH!!" teriak Exel kencang. Ia ingin menghilangkan masalah ini, nyatanya tak bisa.

Exel berjalan tak tentu arah. Sesekali dia berbicara sendiri, "Kenapa lo giniin gue Van? lo bisa berbuat gitu sama orang baru?" Exel menggelengkan kepalanya.
"engga, pasti dia bukan orang baru, pasti selama ini Vani udah mempermainkan gue, gue terlalu naif," Exel meminum kandas minuman soda kaleng yang ada di tangannya dan hup dia melempar kaleng itu. Kini masih tersisa air mineral di tangan kanannya. Ia mencuci wajahnya dengan air itu, lalu membuangnya asal.

Exel terus berjalan dengan langkah tak tentu hingga ia berhenti karena sesuatu.

Trak!

Seorang gadis melabrak Exel.

"Heh! maksud lo apa?!" teriak Exel tajam.

Gadis yang dimarahin Exel balik marah. "Harusnya gue yang tanya!"

Exel geleng-geleng kepala sambil berdecak kesal. "Lo nyolot ya, ditanya malah balik tanya. Ternyata emang benar, semua perempuan itu sama, sama-sama buat susah!"

Tak lama setelah mengatakan itu, suara Exel kembali terdengar, lebih tepatnya teriakan. "Akhh!!" teriak Exel tertahan, baru saja rambutnya dijambak oleh gadis tak dikenal. Gadis itu kini tersenyum penuh kemenangan.

Mata gadis itu menatap Exel nyalang seperti akan memakan Exel. "Lo dengar ya mas-mas aneh, atau apapun lo, lo gak bisa samain semuanya! setiap orang itu berbeda!" serunya tepat di depan wajah Exel.

Brak!

Gadis itu melempar kembali botol air mineral yang masih berisi itu ke Exel. Pantas dia marah, ternyata tadi Exel melemparnya pas mengenai kepala gadis itu.

"Dasar aneh!" Exel berlalu. Ia tak mau membalas lagi, ia malas berurusan dengan gadis itu.

***
"Mbak, beli rokoknya sebungkus ya?" kasir itu langsung menyodorkan rokok. Sore ini karena frustrasi dengan masalah yang tempo lalu terjadi, membuat Exel sakit kepala. Potongan kejadian sewaktu prom night dan beberapa hari lalu bagai potongan peristiwa yang disatukan Exel dalam ingatannya. Jadi, dia memilih untuk menemangkan pikirannya sejenak.

"Ini koreknya, Mas," seru kasir itu sambil menyodorkan korek pada Exel. Exel mengisap rokok itu santai, lalu mengembalikan korek itu. Ia berjalan mencari ketenangan.

"Kata orang merokok dapat meringankan beban dan buat rileks, nyatanya gak mempan sama gue," Exel mulai frustrasi. Ia tak menyangka, dampak kepergian Vani ternyata sebesar ini. Mungkin ini yang dikatakan pepatah. Seseorang akan terasa berarti bila ia pergi.

Ingin menyesal? Ya, Exel menyesal. Tapi, tidak seratus persen. Pikiran Exel menentang kata hatinya. Pikirannya mengatakan bahwa Vani memang sudah dekat dengan pria lain. Namun, hati kecilnya tak berkata seperti itu.

Exel ingin mempercayai kata hatinya, tapi tidak bisa. Emosinya lebih memihak pada pemikirannya ditambah lagi dengan bukti yang sudah ada.

Exel terus berjalan sambil menyesap rokoknya, entah sudah berapa batang rokok yang diisapnya dan sudah berapa jauh langkah kakinya. Kini,  kepulan asap yang dihasilkan Exel menyebar ke sekitaran taman bermain.

Tiba-tiba Exel terkejut karena suara teriakan seseorang. "Berhenti!!"

Exel menoleh ke sumber suara dan melihat siapa orangnya semakin memperburuk moodnya. "Eh lo lagi! gue kira gue gak bakalan jumpa lo," Exel bertemu lagi dengan gadis menyebalkan yang kemarin ia temui.

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang