20-Kembali ke teman lama

453 64 152
                                    

Selamat Membaca📖

“Sya, kamu udah selesai beres-beresnya?” tanya Vega pada Tasya yang dijawab dengan anggukan.

“Yaudah yuk balik, temen-temen yang lain pada nungguin tuh,” Ucap Vega pada Tasya.

Akhirnya mereka sudah siap dan hendak akan pergi. Hingga seseorang memanggil Tasya.

“Nas...” Yang dipanggil langsung menoleh dan mengetahui seseorang yang memanggilnya dengan panggilan berbeda itu. Siapa lagi, kalau bukan Deo.

Deo segera menghampiri Tasya dan terseyum ke arah Vega. Vega yang mengerti kalau mereka butuh privasi akhirnya mengalah dan pergi duluan.

“Sya, aku duluan aja ya? kayanya kamu masih ada urusan. Aku gak mau nganggu,” Vega langsung pergi dengan langkah panjang-panjang.

“Ada apa, Deo?” Tasya mendongak untuk melihat Deo yang lebih tinggi darinya.

Deo makin tersenyum dan segera memegang tangan Tasya, tidak, lebih tepatnya memberi salam, ala-ala anak muda. Tasya malah menampilkan wajah bingungnya. Deo terkekeh sebentar lalu mulai berkata...

Congrast! Ya. Dapat peringkat 17. Ternyata nasib emang masih membiarkan kita bertemu. Kita bakal jumpa di Pelatnas!”

“Ehh.. iya. Kamu juga Selamat ya. Udah Juara 3 dapat best praktikum pula," Tasya tersenyum pada Deo.

“Gak balik, Deo?”

“Gue? Nanti sih, kalian kecepatan pulang,”

“Aku ikut yang lain saja sih. Ehh.. ya ampun, si Vega udah nunggu lama. Maaf ya Deo, Aku pulang duluan. Sampai Jumpa,” Tasya berbalik dan mulai berjalan sambil membawa bawaannya.

Dari kejahuan Deo terus memandangi Tasya dan tersenyum.

***
Sore Hari sampai di Jogya.
Akhirnya anak-anak sudah sampai di rumah masing-masing.

“Pa.. Ma.. Tasya pulang!" Teriaknya sangat kencang. Tasya berlari kencang mengahampiri kedua orangtuanya yang sedang duduk di ruang tamu.

Tasya langsung memeluk kedua orangtuanya dengan tak lupa menggenggam medali perunggu yang ia dapat.

“ Pa.. Ma.. liat, Tasya bawa apa? Medali! Yuhu..” Papa dan Mama Tasya ikut kegirangan melihat medali di genggaman Tasya. Mereka mengusap kepala Tasya dan memelukkanya bergantian.
Bahagia, itulah mungkin hal yang dirasakan mereka saat ini.

“Duh, anak papa jago banget, siapa dulu Papanya?”

“Papanya aja? Mamanya enggak? Yang hebat gini anak Mama dong pastinya,” Tasya tertawa dan merangkul kedua orangtuanya.

“Tasya anaknya papa-mama, makanya gini,” Ia tertawa melihat tingah kedua orangtuanya.

“Peringkat berapa, sayang?”

“Peringkat 17, Ma. Tasya gak nyangka banget. Tasya langsung dikalungi sama Menteri pendidikan dan kebudayaan waktu itu. Tasya panas-dingin waktu itu, Ma,”

“Selamat ya, Sayang,” Kali ini Papa Tasya yang memberi selamat.

“Gimana di sana? dapat teman baru?” Pertanyaan ini diangguki Tasya dengan Semangat dan ia mulai menceritakan pengalamannya selama di sana.

“Banyak, Pa. Ada yang satu kamar penginapan, daerah, sampai bidang,” Tasya menarik napas panjang. “Teruskan kan, Pa. Waktu di sana enak banget, banyak pengalaman dari temen-temen yang beda-beda daerah. Mereka baik-baik semua, Pa sama Tasya,”

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang