34-Pelatnas 1

389 36 107
                                    

Selamat membaca📖

Kini tibalah saatnya Pelatnas I. Tasya sudah bersiap dengan pelatihan Nasional yang pertama baginya.

"Pa, Ma, doain Tasya ya.. semoga Tasya bisa jadi Peserta IGeO tahun ini,"

"Pasti, Nak. Kamu jaga kesehatan ya di sana, jangan terlalu keras belajarnya, pikirkan kesehatanmu juga,"

"Pasti, Ma," setelah mengatakan itu Tasya sudah berlalu dan berjalan kaki menuju sekolahnya. Dari sekolah nanti, mereka akan diarahkan menuju Bandara untuk pergi ke Bandung.

Setelah tiba di Bandung, Tasya langsung diarahkan oleh seorang wanita yang menyuruhnya untuk meletakkan bawaannya ke dalam penginapan.

Seusai membereskan bawaannya Tasya hendak pergi keluar menghirup udara segar.

"Hey!"

"Ah... kamu, Deo ngagetin aja," Tasya sedikit terkejut dengan tingkah Deo.

"Udah belajar materi kali ini?" tanya Deo mengalihkan pembicaraan.

"Belum, aku baru sampai juga," balas Tasya dengan bola mata yang berputar.

"Hehehe maaf, ayo deh ke taman bentar,"

"Ngapain?"

"Ya main-main, sekaligus cari angin, itukan kebiasaan lo,"

"Boleh deh," akhirnya Tasya menurut dan dengan cepat tangan Tasya sudah ditarik oleh Deo.

"Aduh.. pelan- pelan Deo, aku bisa sendiri kok," balas Tasya yang tangannya sudah memerah karena tarikan Deo.

Deo akhirnya melepaskan genggamannya dan pergi beriringinan dengan Tasya.

Setibanya di taman Tasya mengusap-usap tangannya yang memerah.

"Tangan lo kenapa?" tanya Deo prihatin bin gak tahu diri.

"Masih nanya? ya kamulah, siapa lagi? Kamu narik tangan aku kekencengan," Tasya mencebik bibirnya.

"Kencang ya? maaf deh, gue gak tahu,"

Hah! dia bilang gak tahu? tenaga cowok ya jelas kuat dong dong . Malah nariknya lumayan kenceng, dasar GGK, ganteng-ganteng kasar, omel Tasya dalam hati.

"Sini!"

Tasya memasang wajah bingung dan mendekatkan posisinya pada Deo.

"Siniin tangan lo, gue mau liat seberapa parah," Deo sudah menarik tangan Tasya.

"Kalo ini sih namanya butuh---" Deo menggantung ucapannya.

"Apa?" tanya Tasya penasaran.

Kemudian Deo memegang tangan yang memerah itu secara perlahan dan mengembus-embuskan tangan Tasya.

"Nih udah baikan," Deo melepas tangan Tasya.

Tasya sedikit terkejut dengan tingkah Deo.

"Makasih Deo.."

"Hem.. gue yang buat lo sakit, jadi gue juga yang harus obatin,"

Setelah kejadian itu, Tasya dan Deo mulai membahas mengenai bagaimana kesulitan di tahap Pelatnas.

"Lo pokoknya harus jaga hasil tes, jangan sempat nurun drastis, materi lo perdalam ya,"

"Iya, aku paham, Deo, gak usah diulang terus,"

"Biar lo ingat,"

"Iya... iya.. makasih, Deo,"

Setelah sekian lama belajar, akhirnya mereka lelah dan kembali ke Wisma Kartini tempat pelatnasnya anak-anak olimpiade.

Beberapa hari kemudian setelah berbagai pelatihan didapat, akhirnya kali ini tes pertama untuk naik ke tahap pelatnas II.

Semua anak harap-harap cemas, mereka semua berasal dari sekolah yang berbeda. Bahkan, provinsi yang berbeda pula.

Selama tes tadi berlangsung, banyak anak-anak yang percaya diri akan menang. Namun, berbeda dengan Tasya, ia justru merasa minder.

'Menang ya syukur, ya kalau gak menang setidaknya gak jauh-jauhan sama papa-mama,' ucap Tasya dalam hati.

Hingga tes itu berakhir dan tak lama, hingga keesokan harinya pengumuman pada tahap II besok akan diumumkan.

Siangnya, ketika menunggu beberapa jam lagi, banyak anak-anak yang memadati lokasi pengumuman.

Semua anak sudah tak sabar dengan pengumuman, namun berbeda dengan Tasya, ia justru hanya duduk santai di dekat taman.

Kemudian Deo mencari Tasya, ia berniat mengabari Tasya.

"Nas, lo kok di sini?"

"Ya gak kenapa-kenapa, aku lagi mau nenangin pikiran aja,"

"Gak mau liat pengumuman?"

"Engga ah, palingan aku gagal," Tasya mengatakannya dengan sedikit tertawa garing.

"Liat aja dulu,"

"Engga, kamu aja deh Deo, aku tunggu di sini,"

"Oke deh, gue pergi dulu ya," Tasya mengangguk sebagai jawaban atas perkataan Deo.

Kemudian Deo menelusuri ruang, ia berniat melihat pengumuman nama-nama yang lolos pada tahap 2 pelatnas.

Dan Yup! Deo bahkan mengabaikan namanya dan secepatnya mencari nama Tasya.

"Yess! akhirnya bisa sama lagi, jodoh emang gak kemana," Deo sudah senyum-senyum mendapati nama Tasya di dalam daftar tersebut.

Deo berlari ke taman dan lupa melihat namanya sendiri. Setelah ia menemukan Tasya ia segera memberitahu. Dengan napas yang terengah-engah Deo berkata...

"Nas! lo masuk!" nama yang disebut pun malah bingung.

"Masuk mana?" tanya Tasya bingung, ia kira ia disuruh masuk entah ke mana.

"Bukan, maksud gue lo masuk tahap selanjutnya,"

"Huh! kamu serius Deo? ya ampun," Tasya geleng-geleng kepala.

"Iya, gue serius,"

"Maaf Deo nyusahin kamu buat liat namaku, kamu peringkat berapa?"

"Gue?? eh?" Deo lupa kalau dia tak melihat namanya sendiri.

"Theodore! Selamat ya, nama lo ada di daftar 3 teratas," seorang anak perempuan tiba-tiba nimbrung.

"Huh?!" Deo yang malang malah kebingungan karena tak tahu hal itu sendiri.

"Iya, lo kan peringkat 3, ah lo jago banget sih, btw kita bakal samaan, gue peringkat 10," gadis itu terus tersenyum dan memberi salam sebagai tanda selamat pada Deo.

"Eh.. iya makasih...."

"Dita, nama gue Dita Dinitama," sebut gadis itu karena mengerti wajah bingung Deo.

"Eh.. makasih Dita," Deo sungkan pada Tasya, sejak tadi gadis itu tak ingin melepaskan salaman itu.

"Tangan gue," kata Deo sambil melihat tangannya. Gadis itu segera melepaskan tangannya.

"Eh.. sorry gue lupa, habisnya nyaman,"

Dasar gak tahu malu! entah karena apa Tasya seolah memanas melihat tingkat gadis itu yang... ahh kalian tahu bukan?

"Yaudah gue balik deh, sampai jumpa lagi, Theo," akhirnya gadis itu sudah menghilang dari hadapan Tasya dan Deo.

"Aku balik juga ya," Tasya sudah beranjak dari taman itu tanpa memedulikan Deo.

"Kenapa si dia?" Deo bingung melihat Tasya yang tiba-tiba langsung pergi.

Dasar cewek, aneh-aneh aja tingkahnya. Kalau ada apa-apa bilang kek, gue kan gak ngerti. Setelah berdebat dengan hati akhirnya Deo kembali.

TBC
06 Mei 2018

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang