61-Teman baru

386 22 76
                                    

Selamat membaca, jangan lupa Vomment untuk part ini🙏

Empat bulan kemudian...

Sejak kejadian tempo lalu, Exel mempunyai teman baru. Ia tak lagi memikirkan Vani. Kini pikirannya sudah fokus untuk masuk perguruan tinggi. Rencananya Exel akan kuliah jurusan seni mengingat suara Exel yang merdu juga pintar memainkan berbagai alat musik.

Siang ini tanpa disengaja, Exel bertemu dengan Riel lagi, tapi bukan di taman, melainkan toko buku. Saat Riel sedang melihat buku yang ada di rak, dan Exel melihatnya. Segera Exel melancarkan aksinya. Ia pura-pura mengambil buku yang sama dengan buku yang diambil Riel, supaya sama dengan adegan di film-film pikirnya.

"Exel," yang dipanggil hanya tersenyum sambil memajukan dagunya.

"Lepasin, ini buku gue," kata Riel menarik buku yang juga ditarik Exel.

"Yang duluan gue, jadi ini hak gue!" balas Exel pura-pura marah.

Riel tak melawannya lagi. Kini Riel diam tanpa berniat merebut buku itu. Segera Riel mengambil buku lain dan membacanya sambil duduk di bangku dekat rak buku.

Tiba-tiba suasana mendadak sepi. Riel sedang sibuk membaca buku, sementara Exel, ia tak ada niatan untuk membaca. Ia juga menyesali suasana yang terjadi.  Dia pikir, Riel akan marah-marah padanya, namun tidak. Kini pikirannya masih melayang pada kejadian tempo lalu, saat ia memergoki Vani dengan pria yang dia yakini sama dengan pria di prom night. Exel pikir, dia sudah melupakan Vani seratus persen, nyatanya tidak. Masih ada beberapa kenangan yang Exel ingat dengan Vani. Bagaimana cerewetnya Vani dan kebiasaan tidur Vani setelah kelelahan. Exel masih mengingatnya.

"Riel, gue mau tanya sama lo, boleh?" tiba-tiba Exel bertanya dengan nada serius.

"Boleh. Apa?" jawab Riel dengan meletakkan bukunya di atas meja.

"Sebelumnya gue minta sama lo jangan ketawa, oke?" Riel hanya mengangguk mantap.

" Gak jadi." setelah Exel mengatakannya, Riel mendengkus kesal.

"Kadang gue mikir, kenapa sifat cewek itu semuanya sama?" Exel bergumam. Ia pikir Riel tak mendengarkannya sejak tadi, nyatanya Riel mendengarkan dengan wajah bingung bercampur marah.

"Maksud gue, cewek itu makhluk terabsrak yang pernah gue temui. Sukanya ngambek, jaim gitu."

"Gak semua, lo harus garis bawahi itu." tekan Riel pada Exel.

"Gue lupa, lo kan cewek yang beda. Kalau mau ngomong langsung bilang tanpa pikir panjang." kekeh Exel memandangi Riel.

"Gak gitu juga! Gue dulu juga sama kaya sifat cewek yang lo bilang. Tapi, gue gak dapat apa-apa. Jadi, gue pikir sebagai manusia yang zoon politicon, gue butuh sesama dan harus bilang apa yang gue mau."

"Lo berubah karena sesuatu, mau cerita?" tawar Exel

"Gak ada. Bagi gue masa lalu yaudah lalu, gak perlu diungkit. Lo juga tadi gak jadi cerita ke gue, kenapa gue harus cerita ke elo?"

"Karena gak penting. Lo tau, Ri, gue rasa kita bisa jadi teman yang kompak."

"Kenapa?" Riel menaikkan alisnya pertanda bingung.

***
"Ayo sini!" Exel menarik tangan Riel menuju seseorang yang sedang memainkan alat musik.

"Lo liat, dia bisa dapat uang dari bakat yang dia punya." ucap Exel sambil memperhatikan seorang Bapak tua yang memainkan biola yang sudah dikerumuni banyak orang.

"Terus?" tanya Riel masih memandangi Bapak tua itu.

"Gue juga bisa kaya dia." Exel pergi menghampiri seorang Bapak yang memainkan biola itu. Kini Exel yang memainkan alat musik itu di hadapan banyak pengunjung.

Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang