48-Butuh Waktu

363 24 53
                                    

Selamat Membaca😊

"Nia, Tunggu!!" Jerry menjerit memanggil Tania. Ia berlari kencang dan tak ingin Tania meninggalkannya dengan seribu tanda tanya di kepalanya.

"Gue gak ngerti maksud lo, maksud gu-ee--"

"Oke biar gue jelasin, kak. Lo suka sama kak Vani kan?"

"Lo kenapa sih Nia?"

"Gue tetep bakal bicara kak, sampai lo bener-bener sadar," Tania menarik napasnya dalam-dalam lalu berkata lagi.
"kakak sengaja kan nyeret aku ke sini buat menghindar dari kak Vani?"

"Engga gitu, Nia,"

"Udahlah kak, coba jujur sama perasaan sendiri. Lo beneran suka kan sama kak Vani? makanya tadi waktu liat kak Vani datang sama teman cowoknya lo langsung menghindar kak,"

"Nia jadi lo-"

"Iya, gue liat kok kak. Gue liat kak Vani datang dan liat perubahan ekspresi kakak,"

"Nia, lo jangan gini," Jerry tampak memelas memandangi Tania yang ingin pergi.

"Gak bisa kak, gue gak sanggup kalau harus gitu,"

"Tapi gue perlu bantuan lo Nia,"

"Sorry kak, gue gak bisa bantu. Lo perlu diskusi sama hati lo kak dan satu lagi, gue bukan bahan pelampiasan!" kini Jerry hanya meratapi kepergian Tania tanpa berusaha menahannya. Tania sungguh-sungguh lelah selama ini.

"Tolong bantu gue lupain dia, Nia," kini Jerry benar-benar memelas.
"gue juga gak suka sama perasaan ini, tolong ngertiin gue, Nia."

Kini Jerry meratapi kepergian Tania. Ia mengusap mukanya kasar.

***
"Lo kenapa, Xel?"

"Gak papa, gue tadi kayanya liat temen lo deh,"

"Siapa?"

"Gue gak kenal, tapi dia ada waktu pensi," Vani merogoh tasnya dan mengambil handphonenya, lalu ia menunjukkan beberapa foto temannya.

"Iya, gue tadi liat dia," telunjuk Exel berhenti pada foto Jerry.

Kening Vani kini mengkerut. Ia sekarang sedang berpikir sedang apa Jerry ke sini? apa mungkin dia ngikut dari belakang?

Namun, pikiran itu kini musnah ketika Exel lanjut berbicara .

"Gue tadi liat dia sama cewek di depan kasir, mau bayar buku,"

"Tapi, kenapa dia gak nyapa gue, Xel?"

"Dia lagi buru-buru, langkahnya aja tergesa-gesa," Vani hanya mengangguk namun, masih menyimpan rasa bingungnya.

***
Keesokan harinya sewaktu mereka di kelas.

"Woy Jer! lo kemaren ke toko buku juga? kenapa gak barengan aja?"

"Gue juga tiba-tiba perginya, kenapa?"

"Gak apa-apa sih, cuma ya gue kan bareng si Exel, lumayan kita bisa jalan bertiga," wajah Jerry sudah mulai masam.

"Heh! banyak cerita lo Van! kemaren aja gue tanya lo sama siapa aja gak ngasih tau, gimana kita mau tau coba?" tiba-tiba Tomi nonggol dari belakang bersama Aldo.

"Yakan gue gak ngasih tau sama siapa, bukan kemana? lo sih gak nanya!" Vani malah menyalahkan Tomi. Hingga akhirnya Vani dan Tomi malah berdebat dan Jerry pura-pura tidur untuk menghindarinya.

"Jer! elah nih anak pakai tidur lagi, bangun! gue masih penasaran nih!" Vani menepuk-nepuk punggung Jerry. Dengan terpaksa Jerry bangun dan menatap Vani dengan tatapan yang sangat sulit untuk dijelaskan.

"Lo sama siapa kemaren ke sana? Exel bilang lo sama cewek, siapa dia?" lagi-lagi Vani membuat Jerry bingung. Perasaan campur aduk Jerry semakin membuatnya bingung.

"Kenapa? lo kepo?!" kini mood Jerry benar-benar di bawah.

"Lumayan tapi, kalau lo gak mau jawab, ya gak apa-apa," Vani berdiri dan beranjak dari tempat duduknya. Ia hendak ke taman.

"Lo sih Jer, pakai ketus banget ngomongnya. Lo tau Vani kan? dia mana bisa digituin, sana gih jelasin sama dia," Aldo membujuk Jerry untuk mengejar Vani dan benar, Jerry langsung bergerak mengejar Vani.

***
"Gue gak sama siapa-siapa, Van. Gue cuma sama Tania kok, itu juga gue sekalian makanya barengan," Jerry berbicara di belakang Vani. Saat ini ia sedang berdiri di belakang Vani yang sedang duduk di bangku taman sekolah.

"Lo kenapa sih Jer, belakangan ini kok nyebelin banget? lo marah sama gue?"

"Gue gak marah sama lo, Van,"

"Terus kalau bukan marah apa namanya?"

"Gue cuma lagi bingung, lo tahu gue hampir frustrasi," kalimat terakhir Jerry benar-benar terdengar sangat frustrasi.

"Kenapa? lo kan bisa cerita ke gue, siapa tau gue bisa bantu?"

"Gak bisa, Van. Gue aja ngadepin dia udah frustrasi,"

"Lo frustrasi karena cewek?" Jerry hanya menggaguk lemah.

"Siapa cewek beruntung itu? gue kok penasaran ya Jer? itu cewek kenapa gak nerima lo aja sih? lo kan baik, cukup tampan, aktif organisasi, bijak malah, kurang apa dong?"

"Dia kurang peka sama perasaan gue, Van. Dan gue gak sanggup lagi untuk berjuang,"

"Lo kok melow banget sih? lo gak kaya Jerry yang gue kenal. Siapa nama tuh cewek? biar gue deh yang pengaruhin tuh cewek. Siapa tau dia mau dengerin omongan gue," Vani memang tak marah, ngambek atau apapun lagi pada Jerry. Namun, kini Jerry yang semakin frustrasi.

"Gue gak tau apa salah gue. Yang jelas, dia lebih milih cowok lain, Van. Untuk saat ini, gue mohon banget, jangan ganggu gue ya Van. Gue butuh waktu sendiri, bisa?" tiba-tiba perkataan itu keluar dari Jerry dan membuat Vani terkejut.

"Selama ini gue gak ngerasa ganggu lo, Jer. Tapi, kalau lo emang ngerasa terganggu dan perlu waktu sendiri, oke baik, gue bakal turuti. Mulai besok, gue bakalan gak usik urusan lo lagi dan maaf banget Jer, selama ini gue selalu ngusik kehidupan lo, yakan?"

"Lo gak ganggu kok, Van. Cuma kali ini emang gue butuh menyendiri dulu,"

"Oke, Jer. Gue ngerti. Semoga itu cewek peka ya, gue harap lo cepat dapat orang yang tepat, yang bukan buat lo kaya gini lagi, semangat!!" Vani memutar langkah kakinya. Ia berniat meninggalkan Jerry dan memberikan Jerry waktu sendiri.

Cewek itu lo Van! lo yang buat gue frustrasi. Kapan sih lo pekanya sama perasaan gue hah?!

"Gue benci jadi cowok cemen kaya gini! gue pengen jadi cowok gentle yang berani nyatain perasaannya. Tapi, kenapa itu sulit banget gue lakuin hah?!!"

Bugh!!

Hati Jerry terus meraung-raung. Jerry semakin frustrasi dan memukul pohon di dekat taman itu hingga tangannya berdarah.

TBC



Bukan Salah Jodoh [Completed✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang