Selamat membaca📖
Hingga mereka kembali duduk sebentar, lalu ada hal yang menarik hampir menghentikan detak jantung mereka. Saat itu, pengumuman untuk kelompok terbaik diumumkan.
Dari 3 juara yang ada, Indonesia tak mendapatkannya. Mungkin ini karena Million dan Abigael yang tak kompak serta Deo dan Tasya yang berisik sekali. Tapi tak apa, mereka juga menyadari kekurangan mereka.
Hingga akhirnya pembawa acara hendak mengumumkan peraih medali.
"Are you ready?" tanya pembawa acara.
"Yes, I'm ready!" jawab mereka serempak.
Pengumuman dibacakan dari peraih medali perunggu, perak dan emas. Pembacaan pun secara berurutan, dari level paling rendah hingga paling tinggi.
"The winner of IGeO 80th she is..." ucapan lembawa acara menggantung "Katerina luchinagar from Spain," Suara tepukan menggelegar. Setiap penononton di sana sudah tertuju pandangannya pada panggung yang luas tempat para peraih medali akan dikalungkan.
Peserta dengan peringkat Medali perunggu hampir selesai, tepatnya peringkat 48 dipanggil.
"Winner of IGeO 48th she is Adriella Anastasya from Indonesia," Tasya tak percaya, ia menganga dengan wajah cengo dan mendapat sikutan dari Deo. Mendapat kode, akhirnya Tasya sadar dan ia sesegera mungkin maju untuk dikalungkan medali perunggu.
"Congratulation," ucap si pengalung medali
"Thank you," balas Tasya dengan sangat gembira saat ia sedikit menunduk ketika dikalungkan medali itu. Karena terlalu bahagia, Tasya sampai-sampai salah tingkah, ia berniat ingin memberi salam pada si pemberi medali. Namun, sial. Tasya jadi malu sendiri, pemberi medali itu tidak menghiraukan tangan Tasya yang mengudara. Dengan gerakan cepat plus wajah salah tingkah Tasya menarik tangannya pura-pura menggaruk kepalanya.
"Aduh malu banget lagi, kena waktu difoto gak ya?" begitulah tanya Tasya dalam hati. Ia sudah malu, namun jelas saja rasa bahagianya lebih berlipat-lipat ganda di atas itu. Siapa yang tak bahagia mendapat medali perunggu dengan peringkat 48 dari 180 peserta terbaik se-dunia bidang Geografi?
Tasya ambil bagian dengan berjalan ke sudut panggung. Di sana, sudah berdiri dengan berurut peraih medali yang ada. Karena Tasya peringkat 48 dari 80 peserta peraih medali, berarti peringkat 8 teratas peraih medali perunggu. Artinya, Tasya berdiri pada posisi terdepan. Mereka semua tak lupa diberi bendera asal negara mereka.
Tasya bahagia, tidak, tidak, ia sangat-sangat bahagia. Ia berdiri dengan rasa bersyukur, bangga dan tak menyangka. Tasya sempat menitikkan air mata. Ia menggenggam erat-erat kedua ujung atas bendera Indonesia. Air matanya mengalir begitu saja, kemudian dengan cepat tangannya menghapus jejak air mata itu. Kini malah dia tertawa bahagia. Tak lupa kontigen Indonesia mendokumentasikannya. Mulai dari Tasya yang maju dengan respons lambat, tangan mengudara tanpa balasan jabatan dan saat menitikkan air mata.
Di sisi lain, Deo juga mengabadikannya. Ia memotret Tasya dengan kamera yang baru ia beli pekan lalu. Mulai dari foto Tasya berjalan, candid, malu dan menitikkan air mata jelas terambil oleh Deo.
Acara selebrasi peraih medali perunggu akhirnya selesai. Sesudah mereka menggoyang-goyangkan bendera asal negara mereka masing-masing. Dengan langkah cepat, Tasya berlari kencang, ia berlari dan memeluk kakak pembimbing itu.
"Kak, Aku gak nyangka," ucapnya di sela-sela senyum bahagianya.
"Kamu emang berpotensi, Sya. Selamat ya," Tasya menerima jabat tangan hangat itu dan terus memandangi medali yang masih tergantung di lehernya. Pikirannya melayang pada kedua orangtuanya. Bagaimana nanti ya ekspresi orangtua ku? ahh apalagi Aldo, Vani, Jerry sama Tomi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Ficção Adolescente[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...