Selamat membaca, jangan lupa Vomment untuk part ini🙏
Satu Tahun kemudian....
Setelah tiga tahun lebih berkuliah, akhirnya Exel wisuda.
"Selamat ya, Xel. Ahirnya lo wisuda juga. Nih buat lo.." Riel memberi sebuah boneka beruang wisuda pada Exel. Tempo lalu, Exel memesankan tiket untuk Riel. Kini, Riel yang jadi sungkan. Kedua orangtua Exel ikut menemani wisuda Exel.
Exel terpilih menjadi mahasiswa cum laude dengan grade point average di atas 3,7.
"Lo pinter juga ya, Xel gue gak nyangka," Riel membuat candaan untuk mengurangi rasa groginya. Pasalnya, sekarang Riel sudah berada di depan Mamanya Exel. Belum lagi, pandangan mata junior Exel yang sejak tadi mengusik keberadaan Riel.
"Kamu yang namanya, Riel ya Nak?" Mama Exel yang berada di samping Ayahnya Exel, memandangi Riel dengan senyum merekah.
"Iya, Tante," jawabnya sungkan. Riel sedari tadi menunduk dan menggesekkan kakinya berulang-ulang ke atas rumput di lapangan universitas itu. Soal Ma Exel yang mengenal Riel, hal ini wajar. Karena Exel yang mengatakan pada orangtuanya bahwa Exel sudah memiliki teman dekat.
"Kamu kapan nyusul?" Mama Exel tersenyum geli melihat tingkah Riel. Mamanya Exel jadi ingat masa mudanya dulu, yang sama pemalunya seperti Riel.
"Tahun depan kemungkinan, Tan. Tahun ini Riel belum bisa wisuda." Riel menggigit bibir bawahnya untuk meneralkan sikap grogoinya. Dibalas perkataan Mamanya Exel dengan lemah. Berada di posisi seperti ini, membuatnya minder. Belum lago ditanyakan dengan orangtua dari Exel, itu semakin menambah grogi Riel.
"Oh yasudah. Semoga kamu bisa cepat wisuda, Tante udah gak sabar---" ucapan Mamanya Exel harus terpotong. Exel terlalu tepat waktu untuk datang menghentikan kelanjutan ucapan Mamanya.
"Mama! Aduhh.. Mama cantik banget hari ini. Mama pakai bedak apa?" ini akal-akalan Exel. Dia malas mendengarkan celotehan Mamanya. Bisa panjang nanti urusannya. Sementara Exel, dia masih harus menemui teman-temannya.
"Walah, kamu ini, Xel. kaya pernah peduli sama bedak yang Mama pakai aja. Perhatiin Mama juga kamu jarang. Malah nelpon gak pernah lagi." Mamanya Exel mengipas-kipaskan wajahnya dengan kipas lipat, sembari memggelengkan kepalanya melihat tingkah Exel.
"Aduhh, itu karena nyusun skripsi, Ma." Exel jadi malu. Ia memang sangat jarang menelepon orangtua. Tapi, bisa-bisanya dia setiap minggu menelepon Riel.
"Loh, Lo gak pernah hubungin orangtua lo, Xel?" Riel tiba-tiba bergabung dalam obrolan. Exel jadi kikuk, ia malu sendiri. Rasanya seperti maling tertangkap basah.
"Padahal, Exel ini tiap minggu nelpon Riel loh Tante," nah. kalau ini, Riel memang sengaja. Dia hanya ingin mengerjai Exel.
"Dasar kamu ini ya, Xel anak yang melupakan orangtua!" Mama Exel menjewer telinga Exel kencang. Mamanya sungguh kesal dengan Exel yang bisa-bisanya menyempatkan diri menghubungi orang lain, ketimbang Mama-Papanya. Tapi, sejujurnya Riel berbohong. Tidak sesering itu Exel meneleponnya. Kadang, Riel yang menelepon Exel terlebih dahulu. Jadi, tak mungkin tak diangkat bukan?
"Ya ampun, Ma. Ini kan juga demi Mama. Kan Mama yang nyuruh Exel harus cepat-cepat kasih Mama--" perkataan Exel terputus. Mamanya membengkap mulut Exel yang sekarang sudah tidak ada lagi remnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Salah Jodoh [Completed✔]
Teen Fiction[Revisi 70 part] Diprivate acak demi keamanan, karena ada akun mirror. Follow kemudian re-login. Ini bukan sekadar cerita cinta anak remaja tapi, cerita fiksi berkombinasi dengan ilmu pengetahuan seputar Olimpiade dan pengetahuan lainnya. Bukan ceri...