Lembayung tertutup awan kelam yang mulai merata tersebar sepanjang hamparan langit, sepoi angin mulai berembus, menusuk raga-raga yang tak mengenakan penutup tubuh yang tebal. Hal tersebut tak mengurangi aktivitas yang dilakukan oleh Rose. Ia tetap memusatkan atensinya pada benda persegi panjang di hadapannya. Jari-jemarinya masih betah menari di atas keyboard, sedang matanya fokus meneliti setiap kata yang ada di layar
"Ros, udah sampai mana?"
Bahkan Rose tak mengindahkan suara Junhoe. Rose hanya menoleh sekilas kemudian kembali fokus pada laptopnya.
"Udah sore. Ada yang jemput, nggak?"
Mendengar kalimat Junhoe, Rose melirik jam kecil yang melingkar di pergelangan tangan kiri. Benar saja, jarum pendek sudah menunjuk di antara angka empat dan lima, sementara jarum panjang sudah berada di angka delapan.
Rose segera merapihkan yang tercecer pada lantai gazebo; laptop, cemilan, minuman, buku, dan alat tulis. Setelahnya, ia segera pulang. Biasanya jam segini masih ada angkot, meskipun jarang.
"Lu naik angkot? Gue anter pulang deh, yuk."
Tegas, Rose menolak. Sepanjang koridor yang mereka lewati suasana sekolahnya mulai menyepi. Bahkan hanya ada beberapa siswa yang mengikuti kegiatan ekstrakurikuler. Dan mungkin ada beberapa siswa kelas dua belas yang sedang mengerjakan tugas.
"Naik angkot aja deh." Rose tidak mau menyusahkan Junhoe. Ia tidak mau sahabatnya itu memutar arah karena rumah mereka tidak searah. Jika keadaannya seperti dulu--rumah mereka yang bersebelahan, Rose akan senang hati menerima tawaran Junhoe. Tapi, semenjak Junhoe pindah rumah--meski masih dalam satu kota--Rose jadi jarang bermain dengan Junhoe. Sedari kecil, mereka sudah saling mengenal. Teman bermain, teman curhat, dan segala hal yang terjadi antara mereka. Namun, status mereka tetap berjalan di tempat selama enam belas tahun hidup, sebagai sahabat.
Tak jarang kedekatan mereka disalahartikan bagi sebagian orang. Bahwa persahabatan itu akan berujung pada rasa yang bernama cinta. Namun, selama belasan tahun bersama, rasa di antara mereka tidak bisa berubah. Rose dan Junhoe mematahkan asumsi bahwa tidak ada yang namanya persahabatan di antara perempuan dan laki-laki.
Kini baik Rose dan Junhoe pun sudah memiliki pasangan masing-masing. Tahun ini hubungan Junhoe dan Jiho memasuki tahun keempat. Mereka menjalin hubungan sedari junior high school. Sementara Rose, tahun ini sudah memasuki tahun kedua berhubungan dengan salah satu anak fotografer di sekolahnya.
"Ck," decak kesal. Junhoe segera menghentikan Rose yang sedari tadi tak fokus dengannya. "Ya udah. Nanti kalau nggak dapet, telpon gue, ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Munroses ✓
FanfictionHanya berisi cerita pendek/random Mingyu dan Rose ❤️