"Ros, ini buku tulis kamu. Makasih." Tanpa menunggu tanggapan dari Rose, Mingyu langsung pergi. Berbanding terbalik dengan tadi, kini langkahnya memburu. Ingin cepat meninggalkan ruangan ini. Sekarang Mingyu menyesal telah mengejar pemilik buku tulis itu sampai ke lantai dua. Mingyu menyesal mengorbankan jam istirahatnya demi mengantarkan buku tulis itu sampai ke pemiliknya. Seharusnya Mingyu tidak perlu sepeduli ini. Seharusnya Mingyu bisa memilih cara lain, menitipkan buku tulis itu misalnya. Jadi, ia tak perlu melihat pemandangan yang seharusnya tak ia lihat. Ia tidak perlu melihat sebab-sebab untuk membentangkan jarak pada Rose. Dan sekarang mungkin saja Mingyu bisa lebih lebar lagi memberi jarak pada kekasihnya.
"Mingyu!"
Teriakan Rose berhasil menghentikan langkah Mingyu. Rose mendesah lega. Lantas, ia berlari menghampiri Mingyu yang berada di anak tangga. Cowok itu masih memunggungi Rose meskipun ia sudah berada tepat di belakangnya.
Selama tiga hari ini, Rose berusaha mencari penyebab Mingyu mendiamkannya. Rose berusaha mencari tahu lewat teman-teman dekat Mingyu, seperti Jung Kook dan Yu Gyeom. Mingyu memang tidak menuturkan dengan gamblang mengapa cowok itu begini. Jung Kook dan Yu Gyeom hanya menyimpulkan dari tindak-tanduk Mingyu selama ini. Semua itu karena rasa cemburu cowok itu pada sahabatnya, Junhoe.
Sekarang, Mingyu mendapati Rose dan Junhoe berduaan mengerjakan tugas. Belum tuntas Rose menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi antara mereka, sekarang menambah lagi salah paham dan semakin menjadi rumit.. Tidak, Mingyu tidak boleh dibiarkan berlarut dan termakan asumsinya sendiri. Rose harus memberi Mingyu pengertian dan Mingyu seharusnya juga mengerti Rose.
"Mingyu, ini nggak seperti yang kamu pikirkan. Aku bisa jelasin--"
"Ros, kita butuh ruang."
Rose ingin menolak permintaan Mingyu, tetapi cowok itu melanjutkan langkahnya tanpa menoleh sedikitpun padanya. Rose bisa merasakan nada sarat akan kecewa dan terluka ketika Mingyu berbicara. Mingyu sudah kecewa padanya. Ke depannya, Rose tidak tahu akan seperti apa hubungan mereka jika terus seperti ini.
"Biar gue yang jelasin sama Mingyu."
Tentu saja Rose menolak usulan dari Junhoe, rasanya Junhoe tidak perlu ambil andil dalam masalah ini. "Ini masalah aku. Kamu nggak perlu ikut campur."
"Tapi gue 'kan yang jadi masalah kalian?" Melihat Rose terdiam dengan mata yang masih terfokus pada Mingyu, Junhoe akhirnya bisa tahu bahwa asumsinya benar, meski Rose tidak pernah berkata dengan jujur. "Ck! Tuh cowok posesifnya ngelebihin Jiho amat!"
Junhoe menarik tubuh Rose kembali menuju bangku yang telah disediakan pada lantai dua dan mendudukannya di sana. Melihat wajah sahabatnya yang kelabu, mau tidak mau membuat Junhoe merasakan hal yang sama. Junhoe memahami bagaimana perasaan Rose pada Mingyu. Junhoe mengerti se-bucin apa Rose pada Mingyu. Tetapi, kenapa lelaki itu tidak mengerti? Rasa cemburu memang menutupi kebenaran yang tersirat. Larut dalam emosional menghambat jalannya logika.
"Udah berapa kali kalian berantem gara-gara gue?"
"Berkali-kali. Mungkin ini puncaknya," ujarnya lesu. Untuk mengalihkan perhatiannya, Rose kembali mengambil buku cetak kimia dan berusaha memfokuskan diri untuk menyelesaikan tugas.
"Tuh cowok pemikirannya kolot amat, ya! Laki lu nggak percaya sama persahabatan antara cewek sama cowok kayaknya."
Rose hanya bisa mengangguk lemah. Siapa pula yang akan percaya dengan persahabatan beda gender seperti ia dan Junhoe. Namun, ini lah faktanya. Rose tidak bisa memaksakan perasaannya pada Junhoe untuk lebih dari sekadar sahabat dan kakak, sementara hatinya sudah terpaut oleh cowok lain. Begitu juga dengan Junhoe. Lantas kenapa kekasihnya tidak bisa mengerti dan selalu mengulangi kesalahan yang sama?
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Munroses ✓
FanfictionHanya berisi cerita pendek/random Mingyu dan Rose ❤️