#56; Stay: Pahit

601 95 29
                                    

Mingyu masuk ke dalam kelasnya dengan raut wajah kesal. Mengingat kejadian pagi ini, membuat suasana hatinya tidak karuan.

"Waeyo dengan Tuan Muda Kim kita ini? Apakah pertunanganmu berjalan tidak lancar?"

"Atau kah perempuan itu tidak terlalu cantik seperti Noona-mu?"

"Apa dia tidak menyukaimu?"

Jaehyun, Bambam dan Junhoe berkata secara bergantian. Suara mereka yang terlalu berisik semakin membuat suasana hatinya semakin memburuk. Apakah mereka bertiga tidak bisa menjadi anjing yang menggonggong di pagi hari? Aku sedang tidak ingin memberikan mereka makan berupa cerita pertunanganku.

"Kenapa diam saja," kata Jaehyun yang sudah duduk di depan Mingyu.

"Kami menantikan ceritamu," tambah Bambam.

"Bukankah kau sudah berjanji akan menceritakannya?" kali ini Junhoe yang berkata.

Bagaikan kereta yang melaku dengan gerbongnya, ketiganya sejak tadi saling sahut-sahutan dalam bertanya. Tidak bisa kah mereka melihat wajahnya yang menggemabarkan suasana hatinya saat ini? Memangnya mereka pikir bertunangan itu menyenangkan? Terlebih lagi bila mereka tahu pertunangan ini tidak bisa dibatalkan begitu saja. Mingyu pusing akan jalan cerita hidupnya.

Dulu ia berpikir, hanya Jennie—Noona-nya—yang akan menjalani perjodohan bodoh ini karena dia perempuan, tapi ternyata tidak. Dua hari sebelum acara makan malam itu, Mingyu hanya dapat terseyum masam mendengarkan bahwa dirinya akan bertunangan.

"Kalian tidak akan tahu bagaimana rasanya ditolak dan mengetahui bahwa tunangan kalian telah memiliki kekasih," kata Mingyu akhirnya.

Tiga detik setelah berkata seperti itu, suara tawa dari ketiga temannya terdengar begitu jelas. Mingyu menatap kesal ke arah ketiga temannya.

"Ditolak di awal itu sakit."

"Tapi ternyata sudah punya buntut."

"Berasa baru maju selangkah sudah ada lampu merah selamanya."

Lagi dan lagi ketiga tertawa begitu senang dan semakin membuat suasana hati Mingyu semakin memburuk. Teman sejati itu memang temang bangsat, bukannya menyemangati, malah mengolok-ngoloknya. Benar-benar teman sejati sesungguhnya.

"Tapi ...."

Mingyu memotong perkataannya, membuat ketiga terdiam seketika. Wajah penuh penasaran tergambar dengan jelas dari ketiganya.

"Kekasihnya itu ternyata bangsat."

"Kok?" tanya Jaehyun.

"Bagaimana kau mengetahuinya?" tanya Bambam.

"Iya betul, bukankah kau baru melihatnya?" tanya Junhoe akhirnya.

Mingyu tersenyum. "Well ... well ... mungkin kalian tidak akan percaya, tapi aku sudah pernah melihat kekasihnya itu bersama perempuan lain."

"HAH?!"

Mingyu menutup kedua telinganya ketika temannya berteriak bersamaan. Ia memutar kedua matanya malas. Ia tidak tahu, mengapa ia bisa berteman dengan ketiga makhluk di depannya ini yang sangat menyukai gosip-gosip yang ada, layaknya sekelompok perempuan.

"Kau mau kemana?"

"Mana lanjutannya?"

"Mingyu Kim! Jangan pergi begitu saja setelah membuat kami penasaran seperti ini."

Ia terus menghiraukan teriakan dari ketiga temannya itu. Melambaikan tangannya, pertanda ia tidak akan mengikuti jam pelajaran hingga jam istirahat pertama. Ia malas mendengar pertanyaan-pertanyaan dari ketiganya yang bersifat berlebihan itu. Di kehidupan sebelumnya, apa mereka itu perempuan yang suka bergosip?

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang