#51; Her Boyfriend [1/3]

943 109 9
                                    

[ Mau ngingetin kalo ini cuma FF. Gue butuh peran jahat untuk jalan cerita two shoot ini. Maaf, jika ada bias kalian yang ternistakan ♥️ Sungguh, penulis tidak punya maksud untuk membuat mereka jahat di sini.

Happy reading ♥️]

###

Sejujurnya, dari dulu gue nggak pernah deket sama pacar-pacar teman atau sahabat cewek gue.

Mungkin bagi orang lain, gue ini sedikit aneh. Padahal, nggak ada salahnya temenan sama pacar teman sendiri dan itu bisa menambah ruang pertemanan kita di masyarakat.

Namun, kini gue tahu kenapa gue selalu jaga jarak dengan pacar-pacar teman gue.

Karena yang namanya perasaan orang nggak pernah ada yang tahu. Tuhan bisa membolak-balikkan hati manusia dengan mudah. Dan, gue benar-benar menyesal mencoba untuk berteman dengan pacar sahabat gue.

Ya. Gara-gara gue mencoba hal itu, gue jadi naksir pacarnya Lisa.

Namanya adalah Kim Mingyu.

###

Seharusnya gue senang karena Jaehyun mentraktir kita di kafe langganannya. Tempat ini didesain dengan gaya klasik, namun terlihat kekinian. Musik instrumen jazz yang terdengar membuat perasaan lebih rileks. Ya, seharusnya gue bisa rileks. Nyatanya, gue selalu gugup ketika mendengar suara cowok yang duduk di sebelah gue ini.

"Rose, lo mau pesen apa?"

Jantung gue nyaris copot mendengarnya. Ya, seharusnya gue nggak bereaksi berlebihan kayak gini. Tapi, kalo yang nanya Mingyu, kayaknya gue nggak bisa biasa, deh.

"Ngapain lo nanya gitu ke Rose, hah? Modus lo, mentang-mentang pacar lo lagi ke toilet," celetuk Dokyeom.

"Untung aja Rose orangnya nggak baperan. Kalo dia beneran baper gimana?" sahut Jiho.

"Kalo Rose baper, tinggal beliin makanan aja. Bener nggak, Gyu?" ujar Jaehyun.

"Hahahaha... Bener banget, Jae. Nyogok tukang makan mah gampang banget," timpal Mingyu.

"Bacot!" Maki gue dengan wajah jutek.

Ya, hal seperti ini baru permulaannya aja. Bayangin aja, jika tujuh puluh persen dalam waktu satu minggu per dua puluh empat jam di hidup lo selalu ada sosok pacar teman yang lo taksir. Gue kadang tergoda buat ngerebut Mingyu dari Lisa. Tapi, gue nggak sejahat itu buat ngehancurin persahabatan gue hanya gara-gara seorang cowok.

•••

"Rose? Nggak balik lo?"

Jantung gue kembali dibuat melompat oleh suara berat itu. Gue lagi asik ngobrol sama Eunha di depan pos satpam, tiba-tiba si curut satu ini nongol. Eh? Tapi, kok dia sendirian, ya? Tumben nggak sama Lisa.

"Lo nanya pilih kasih amat sih, Gyu. Lo nggak liat kalo gue juga belum pulang?" sembur Eunha.

"Eh? Ada Eunha? Sorry, nggak kelihatan. Ketutupan sama angin," ledek Mingyu.

"Kampret lo!" maki Eunha dan Mingyu tertawa terbahak-bahak.

"Tumben sendiri? Lisa mana?" tanya gue kemudian.

"Ada latihan PMR," jawab Mingyu dan gue cuma manggut-manggut doang.

"Lah, ini si Bantet juga nunggu jemputan?" tanya Mingyu sambil cengengesan.

"Bantet pala lo. Gue sikat pake areng juga lo."

Gue berusaha menahan tawa. Selalu aja mereka berdua bertengkar. Mingyu itu tipikal cowok yang suka bercanda dan meledek siapa aja. Lisa bilang, dia jadi deket sama Mingyu gara-gara cowok itu suka meledeknya. Fyi, Mingyu dan Lisa selalu menjadi teman sekelas. Ya, bisa dikatakan mereka itu cinlok. Sedangkan pertemanan gue dengan Lisa dan lainnya terjalin sejak di bangku SMP. Di SMA ini gue dan Lisa nggak pernah satu kelas, walau kelas XI masuk di jurusan yang sama.

Beberapa menit berlalu, adik sepupu Eunha akhirnya datang menjemput. Kini, tinggal gue dan Mingyu yang duduk dengan jarak dua jengkal.

"Kakak lo masih lama?" tanya Mingyu.

Gue mengangkat kedua bahu gue. "Nggak tahu, nih. Bilangnya tadi mau otw."

"Lo lupa, ya? Orang sini bilang mau otw itu artinya dia baru bangun tidur," kata Mingyu membuat gue tertawa.

"Lo sendiri ngapain masih di sini? Nungguin Lisa?" tanya gue.

Mingyu menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Terus?"

"Ya, nggak ada. Nemenin si jomblo yang belum dijemput, takutnya diculik sama om-om genit," kata Mingyu sambil terkekeh.

"Sialan lo!" tukas gue.

"Hahahaha... Mau pulang bareng atau gimana?" tawarnya membuat gue deg-degan nggak jelas.

"Ng, lo bawa motor?" tanya gue sedikit salah tingkah.

"Motor gue masih di parkiran, tuh!" jawabnya.

"Gue kira lo mau pulang sama Lisa naik bus," kata gue.

"Nggak. Tadi gue kedepan pengen liat abang tukang cilok masih ada apa nggak, eh, gue malah nemu jomblo lagi nunggu jemputan yang tak kunjung datang."

"Sialan lo, ah!"

"Hahahaha... Gimana? Mau balik bareng nggak? Mumpung gue baik hati mau nebengin lo," katanya.

"Emang boleh? Nanti kalo Lisa nyariin lo gimana?"

"Tadi dia minta gue pulang duluan, sih. Paling nanti dia nebeng sama Kak Seulgi," kata Mingyu.

Gue berpikir sebentar sebelum mengiyakan ajakan Mingyu. Sesungguhnya, kesempatan emas ini nggak akan datang dengan mudah.

"Ya udah, deh. Lo ambil motor lo di parkiran, gue tunggu di sini, ya," kata gue akhirnya.

"Oke. Sebentar ya."

Mingyu pun pergi ke parkiran siswa. Diam-diam, gue noleh ke belakang dan melihat punggungnya yang semakin menjauh. Tanpa diminta, kedua sudut bibir gue terangkat. Gue seneng. Seneng bisa pulang diantar sama Mingyu.

Buru-buru gue chat Kak Jennie kalo gue pulang sama Mingyu. Ternyata benar apa yang dikatakan Mingyu, Kak Jennie lama jemput gue karena dia baru selesai mandi.

Beberapa menit kemudian Mingyu datang. Ia menyerahkan helm bogo yang biasa di pakai Lisa ke gue. Setelah memakai helm, gue pun duduk dengan posisi miring di jok belakang motor matic cowok itu. Nggak lupa dia minta gue buat pegangan jaket biru dongkernya.

Ya, sejujurnya ini bukan kali pertama gue pulang bareng sama Mingyu. Gue beberapakali pulang sama pacar temen gue dengan alasan rumah kita searah. Dan, Lisa nggak pernah mempermasalahkan hal itu. Kayaknya Lisa nggak ada pikiran kalo gue bisa aja ngerebut Mingyu dari sisinya.


•••••

Tbc

Sebenarnya ini ide untuk short story HER EX yang lama terpendam di kandang watermeyong. Cuma ini aku bikin versi lain karena two shoot. Ehe.

20/10/2019

Saturn ♥️🍉🍒

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang