#74; Persinggahan

408 85 13
                                    

“Aku merindukanmu, tapi bukan berarti aku kembali kepadamu itu baik.”

*****



Kejadian itu sudah lama berlalu. Mingyu mungkin melupakannya jika saja Rose tidak mendapatkan insiden saat kompetisi dan Eunwoo yang tidak mengingatkannya. Mingyu hanya terdiam ketika Eunwoo berhasil mengorek memori lama.

Peristiwa itu terjadi ketika Mingyu masih menjadi siswa baru. Roseanne Park sudah sedari awal masuk selalu mengejar Mingyu. Mulanya Mingyu tak masalah berdekatan dengan Rose. Mereka berteman dengan baik, selain karena sekelas. Namun, setelah hampir setengah tahun, sikap Rose semakin membuat Mingyu risih.

Rose selalu mengikutinya. Bahkan gadis itu sengaja ke rumahnya untuk berangkat sekolah bersama. Rose juga mengikuti ekstrakurikuler dan organisasi yang sama dengannya. Bukan hanya itu, rasanya seluruh siswa di sekolah tahu mengenai Rose yang selalu didekat Mingyu. Mingyu dan Rose menjadi buah bibir.

Karena geram dengan hal itu, Mingyu pun bertanya pada Rose saat mereka berangkat bersama, “Kenapa kau selalu mengikutiku?”

Rose tersenyum, “Karena kita teman.”

Salah satu sudut bibir Mingyu terangkat, “Tidak ada teman yang selalu mengikuti teman lainnya.”

“Tentu saja ada. Aku, misalnya. Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini.”

Mingyu menatap tajam Rose. “Berhenti mengikutiku. Aku muak denganmu.”

Senyum yang semula selalu bertengger pada wajah Rose kini luntur. Dan digantikan dengan ketakutan-ketakutan yang berkeliaran dalam otaknya. Rose pun mencegah Mingyu yang ingin pergi. “Mingyu, tunggu. Kenapa kau seperti ini?”

“Lebih baik kita tidak berteman lagi.”

Cekalan tangannya mengendur seiring Mingyu melangkah pergi. Rose terpaku. Ia tidak menangis, tetapi kenapa rasanya sesak sekali. Seolah ribuan jarum menusuk dadanya. Tak ada air mata yang membasahi pipinya. Namun, napasnya tersengal, dadanya sesak.

Aksinya itu berhasil membuat Rose menjauh dari Mingyu. Mereka sekelas, tapi tak saling sapa. Rose masih bisa tertawa dan Mingyu lega karena Rose masih bisa tertawa dengan yang lainnya. Namun, satu hal yang Mingyu sadari, ada seseorang yang berangkat dan pergi bersama dengan Rose. Seolah menggantikan posisi Mingyu. Ialah Cha Eunwoo, siswa tetangga kelasnya.

Mulanya hal itu mengganggu Mingyu, tetapi semenjak mengenal Lisa ketika Mingyu menjadi panitia lomba pikiran Mingyu menjadi teralih. Semenjak Lisa mewakili kompetisi dance di tahun pertamanya sekolah, Mingyu menjadi tim dokumentasi sehingga mengikuti Lisa berkompetisi. Semenjak saat itu, Mingyu menjadi dekat dengan Lisa.

Kini Lisa dan Mingyu menjadi buah bibir di kalangan siswa. Digadang-gadang menjadi pasangan sempurna. Tampan dan cantik, keduanya juga memiliki bakat dan kepintaran masing-masing. Pasangan dengan paket komplit.

Harapan Mingyu menjadi kekasih Lisa pun pupus. Ia kembali terlibat masalah dengan Rose. Mingyu berhasil masuk dalam perangkap yang telah Rose buat untuknya. Entah kenapa, semenjak kedekatannya dengan Lisa menjadi rahasia umum, Rose kembali bertingkah seperti dulu.

Setiap Mingyu ingin berdekatan dengan Lisa, selalu ada Rose yang tiba-tiba datang. Bahkan dengan beraninya Rose mengancam Lisa untuk menjauh dari Mingyu di depan Mingyu. Karena geram dengan hal itu, Mingyu pun memperingati Rose untuk menjauh darinya dan Lisa.

“Aku akan menurutimu, jika kenaikan kelas nanti peringkatmu di atasku.”Rose tersenyum penuh kemenangan.

Ujian akhir semester tinggal menghitung hari. Mingyu tahu jika Rose lebih pintar darinya. Gadis itu selalu masuk dalam sepuluh besar dari 288 siswa, sedangkan Mingyu masuk lima puluh besar saja ia sudah untung.

Melihat Mingyu tidak berkutik, Rose menambahkan, “Tapi, jika kau tidak bisa, kau harus menjadi kekasihku dan menjauhi Lisa.”

Mingyu terdiam. Ia tidak ingin menuruti ide gila Rose. Sebab, Mingyu sudah tahu siapa yang akan menjadi pemenang di sini. Namun, tak ada jalan lain menyingkirkan Rose. Sebab Rose adalah halangan terbesarnya untuk mendapatkan Lisa.

“Okay, aku anggap kau setuju.”

Rose berlalu meninggalkan Mingyu. Mulai saat itu, Mingyu mati-matian belajar agar peringkatnya membaik. Mingyu sempat frustrasi karena tidak mungkin ia mengejar Rose dalam waktu tidak ada seminggu dalam belajar. Mingyu berpikir bisa saja ia mengambil diam-diam soal beserta kunci jawaban. Namun, Mingyu tidak mungkin senekat itu.

Siapapun bisa menebak untuk hasil akhir. Mingyu hanya masuk lima puluh besar, sementara Rose melejit masuk tiga besar. Suatu ketika Mingyu tidak sengaja bertemu dengan Rose. Rona bahagia terlihat jelas pada raut wajahnya.

“Aku ingin kau memenuhi janjimu.”

“Aku tidak mau.”

Mingyu jelas menolak. Untung saja suasana sekolah sudah mulai sepi. Jika tidak, keberadaan mereka akan mengundang perhatian. Apalagi sekarang Lisa bersamanya. Pas sekali sebagai tontonan sebuah drama.

“Jika kau menolak, aku akan menyebarkan rekaman ini.”

Lalu suara Mingyu dan Rose tempo hari terdengar. Tentang bagaimana Mingyu memperingati Rose untuk menjauh dari Lisa dan berakhir dengan pertaruhan mereka. Jika Mingyu menolak, tentu ia sudah tidak punya muka lagi. Ia tidak akan dilabeli pengecut seantero sekolah.

Mingyu memandang Lisa dengan binar menyesal. “Aku minta maaf. Tapi, satu hal yang harus kau tahu, aku mencintaimu. Suatu saat, kita akan bersama.”

Mendengar kata cinta itu terucap, Rose langsung menarik Mingyu. Rona bahagianya berubah menjadi kesal. Rose menatap Lisa tajam. “Dan untukmu jangan sampai mendekati kekasihku lagi jika tidak ingin dicap sebagai perempuan murahan.”

“Roseanne Park!”teriak Mingyu tidak terima. Bagaimana bisa Rose menghina Lisa semudah itu.

“Ayo!”

Semenjak saat itu, Mingyu dan Rose resmi menjadi sepasang kekasih. Namun, siapapun tahu jika Mingyu terpaksa menjalaninya. Secara diam-diam, Mingyu selalu bertemu dengan Lisa. Namun, sepintar apapun tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Saat pergi ke mall Rose mendapati Mingyu dan Lisa bermesra-mesraan. Keesokan harinya, Rose memperingati Lisa untuk tidak menganggu hubungan.

Kejadian itu terjadi berulang-ulang. Mingyu dan Lisa yang tidak jera justru secara terang-terangan berduaan di depan Rose. Baik di sekolah ataupun di mana pun. Mingyu tidak pernah menyempati waktu untuk Rose, sebaliknya ia akan dengan senang hati meluangkan waktunya untuk Lisa. Namun, hal itu tidak menyurutkan semangat juang Rose untuk mendapatkan Mingyu.

Rose semakin lama semakin menikmati perannya. Asalkan Mingyu masih menjadi kekasihnya, Rose tidak akan mempermasalahkannya. Mingyu dengan bebas bisa melakukan apapun pada Lisa di depan Rose. Mingyu tidak pernah menganggap Rose sebagai kekasihnya.

Agar Mingyu bisa berpisah dengan Rose, peringkat Mingyu harus melebihi peringkat Rose. Itulah syarat utama yang diberikan Rose kepadanya. Namun, hingga hampir satu semester, Mingyu tidak bisa menyaingi kepintaran Rose.

Hingga kejadian itu tiba. Peristiwa di mana Rose menyelamatkan nyawanya. Saat itu Mingyu dan Lisa sedang berjalan menuju halte bus. Namun, karena mereka sedang bercanda, Mingyu tidak sadar ada motor yang mengebut secara ugal-ugalan. Rose yang datang dari arah berlawanan melihat Mingyu dalam bahaya langsung mendorong Mingyu dan berakhir dengan dirinya yang tertabrak. Alhasil, pergelangan kaki Rose cedera dan membutuhkan waktu untuk pulih semula.

Sikap Mingyu baik hanya sampai Rose sembuh. Setelah itu, semuanya kembali seperti semula. Mingyu yang kembali bermesraan dengan Lisa secara terang-terangan dan menganggapnya tidak ada. Lalu Rose melihat kesempatan untuk mengalahkan Lisa. Peristiwa yang kini menjadi bumerangnya sendiri. Rose mungkin tidak bisa berjalan normal kembali.

Perasaanya kini tak menentu. Jelas ia mencemaskan Rose. Bohong, jika selama ini Mingyu tak peduli pada Rose, ia hanya menyembunyikannya. Mingyu tidak mengerti jika kepeduliannya ini akan berujung menyukai atau memang peduli saja. Namun, Mingyu juga tidak bisa membohongi dirinya yang tertarik pada Lisa. 

Sudah hampir seminggu berlalu dari peristiwa itu terjadi. Ada yang berubah dari rutinitasnya. Ada yang berbeda dan Mingyu merasa itu kosong. Tak ada lagi Roseanne Park yang memutari dunianya.

Selepas gadis itu masuk, Mingyu tidak berbicara sama sekali dengan Rose. Biasanya, Rose akan menghampiri Mingyu. Namun, kini berbeda. Rose tidak lagi sama, bahkan untuk melihat Mingyu pun Rose tidak pernah. Jika mereka tidak sengaja bertemu, Rose akan membuang pandangan dan seolah tidak melihat Mingyu. Sebenarnya, apa yang terjadi dengan gadis itu?

“Mingyu, kau kenapa?”tanya Lisa cemas. Cowok itu akhir-akhir ini sering melamun. Dan terlihat jelas pikiran Mingyu tidak fokus.“Kau terus melamun sedari tadi.”

Mingyu menggeleng sembari tersenyum. Kemudian ia menyantap makanan dan—berpura-pura—menikmatinya. Tak ada pembicaraan di antara keduanya. Biasanya mereka menceritakan banyak hal. Namun, obrolan itu kini hanya satu arah, hanya Lisa, sementara Mingyu akan merespon sekenanya. Sikap Mingyu yang seperti ini membuat Lisa tak nyaman dan banyak pertanyaan yang muncul. Namun, Lisa tidak bisa memaksakan Mingyu untuk bercerita.

Melihat Roseanne Park yang masih bisa tertawa bebas sungguh membuat Mingyu aneh. Seolah tak ada yang terjadi antara mereka. Waktu pemulihannya seolah membuat Rose menjadi sosok yang baru. Dan itu membuat Mingyu ingin bertanya untuk meluruskan kegundahannya.

Saat pulang sekolah, Mingyu sengaja menunggu di pintu gerbang. Hari ini, Lisa ada latihan dance. Pada akhirnya, memang Lisa yang menjadi perwakilan sekolahnya. Setiap pulang sekolah, Lisa pasti menyempatkan diri untuk latihan.

Melihat Rose yang semakin mendekat, Mingyu siap menghadang Rose. “Roseanne Park, kita perlu bicara.”

Hari ini, Rose pulang bersama Eunwoo. Raut ketidaksukaan pada Mingyu jelas terlihat. Namun, Mingyu mengabaikannya. Perhatiannya kini hanya tertuju pada Rose.

“Lebih baik kau menunggu di halte saja,”ujar Rose pada Eunwoo. Ia tidak ingin kedua cowok ini menarik perhatian massa karena—mungkin saja—terjadi keributan.

“Kau baik-baik saja menghadapi dia?”

“Emm…, tenang saja.”

Sebenarnya, Eunwoo sangat berat hati meninggalkan Rose bersama Mingyu. Lepas semua yang terjadi, sudah paling benar Rose menjauh dan menghentikan laju perasaannya. Karena mencintai Mingyu, tak akan membuat Rose bahagia. “Jika terjadi sesuatu, berteriaklah. Sekolah belum sepi.”

Rose tertawa. Terkadang Eunwoo terlalu berlebihan. Sedangkan Mingyu hanya berdecih menyaksikan sebuah pertujukan yang lebay menurutnya. Mingyu tidak mungkin melakukan hal gila pada Rose. Apalagi sampai menyakiti gadis itu. Namun, Mingyu melupa bahwa selama ini dialah sumber patah hati terhebat Rose.

Setelah kepergian Eunwoo, mereka pun menuju tempat lebih sepi untuk menghindari perhatian siswa-siswa yang ingin tahu. Mingyu memilih taman belakang sekolah.

“Kita perlu bicara,”ulangnya lagi.

“Silakan. Telingaku masih berfungsi dengan baik, kau tidak perlu mengulang.”

Mingyu merasa asing. Rose tidak pernah begini sebelumnya. Sebelumnya, Rose tidak pernah menunjukkan ekspresi seperti ini, datar dan tanpa emosi apapun. Baik dalam nada bicara juga tatapannya. Bahkan sedari tadi, Rose tidak menatapnya. Gadis itu hanya memandang lurus.

“Aku minta maaf karena tidak bisa menjengukmu.”

Sebenarnya bukan ini yang ingin Mingyu katakan. Namun, Mingyu terlalu bingung untuk memulainya dari mana. Perihal semua keresahan dan kebingungannya, Mingyu tidak yakin, jika Rose akan mengerti.

Ketika teman-temannya secara giliran menjenguk, Mingyu tak ada satu pun yang menjadi bagian mereka. Mingyu menemani Lisa latihan hingga larut petang, selebihnya ada kegiatan ekstrakurikuler. Hingga Rose kembali masuk sekolah, Mingyu belum sempat menjenguknya.

“Aku tidak masalah. Kau mau menjenguk atau pun tidak, tidak masalah bagiku.”

Bukan begini yang Mingyu inginkan. Biasanya Rose bertanya apa dan mengapa Mingyu melakukan itu. Tetapi, kali ini, Rose sungguh berbeda. “Sebenarnya apa yang terjadi denganmu? Kenapa kau seperti ini?”

Rose menoleh ke Mingyu. Saat itu juga Mingyu semakin melihat Rose yang lain. Rose yang begitu jauh. Rose yang tidak seperti biasanya ia lihat.

“Seperti ini? Apa maksudmu? Aku tidak mengerti.” Rose tertawa kecil yang meremehkan. Hari ini Mingyu sungguh aneh. Mengajaknya berbicara dan sekarang menuntut penjelasan. Apa Rose melakukan kesalahan? Rose sudah menghindari Mingyu akhir-akhir ini. Dan bertekad untuk tidak mengganggu cowok itu.

Mingyu menatap Rose lekat-lekat. Semua gerak-gerik gadis itu tak luput dari pandangannya sedikitpun.“Kau menjauh dariku. Seolah-olah kau tidak mengenalku.”

Tatapan matanya kini kosong. Tak ada sarat emosi di dalamnya. Mingyu yang melihatnya masih mengganjal, masih belum terbiasa. Mingyu hampir tidak mengenali Rose.

“Sejak awal hubungan kita sudah keliru. Aku tahu kau sangat mencintai Lisa dan seharusnya aku tahu di mana posisiku. Dari awal hanya aku yang berjuang untukmu. Aku seperti parasit yang menempel dirimu. Melakukan apapun untuk mendapatkan perhatianmu. Lalu aku berpikir bisa saja kau membalas cintaku. Tapi, akhirnya kau masih tetap mencintai Lisa dan aku kehilangan diriku. Aku tidak bisa menemukan diriku saat mencintaimu. Aku seperti menjadi sosok lain.”

Rose seolah berperan menjadi antagonis. Melakukan berbagai cara menjauhkan Mingyu dari Lisa. Melakukan apapun agar Mingyu tetap di sisinya, menjadi miliknya. Katanya cinta lahir karena terbiasa. Seluruh pusat perhatiannya diberikan untuk Mingyu. Sebagai wujud menyalurkan afeksinya, Rose memperlakukan Mingyu bak tuan raja. Lalu dengan begitu, Mingyu akan membalas perasaanya. Sungguh Roseanne Park memang sangat bodoh berharap pada sesuatu yang semu.

“Aku tidak menyalahkanmu. Ini murni kebodohanku. Jadi, aku memutuskan berhenti. Berhenti untuk memperjuangkanmu, berhenti mencintaimu. Ini sangat melelahkan. Benar-benar melelahkan. Sekarang kau bisa mengejar cintamu. Maaf karena keegoisanku kau dan Lisa tak sempat bersama. Seharusnya cinta tidak menghancurkan seperti ini.”

Lidah Mingyu tercekat, tidak percaya dengan apa yang didengarkannya baru saja. seolah ada ribuan anak panah yang menyerang dadanya, Mingyu tak pernah merasakan seperti ini sebelumnya. “Roseanne Park, apa kau sungguh-sungguh?”

Rose menatap Mingyu dengan yakin. Tak ada keraguan sedikitpun. Ini murni keputusannya tanpa ada campur tangan orang lain.“Apapun yang kalian lakukan, aku akan mendukung.”

Mingyu masih menyangkal. Ia benar-benar tidak percaya Rose mampu mengatakan ini semua. “Kau pasti sedang marah padaku, ‘kan?”

Rose menggeleng. “Tidak, untuk apa aku marah padamu. Sudah saatnya aku berhenti. Aku tidak mau menjadi penghalang kebahagiaanmu.”

Napas Mingyu tersendat. Dia tidak tahu lagi harus menanggapi Rose bagaimana. Satu sisi ia tidak ingin Rose bersikap tak acuh padanya. Di sisi lain, ada hati lain yang sedang Mingyu perjuangkan.

Belum sempat mengatakan, ponsel Mingyu berdering. Ia mengeluarkan dari saku celana. Hanya menatap dan membiarkan terus berdering ketika nama Lisa lah yang muncul.

Rose mendengarkan suara Mingyu yang mulai parau. Cowok itu menatap Rose dengan mata yang memerah.“Dia selalu menungguku. Dia mengatakan dia mencintaiku. Apa aku harus pergi dan bersamanya?”

“Semua itu pilihanmu. Aku tidak ada hak untuk menjawabnya.”

“Kau benar-benar sudah berhenti?”tanya Mingyu meyakinkan sekali lagi.

Tatapannya tak lepas dari Mingyu. Rose tersenyum seraya mengatakan,“Iya. Perasaanku sudah selesai.”

Mingyu menelan ludah lalu mengangguk-angguk.“Aku juga mencintai Lisa. Sangat mecintainya.”

“Okay.” Nada suaranya ia usahakan stabil mungkin seolah perkataan Mingyu tidak mempengaruhinya. “Jika tidak ada yang dibicarakan lagi, aku pulang.”

Rose meninggalkan Mingyu bersama dengan rasa yang selama ini dimilikinya. Berjanji untuk tidak kembali pada sang penabur luka. Benar, seharusnya cinta tidak menghancurkan. Seharusnya cinta tidak saling melukai.

Mingyu mencintai Lisa sampai kapan pun. Dan selama ini Rose menjadi penghalang kebahagiaan mereka. Rose tidak akan pernah bisa menggeser posisi Lisa, seharusnya ia tahu diri sedari awal. Perihal melepaskan memang tidak mudah. Namun, bertahan sama saja dengan saling menghancurkan.

Rose pasti akan merindukan Mingyu. Namun, kembali padanya itu tidak baik. Tidak baik untuknya dan juga semuanya. Rose memilih mundur dan melepas. Mingyu sudah menemukan kebahagiaannya. Sekarang Rose harus mencari kebahagiaannya.


Di penghujung koridor ia melihat Eunwoo. Senyumnya menular pada Rose. Setelah dekat, Eunwoo menjulurkan tangan. Selang beberapa detik, Rose menerimanya. Mereka bergandengan tangan dan saling melontarkan canda, seolah tak terjadi apapun pada Rose sebelumnya.

Perihal melupakan memang tidak mudah. Setidaknya, Rose sudah berani melepas ikatan itu. Ikatan lara yang membuat semuanya saling tersiksa. Ia, Mingyu kini sudah menemui jalannya masing-masing.




=FIN



Gimana untuk endingnya? Maaf ya aku tuh emang suka mengaramkan kapal sendiri :((

Jangan lupa votmen nya yaa gess💜


<5 September 2020>

Sirius✨

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang