#39; Everythingoes [2/4]

648 102 52
                                    

Setan biadab!

Kenapa sih aku harus ada di posisi ini? Bisa pecah kepalaku gara-gara kelakuan Jaehyun. Aku semakin disibukkan oleh persiapan acara pernikahan Jihyo. Sampai-sampai aku mengabaikan Jaehyun dan menganggap masalahku kemarin sebagai angin lalu. Maksudku, lebih ke menenggelamkan masalah kemarin dan bertingkah seolah semuanya baik-baik saja. Tapi, tidak dengan Jaehyun.

Hampir seminggu menghilang tanpa kabar dan sekarang tiba-tiba datang di tempat kerjaku. Gimana aku nggak jantungan? Ditambah lagi dengan mimik muka ya you-know-what kalau lagi mau bunuh orang. Nah! Jaehyun seperti itu.

Aku mau misuh-misuh nggak jadi. Jarang chat, jarang menelepon, jarang video call, dan juga jarang bertemu hampir seminggu ini, kan aku jadi kangen. Ini setan kampret mana sih yang merasukiku? Bukannya marah-marah malah diam begini. Diam-diam memerhatikan wajah Jaehyun yang kadar kegantengannya lebih lebih pokoknya.

"Kamu ngapain di sini?" Untung saja aku melihat kehadirannya pertama kali dibanding yang lain. Coba kalau Jiho yang melihat Jaehyun. Perang Badar aja kalah kali. Dia kan benar-benar benci dengan Jaehyun. Kadang kalau lagi kesal dengan Jaehyun, aku keceplosan cerita dengan Jiho. Mana mungkin orang lagi kesal cerita yang bagus-bagus, 'kan? Mungkin dari situ, Jiho nggak suka dengan Jaehyun. Semenjak saat itu, aku lebih mengontrol mulutku. Lebih baik aku menghadapi satu singa betina daripada dua sekaligus. Maksudku si Eunha.

"Aku mau protes sama atasan kamu. Nggak kira-kira ngasih kamu kerjaaan."

Asli aku gemes sendiri sama Jaehyun. Greget sama jalan pikirnya dia. Minta dicium emang. Ya Salam, tobat Rose, tobat. "Kamu mau protes? Nggak bisa dong." Aku menghalangi langkahnya yang ingin masuk ke kantor. Padahal ini sudah di depan pintu.

"Siapa nama atasan kamu itu? Ji-ji ...."

"Jiho," kataku cepat. Aku berusaha menjauhkan Jaehyun dari pintu masuk. Gimana pun juga tenaga pria sama wanita itu beda. Aku tetap kalah.

Aksi tarik-tarikan ini berhenti saat suara batuk--lebih ke berdeham--terdengar dari belakang Jaehyun. Aku memiringkan kepala gara-gara porsi tubuh Jaehyun yang lebih menjulang. Jaehyun pun berbalik badan.

Kedua alisnya menyatu, sepasang matanya menyipit. "Dia siapa?" tanyanya langsung ke arahku.

Gelagapan! Aku nggak pernah bilang kalau ada cowok yang bekerja di sini. Tapi, dia juga tidak bekerja di sini. Tunggu. Jadi, kata apa yang tepat untuk posisinya orang itu? Belum sempat aku jawab, suara yang berasal dari orang itu menyeletuk, "Kalian menghalangi jalan."

"Dia kerja di sini juga?" Jaehyun berulang kali menoleh bergantian ke arahku dan orang itu.

Kampret. Otakku benar-benar nggak bisa diajak kerja sama. Dalam keadaan genting begini kenapa nggak berfungsi dengan baik sih. The power of kepepet is bullshit. Nyatanya nggak berlaku sama sekali denganku.

"Kamu bilang nggak ada cowok yang kerja di sini? Terus dia siapa? Klien kamu?"

Pertanyaan beruntun dari Jaehyun nggak langsung aku jawab. Aku terdiam sebentar untuk mencari jawaban yang pas. "Bukan gitu," kataku akhirnya. Aku masih nggak bisa jelasin hal yang sebenarnya. Karena pasti sulit diterima oleh Jaehyun.

"Saya sepupu Jiho, Mingyu." Pria itu mendekat. Jaehyun semakin menatap Mingyu sangsi, sementara aku hanya bisa merapalkan doa agar adegan ini segera berakhir.

"Pantesan aja kamu betah kerja sampai nggak ingat waktu, ternyata ada cowok di sini." Duh, penyakit Jaehyun mulai lagi. Sepertinya emang harus kujelaskan, biar Jaehyun tidak berasumsi yang aneh-aneh.

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang