#66; Milikku

902 120 23
                                    


"Ternyata memang benar kalau dia itu pembawa bencana."

"Aku sudah peringatkan Eunwoo saat itu untuk tidak mendekati ataupun berparan dengan Rosé. Dan lihat sekarang, Eunwoo mati kecelakaan."

"Enam bulan lalu Jaehyun mati tertabrak truk saat pulang kuliah. Padahal baru satu bulan menjadi kekasih perempuan itu."

"Sama seperti dengan Eunwoo? Bukankah mereka baru satu bulan, juga?"

"Ku dengar saat sekolah dulu, dia mendapatkan sebuah julukan 'perempuan pembawa kematian dalam satu bulan menjalin kasih', sudah banyak korbannya."

"Benarkah? Semua hanya satu bulan?"

"Minho, kakak dari Jennie bahkan menjadi korbannya. Kala itu, Minho sedang manggung bersama bandnya, dan kau tahu apa yang terjadi?"

"Apa?"

"Panggung itu roboh dan hanya Minho yang mati karena tertiban atap panggung."

Roseanne Park, nama lengkap gadis yang menjadi bahan perbincangan di kampusnya hanya bisa berjalan dengan menunduk. Tahun ini adalah tahun keduanya berada di kampus. Dan berita mengenai apa yang terjadi padanya telah merambat luas sepenjuru kampus.

Rosé tidak mengerti dengan semua gosip-gosip yang bertebaran tentang dirinya selama masih di bangku sekolah. Ia tidak paham, kenapa dirinya yang disalahkan? Apakah kematian seseorang ada ditangannya?

Semenjak gosip itu bertebaran dari mulut ke mulut di bangku sekolah, Rosé tidak memiliki teman satupun. Eunha dan Lisa menjauhinya hanya karena takut menjadi korban, bahkan semua teman sekelasnya pun menjauhinya.

Di kampuspun, Rosé tidak memiliki teman. Beberapa teman sekolahnya yang dikenal atau tidak dikenal olehnya berada di kampus yang sama menyebarkan gosip itu. Banyak yang tidak mempercayai berita itu. Namun seiring dengan apa yang telah menimpa mantan kekasihnya, yaitu Jaehyun dan Eunwoo, semua orang menjauhinya.

"Rosé!"

Kecuali satu orang. Dia adalah Kim Mingyu, laki-laki yang baru aja memanggilnya. Satu-satunya teman yang dimiliki olehnya atau bisa dibilang sahabat masa kecilnya.

"Kau kenapa jalan sendirian? Aku kan sudah bilang, kalau kau tidak boleh jalan sendirian."

Hanya Mingyu yang selalu ada di sampingnya. Hanya laki-laki berkulit tan itu yang selalu menjadi tempatnya tertawa. Dan hanya laki-laki tinggi bertaring itu yang menjadi tempatnya menumpahkan semua kesedihan dan kekesalannya.

"Aku hanya ingin berjalan seorang diri saja, Mingyu."

Terdengar helaan napas dari laki-laki tinggi itu. "Aku tidak bisa membiarkanmu seorang diri. Aku tidak ingin kamu mendapatkan lemparan telur, tepung, sampah atau apapun itu."

Mingyu meletakan kedua tangannya di pundak Rosé. "Aku hanya tidak ingin sesuatu menimpamu, Rosé!"

"Aku ... aku ...."

Merasa tangis Rosé akan pecah. Mingyu meraih tangan perempuan itu dan menariknya menjauh dari koridor kampusnya.

Mingyu membuka salah satu ruangan dan menutupnya setelah masuk. Tubuh besarnya menarik tubuh mungil Rosé ke dalam pelukannya.

"Menangislah. Aku tidak ingin kau kenapa-kenapa, Rosé. Aku akan melindungimu."

Mingyu memeluk erat tubuh Rosé saat merasakan tubuh perempuan itu bergetar. Suara tangis Rosé terdengar dan membuatnya Mingyu semakin memeluknya dengan erat.

"Semua akan baik-baik aja. Aku janji."

***

Mingyu menutup pelan pintu rumahnya. Rumah besar yang terlihat sepi. Kedua orangtunya sedang pergi keluar negeri dan para pekerja rumah tangganya sedang libur karena perintahnya.

Langkahnya membawa kedua kaki panjangnya menuju satu pintu yang berada diujung rumahnya. Sebuah ruang belajar khusus untukny yang seorang pun tidak boleh masuk.

Pintu ruangan terbuka, memperlihatkan enam tubuh tergantung dengan mata dan bibir yang tertutup. Tidak lupa sebuah ember yang cukup besar berada di bawah mereka.

"Apa kalian lapar? Pasti kalian lapar."

Mingyu mengambil kursi yang berada di dekatnya. Ia mengambil posisi duduk di depan keenam tubuh yang tergantung dan sebuah erangan dari mulut mereka yang tertutup.

"Eunha ... Lisa ... Jungkook ... Bambam ... Yuju ... dan Junhoe." Mingyu menyebut nama keenam orang itu.

"Kalian itu jahat!" Mingyu berkata dengan keras.

"Menjadikan Roséku sebagai kejahatan kalian! Apa kalian sadar dengan apa yang kalian katakan!"

Bugh

Dengan keras Mingyu menendang tubuh Jungkook. "Maaf Eunha. Karena aku tidak mungkin menendang perempuan, jadi sebaiknya kekasihmu yang kutendang. Dan ...."

Bugh

Mingyu kembali melayangkan tendangannya kepada Bambam. "Maaf Lisa. Kali ini Bambam yang ku tendang."

Rintihan dan eranga terdengar jelas dari keempat manusia yang masih tergantung. Dan Mingyu tersenyum senang. Kedua netranya melihat ke arah Junhoe dan Yuju, "Kalian pasti akan mendapatkan gilirannya."

Mingyu berjalan ke belakang mereka berenam. Tangannya melepas semua penutup mata keenam temannya.

"Aku ingin meluruskan sesuatu sama kalian. Rosé itu bukan pembawa sial. Tapi ...."

Mingyu menggantungkan kalimatnya. Ia membuka pintu lemari yang berada di ujung ruang belajarnya. Ia mengambil sebuah gergaji besi dan menyalakannya.

Semua mata memandang takut ke arah Mingyu. Dan laki-laki itu tersenyum puas.

"Aku lah yang membunuh semuanya. Membunuh para laki-laki yang merebut Rosé dariku! Dan kalian harus membalasnya."

"Semua berita itu dari kalian! Kalian ini teman macam apa?! Berani kalian menyakiti batin Roséku! Sekarang aku akan menghukum kalian!"

***

Mingyu berdiri di depan rumah Rosé. Menunggu kedatangan sang pujaan hati.

Pintu rumah terbuka dan menunjukkan wajah Rosé yang tersenyum. "Maaf membuatmu menunggu lama, Mingyu."

"Tidak lama, Rosé. Apa sudah siap?"

"Sebenarnya kau mau membawaku ke mana?"

"Ke manapun kau mau, Sayang."

"Pantai?"

FIN

Published, March 15th, 2020

Admin Aries

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang