"Ketika aku menyadari telah mencintaimu begitu dalam, itu berarti aku tidak piawai melindungi diri. Sebab mencintaimu adalah patah hati dengan bahagia."
*****
Boleh dikatakan jika ia sedang membodohi diri, menyakiti diri sendiri, atau entah kata apa yang pantas untuknya. Ia begitu mendamba hingga tak peduli sejauh mana ia terluka. Ia begitu mencinta sampai terlupa pernah patah sedemikian rupa. Adalah Roseanne Park yang piawai menyembunyikan luka demi seorang yang ia damba, Kim Mingyu.
Mulanya, ia tidak pernah percaya jika cinta mampu membuat gila. Namun, ketika ia pun merasakan, ia menjadi orang tak waras yang rela mengorbankan segala yang ia punya. Selama napasnya masih ada, ia tidak ingin menyia-nyiakan cinta. Hanya seorang Kim Mingyu yang mampu membuatnya buta hingga menggila.
"Maaf ..., maafkan aku," teriak batinnya setiap kali ia berhasil membuat Mingyu dirundung amarah.
"Masih melakukannya lagi? Kau belum cukup jera juga, ya," ucap Mingyu pada suatu kali. Saat Roseanne Park sedang bersikeras menghentikan aksi pendekatan pria itu dengan mengancam Lisa untuk berhenti mendekati Mingyu.
"Berhenti atau aku akan melakukan sesuatu yang tidak akan pernah kau bayangkan."
Kedua sudut bibir Rose terangkat. Rupanya sedang tersenyum tenang. Tatapan menusuk dari Mingyu tak membuatnya gentar sedikit pun. Meskipun jauh dalam sana, ia sempat ketakutan. Namun, ia menguatkan diri bahwa ia tidak boleh kalah dari Mingyu. Karena mengalah, akan membuat cintanya patah. Karena mengalah, akan membuatnya menyerah. Barang kali memang begini cara Rose mencintai Mingyu, dengan membuat pria itu membencinya.
"Oh, ya? Aku tidak takut dengan omong kosongmu itu. Lakukan apa yang ingin kau lakukan. Aku menantikan saat itu." Saat-saat Mingyu berani menghancurkannya. Dan saat itulah tiba, mungkin Rose tidak akan kembali lagi.
Lalu Rose beralih pada Lisa yang bersembunyi di belakang Mingyu. "Oh, ya, Lalisa, tolong pikirkan baik-baik apa yang baru saja aku katakan."
Kemudian Rose berbalik, meninggalkan sepasang manusia yang sedang jatuh cinta. Dan cepat atau lambat, Mingyu pasti akan menyatakan perasaannya pada Lisa. Sampai waktu itu terjadi, Rose ingin melihat seperti apa gigihnya Mingyu. Raut wajah Rose selama menuju ke kelas menjadi datar. Tak ada yang berani mengusik Rose, barang menyapa sekalipun.
Perasaannya terluka saat Mingyu dengan berani mengancamnya. Dengan sengaja, Rose berperan menjadi tokoh antagonis sehingga tak ada satu pun yang ingin menjalin pertemanan dengannya, kecuali Cha Eunwoo. Meskipun Rose berulang kali tak mengacuhkan Eunwoo, cowok itu tetap datang kepadanya. Tetap berteman dengannya.
Rose pergi ke sebuah ruangan seni. Ia memutar musik dengan pengeras suara yang sudah disediakan. Untuk menyingkirkan perih, biasanya ia berlatih menari sendiri. Menghabiskan waktu untuk membunuh segala perkataan Mingyu yang melukai hatinya. Meskipun bukan pertama kali, Rose tetap manusia yang tak mati rasa.
Dalam hitungan hari, ia akan mengikuti seleksi dance untuk menjadi wakil dari sekolahnya. Kemudian Lisa digadang-gadang akan menjadi pemenang dalam seleksi kali ini. Namun, Rose tentu tidak akan pernah mempermudah jalan gadis itu.
Tubuhnya meliuk seirama dengan musik menggema. Peluh mulai membanjiri sebagian tubuhnya. Tercetak jelas bulir-bulir keringat itu menghiasi dahi hingga menutupi hampir sebagian wajahnya. Napasnya mulai tersengal, tetapi Rose tak ingin berhenti barang sejenak.
Ia terus mengulang hingga akhirnya ada sosok lain yang menghentikan alunan musik. Lalu tubuh Rose jatuh karena lelah. Letih tubuh, jua letih hatinya. Ia masih berusaha mengatur napasnya dengan kasar.
"Jangan terlalu keras berlatih. Kau bisa terluka."
Matanya masih tertuju pada satu titik asal. Namun, pikirannya sudah berkelana jauh. Masih mencari cara untuk menghentikan rasa yang tak bersambut. Masih mencari cara untuk menghalau segala luka yang terlanjur menyatu. Sebab mencintai Mingyu adalah patah hati yang paling bahagia.
Uluran tangan itu memberinya sebotol air mineral. Rose menengadah pada sosok itu. Lalu menerimanya seraya tersenyum. Sosok itu ikut menemani Rose duduk di sampingnya.
"Aku tidak mau kau terluka,” ujarnya lagi.
"Tapi, aku harus menang kali ini," sahut Rose setelah meneguk minuman.
"Untuk apa? Untuk dirimu sendiri atau untuk memberi makan egomu."
Rose menatap sepasang kakinya. Sepasang kaki yang sudah berusaha keras sampai berada ke titik ini. Rose tidak mahir dalam dance. Bahkan tubuhnya kaku, tidak selihai sekarang. Dan Mingyu tahu itu. Seantero sekolah juga tahu siapa yang ahli dalam dance. Tentu saja bukan Rose, melainkan Lisa.
Setiap ada waktu luang, akan Rose manfaatkan untuk berlatih. Dan latihan berbulan-bulannya hampir terbayar sempurna jika saja ia berhasil menjadi perwakilan sekolahnya.
"Kau tentu tahu sesuatu yang berlebihan itu tidak baik."
"Aku akan berusaha. Ini yang terakhir. Dan jika gagal, aku akan melepaskannya. Keyakinanku juga perasaanku."
Cha Eunwoo hanya bisa menatap Rose dengan sendu. Ia tahu rasa yang Rose miliki pada Mingyu begitu besar hingga hilang akal dibuatnya. Eunwoo tahu Rose akan beribu-ribu kali terluka setiap Rose menyakiti Mingyu. Rose mungkin terlihat jahat dan egois karena tetap mempertahankan Mingyu sebagai kekasihnya. Namun, itulah cara yang Rose bisa lakukan untuk mendapatkan Mingyu.
Kenapa rasa cinta itu berbalik menyakiti seseorang? Eunwoo tidak mengerti. Namun, yang Eunwoo tahu Rose adalah anak yang baik. Ia hanya takut kehilangan.
*****
Seleksi itu tinggal menghitung jam lagi untuk dimulai. Beberapa peserta dari berbagai kelas dan angkatan terlihat bersiap. Di salah satu sudut ruangan, Rose bisa melihat Mingyu menghampiri Lisa dengan sebotol minuman dalam genggaman. Terbaca jelas niat Mingyu oleh Rose.
Rose menghampiri arah tujuan Mingyu. Matanya tak sedikitpun berpaling dari Mingyu yang berjalan. Senyum Mingyu tak pernah luntur. Siapa pun yang melihatnya pasti tahu cowok itu terlihat bahagia. Matanya pun tak pernah lepas dari gadis pujaanya, Lisa.
Mingyu sudah berada di sisi Lisa. Tangannya pun menawarkan botol minuman yang dibawanya. Sebelum botol itu diraih oleh sang pujaan, sudah diambil terlebih dahulu oleh Rose yang langsung meminumnya.
Rose tersenyum pada Mingyu. “Terima kasih untuk minumannya. Ini membuatku semangat,”
Mingyu berdecih. Salah satu sudut bibirnya terangkat, sinis. “Seharusnya, aku mencampurinya dengan racun.”
Rose pura-pura kaget mendengar perkataan Mingyu. Ia pun layaknya seorang yang tersakiti. “Jika begitu, kisah kita mungkin akan berakhir seperti Romeo dan Juliet.”
Tak ada yang menanggapi Rose. Baik Mingyu dan Lisa duduk berdampingan dan acuh tak acuh pada kehadiran Rose.
Niatnya ingin berada di antara kedua orang itu. Namun, panggilan alam menghalanginya. Ia pun segera menuntaskan sebelum acaranya dimulai. Saat keluar dari kamar mandi, Rose terkejut karena kehadiran Lisa. Sepertinya Lisa sudah menunggu Rose sedari tadi. Dengan menyilangkan kedua tangan dan bersender pada sisi tembok, Lisa tak henti-hentinya menatap Rose tajam.
Rose acuh tak acuh. Ia merapihkan penampilannya terlebih dahulu. Saat ingin pergi, Lisa menghalangi Rose. Memojokkannya pada tembok dan mengukungnya dengan kedua tangan.
“Aku sudah muak padamu. Jadi, lebih baik kita akhiri.”
Rose mendengus dan tersenyum sinis. “Apa yang bisa dilakukan oleh gadis lemah sepertimu?”
Ucapan Rose tadi berhasil menyulut amarah Lisa. Salah satu sudut bibirnya pun terangkat. “Kita buktikan dalam kompetisi ini. Jika aku berhasil menjadi perwakilan sekolah, kau harus mengakhiri hubunganmu dengan Mingyu dan menjauh darinya. Tapi…, jika kau yang berhasil, aku akan menyuruh Mingyu untuk menjauh dariku. Bagaimana?”
Lisa berhasil memanfaatkan keadaan. Semula Rose ingin membuktikan pada Mingyu, bahwa dia pun bisa berprestasi dalam segala hal. Dalam bidang akademik, Rose berhasil meraih posisi sepuluh besar dalam angkatannya, sementara Lisa masuk sepuluh besar dalam kelasnya pun tidak pernah. Sekarang waktunya, ia menunjukkan pada Mingyu, dalam bidang nonakademik sekalipun ia bisa melakukannya. Berada di atas Mingyu dalam segala hal mampu membuatnya di atas angin dan menimbulkan rasa percaya dirinya.
Justru, ambisinya itu sekarang menjadi boomerang baginya. Lisa tahu titik kelemahannya, Rose tidak begitu mahir dalam bidang menari, melainkan dalam bidang menyanyi. Apalagi semenjak kakinya pernah cidera, Rose harus merelakan untuk tak melakukan aktivitas lebih yang bisa membahayakan kakinya.
Lisa yang anggun dan lebih banyak pendiam, sekarang terlihat licik di hadapannya. God. Jadi, seperti ini sisi Lisa yang lain, yang orang-orang tak tahu. Namun, Rose tidak akan menyerah untuk mempertahankan Mingyu.
Rose berkata, “Setuju. Siapapun yang kalah, harus menepati janjinya.” Meskipun ia sendiri tidak yakin dengan hal ini.
Lisa keluar terlebih dahulu, meninggalkan Rose yang menatap sepasang kakinya dengan sendu. Semoga saja semesta berpihak kepadanya. Saat tiba, ternyata kompetisinya sudah berlangsung. Sudah beberapa peserta dilewatkannya. Rose duduk antara Lisa dan Mingyu. Tidak akan dibiarkan Lisa berdekatan dengan sang pujaan hati selama ia masih bernapas. Rose abai dengan raut Mingyu yang menahan kesal. Sebab Rose sudah terbiasa.
Suara riuh tepuk tangan penonton menjadi pengiring langkah Lisa menuju ke panggung. Gadis itu meliukkan tubuhnya sesuai dengan irama musik. Gerakannya yang kuat dan selaras membuat siapapun yang melihatnya takjub.
Rose kembali melihat sepasang kakinya. Berusaha meyakinkan diri bahwa Rose mampu menyelesaikan apa yang dia mulai. Kemudian menatap Mingyu yang ada di sampingnya. Cowok itu melihat Lisa menari dengan tatapan penuh kagum. Juga melengkungkan senyumnya, memamerkan barisan gigi tiada henti.
“Kapan Mingyu akan tersenyum begitu kepadaku?”
Rose menurunkan pandangan dan tersenyum miris. Penampilan Lisa berhasil memukau seisi ruangan. Siapa yang tidak tahu mengenai bakat Lisa ini. Namanya dipanggil sebagai penampilan selanjutnya. Dari arah yang berseberangan, Rose bisa melihat Eunwoo yang tersenyum. Selain itu, kepalan tangan yang mengudara untuk menyemangatinya.
Sungguh berbeda dengan Mingyu. Perhatiannya hanya tertuju untuk Lisa. Memberikan cewek itu sebotol minuman dan juga handuk kecil untuk menyeka keringat. Tak sedikit pun menoleh ke arahnya.
Berdoa sejenak kemudian melangkah menuju panggung. Jantungnya berdetak cepat karena gugup. Bulir-bulir keringat mulai memenuhi pelipisnya, bahkan musik baru saja diputar.
Rose menggerakkan kaki dan tangan selaras dengan irama musik, persis seperti latihannya selama ini. Rasa percaya diri itu mulai muncul dalam diri Rose. Ia memberi seluruh kekuatan pada setiap gerakannya.
Ia tidak akan memberikan Lisa kesempatan untuk menjauhkannya dari Mingyu. Ia tidak akan membiarkan Lisa bergerak bebas dalam hidup Mingyu. Selama ia masih bernapas, selama dirinya masih diberi kesempatan oleh Tuhan, Rose tidak akan membiarkan siapapun menjauhkan Mingyu dari hidupnya.
Napasnya mulai tersengal. Sebab gerakan-gerakannya mulai cepat mengikuti ritme musiknya. Tak sengaja Rose melihat Mingyu dan Lisa sedang berbagi tawa. Entah apa yang dibicarakan kedua anak manusia itu, Mingyu terlihat Bahagia sekali. Sungguh berbeda jika bersamanya.
Eunwoo yang sedari tadi menyaksikan Rose dengan seksama mulai khawatir. Gerakan Rose mulai tak seimbang lagi dan menjadi berantakan. Tidak seperti saat Eunwoo melihat Rose Latihan selama ini. Kesimpulannya, fokus Rose mulai teralih.
Tatapan itu…, Eunwoo mengikuti tatapan Rose. Mingyu dan Lisa. Eunwoo kembali melihat Rose dan kecemasannya semakin menjadi. Keringat mulai membasahi tubuhnya. Beberapa kali Eunwoo melihat Rose menundukkan wajah dan memejamkan mata. Kemudian pusat perhatiannya menuju kaki Rose.
Kaki gadis itu mulai melemah, berbanding terbalik dengan tangannya. Sedetik selanjutnya, Rose terjatuh. Eunwoo berlari menuju Rose. Tak hanya itu, guru-guru yang menjadi juri dan beberapa penonton juga menghampiri. Tak butuh waktu lama, Rose menjadi pusat perhatian karena kemalangannya.
Gadis itu meringis menahan sakit. Tangannya memegang pergelangan kaki yang menjadi pusat kesakitannya. Sakit sekaligus Rose ingin menangis. Bukan, bukan seperti ini akhir yang Rose inginkan. Pasti mereka sedang tertawa bahagia sekarang. Sebab Rose akan kalah dari kompetisi ini. Sebab Rose tidak bisa bertahan sampai akhir.
“Sudah kukatakan jangan memaksakan diri!” ujar Eunwoo penuh penekanan dan kesal.
Setelah meminta izin oleh guru-guru yang ada di sana, Eunwoo membawa Rose ke UKS. Saat itu juga, Eunwoo melihat Mingyu dan Lisa menuju ke Rose. Melihat Mingyu, Eunwoo menjadi kesal sendiri. Semua hal yang menimpa Rose dikarenakan Mingyu. Cowok itulah yang membuat nasib Rose malang, seperti sekarang.
Sepertinya Mingyu ingin melihat kondisi Rose. Namun, Eunwoo tak membiarkan itu terjadi. Ia melengos tanpa kata. Sementara, Mingyu hanya melihat punggung Eunwoo yang menjauh. Bohong, jika Mingyu tidak khawatir.
Rose sudah ditangani oleh petugas kesehatan. Kakinya pun sudah diberi obat—entah apa Eunwoo tidak terlalu paham. Selepas itu, Rose tertidur. Pasti Rose sangat lelah akhir-akhir ini. Rose terlalu memforsir tubuhnya hingga cederanya kembali.
Eunwoo ingin membeli makanan dan minuman untuk Rose. Saat keluar, Eunwoo menemukan Mingyu yang sedang mengintip di jendela. Mingyu menjadi salah tingkah.
Eunwoo mendekati Mingyu. “Apa yang kau lakukan di sini?”
“Kebetulan aku lewat sini.”
Lalu Mingyu pergi begitu saja. Baru beberapa langkah, perkataan Eunwoo menghentikan Mingyu.
“Lebih baik kau menjauhi Rose mulai sekarang. Kalian tidak akan bahagia jika seperti ini.”
Mendengar itu Mingyu berbalik dan menatap Eunwoo. Mingyu tersenyum miring. “Selama ini, Rose yang mengejarku jika kau lupa.”
Eunwoo membenarkan dalam hati. Eunwoo menghadap ke Mingyu. Kini mereka saling berhadapan dengan jarak yang tak terlalu jauh.
“Jika kau tidak menyukai Rose, jangan sakiti dia. Lebih baik kau tinggalkan dia. Biar aku yang membuatnya bahagia.”
Perlahan Eunwoo mendekati Mingyu. Setelah berada tepat di hadapannya, Eunwoo kembali melanjutkan, “Jika kau lupa, cedera yang dialaminya karena menyelamatkanmu. Rose akan melakukan apapun agar kau tidak terluka. Tetapi…, kau melakukan hal sebaliknya. Jadi, lebih baik kau hilang dari hidupnya, Dasar Brengsek!”
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Munroses ✓
FanfictionHanya berisi cerita pendek/random Mingyu dan Rose ❤️