#25; Purple Rain [3/4]

788 138 82
                                    

Now playing : Davichi - Even though I hate

.

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


*****

Ada sebuah perasaan yang tidak mampu dirangkai dengan kata. Ada sebuah perasaan yang menjelma menjadi bahagia yang sempurna. Namun, ia tidak tahu perasaan yang bersarang dalam hatinya akan menjelma menjadi apa. Terlalu banyak teka-teki perasaan yang memusingkan kepalanya. Menatap wajah pucat pasi yang terlelap semakin membuatnya kalut. Jari-jemari itu hanya terlihat tulang tanpa lemak mendominasi. Ia semakin menyelami wajah damai yang masih bermimpi. Dengan setia ia menunggu hingga mata itu terbuka.

“Apa yang udah terjadi sama kamu, Min? Kenapa kamu nggak mau berbagi sama aku?” tanyanya gusar seraya mengusap surai hitam Mina.

Bukannya ia tidak menyadari perubahan dalam diri Mina. Hanya saja, ia menunggu waktu agar gadis itu mau berbagi keluh kesah dengan sendirinya. Makan yang tidak teratur dan sering melamun adalah dua hal dari perubahan signifikan dari cewek itu. Mingyu menghela napasnya. Menyandang gelar sahabat bertahun-tahun bukan berarti Mina mau berbagi semuanya. Nyatanya, Mina masih menyembunyikan dari Mingyu. Dan itu semakin membuat Mingyu gelisah. Was-was dengan kondisi kesehatan cewek itu akan semakin menurun.

“Seharusnya pertanyaan itu buat diri lo sendiri, Gyu.”

“Eunha?” Mingyu terkejut dengan kedatangan Eunha yang tiba-tiba. Mungkin ia terlalu larut memandangi Mina tanpa menyadari langkah kaki Eunha. “Ngapain lo di sini?”

“Gue mau ambil P3K buat Rose,” jawab Eunha tak acuh. Ia segera menuju lemari kaca penyimpanan berbagai macam obat. Tanpa memedulikan kehadiran Mingyu.

Semakin terkejut dengan perkataan Eunha, Mingyu bangkit dan menghampiri Eunha. Terakhir melihatnya, Rose baik-baik saja.  “Rose kenapa? Dia terluka?”

“Masih peduli juga lo. Gue kira udah enggak,” katanya dengan nada ketus. Cewek itu berjongkok demi mendapatkan kotak P3K yang entah disimpan di mana. Seharusnya kotak itu mudah dicari.

“Apaan sih lo?! Gue pacarnya, jelas gue peduli sama dia,” balas Mingyu tak kalah ketus. Mingyu tahu Eunha tidak menyukainya. Namun, bukan berarti cewek itu bisa bebas mengatakan apapun pada Mingyu.

“Oh, lo pacarnya?” Cewek berambut sebahu itu menengadah seraya tersenyum sinis. “Kok ada ya seorang pacar yang tega membentak pacarnya di depan umum.”

Mingyu tersentak karena kata-kata Eunha tadi menarik kesadarannya. Mengingat kembali kejadian beberapa jam lalu. Dia baru menyadari, saat di lapangan tadi ia berbicara dengan nada tinggi kepada Rose. “Bukan maksud gue begitu.”

“Terserah, Gyu. Yang jelas, setelah lo ngelakuin itu, Rose nggak baik-baik aja. Niat dia baik loh mau bantuin lo. Lo malah bentak-bentak dia.” Eunha masih fokus mencari kotak itu dan akhirnya ia menemukan di bagian bawah. Setelah mendapatkannya, Eunha berdiri, berhadapan langsung dengan Mingyu. Ia masih menasang muka ketusnya. “Sebenarnya lo suka nggak sih sama Rose? Lo cinta nggak sama dia?”

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang