Suara langkah menaiki tangga terdengar bergitu jelas menggambarkan suasan hati yang kesal dan kecewa milik gadis bernama Roseanne Park. Malam ini adalah malam yang tidak terduga baginya. Tidak ada yang memberitahunya mengenai malam perjodohan bodoh ini. Rose hanya mengira bahwa malam ini adalah makan malam yang biasanya ia lakukan bersama kedua orangtunya, namun ternyata ada maksud di dalamnya.
Rose memang mengetahui bahwa Taeyang dan Hyorin—kedua orangtuanya—mengundang teman lamanya untuk makan malam bersama. Tapi ia tidak mengetahui tentang perjodohannya.
"Aku benci Appa dan Eomma," katanya dari tangga.
Taeyang dan Hyorin hanya dapat tersenyum masam melihat tingkah anak sulung mereka.
"Apa aku salah melakukan ini, yeobo?" tanya Taeyang.
Hyorin menggeleng. "Mungkin kita terlalu cepat mengenai soal perjodohan ini, tapi kita melakukan ini demi kebaikannya. Aku tidak ingin putri kita mendapatkan laki-laki yang salah. Terlebih lagi anak keluarga Cha."
"Apa Noona baik-baik saja, Eomma?" tanya Jisung yang sedari tadi mentap sendu ke arah kepergian Rose.
Hyorin yang mendengar perkataan Jisung—anak bungsunya—ia segera berjongkok di samping putranya. Mengelus rambut Jisung yang seperti mangkuk itu. "Noona-mu tidak apa-apa, sayang. Dia hanya kesal karena Appa sama Eomma tidak memberitahu siapa sebenarnya tamu kita," Hyorin berkata dengan lembut, "Jisung sekarang ke kamar, ya, langsung tidur, biar besok bangunnya tidak kesiangan, ya."
Jisung mengangguk. Ia mengecup singkat pipi Hyorin dan memeluk Taeyang dengan sayang.
"Aku harap ini akan berjalan dengan lancar," Taeyang berkata dengan lemah.
Hyorin mengulas senyum saat mendengar perkataan suaminya yang terkesan pasrah. "Kita lihat saja nanti, Yeobo. Kita serahkan semua kepada Tuhan. Sebaiknya kamu istirahat, kamu ada meeting besok pagi bukan? Sekarang sudah pukul setengah sebelas malam. Sudah waktunya beristirahat. Biar aku yang memastikan anak-anak sudah tidur atau belum, terutama Rose."
Taeyang menggangguk. Ia mencium singkat kening Hyorin dan melangkah menuju kamarnya. Melihat suaminya sudah masuk kamar. Hyorin menaiki tangga menunju lantai dua, di mana kamar Rose dan Jisung berada.
Hyorin membuka sedikit pintu kamar Jisung. Melihat suasana kamar yang sudah gelap, ia segera menutup pintu kamar anaknya. "Selamat tidur Jisung-ah," katanya sesaat sebelum pintu tertutup dengan rapat.
Hyorin kembali berjalan menuju kamar Rose. Dari luar kamar, ia dapat mendengar dengan jelas suara tangis Rose. Walaupun terdengar kecil, tapi ia masih dapat mendengarnya. Ada perasaan bersalah dalam benak Hyorin atas apa yang baru terjadi. Sebagai seorang Ibu, Hyorin tidak ingin melakukan ini, tapi mengingat temannya yang meminta ia tidak dapat berkata apa-apa. Terlebih lagi beberapa bulan lalu, ia menemukan fakta mengenai kekasih anaknya. Tanpa berpikir lebih panjang, Hyorin segera menyetujui mengenai perjodohan itu.
saat ia menemukan beberapa keburukan mengenai kekasih Rose dan tanpa pikir panjang, ia dengan segera menyetujui perjodoha ini.
"Maaf kan Eomma, Sayang. Tapi ini demi kebaikanmu, suatu saat kamu pasti akan tahu mengenaio kebenaran yang terjadi."
Hyorin bersandar pada pintu kamar Rose. Masih teringat dengan jelas bagaimana wajah terkejut Rose saat Taeyang mengatakan bahwa pria di depannya saat itu adalah calon tunangannya. Saat melihat wajah itu, hati Hyorin terasa tercabik-cabik. Tapi semua itu sudah terlambat, ia tidak dapat menarik perkataannya.
***
"Maaf kami terlambat, putri kami yang pertama sedang hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Munroses ✓
FanficHanya berisi cerita pendek/random Mingyu dan Rose ❤️