Masih teringat dengan jelas dalam memori Rose mengenai kejadian siang ini. Suasana sekolah yang ramai oleh murid-murid yang sedang bercanda gurau dan berbincang satu sama lain itu hilang saat sebuah teriakan dari seorang pria paruh baya bersama dengan beberapa orang datang mencari Eunwoo. Rose yang saat itu tengah bersama dengan Eunwoo dikejutkan dengan pria paruh baya yang datang dengan memaki kekasihnya itu.
"Bajingan! Apa yang telah kau lakukan kepada putriku satu-satunya?"
Rose menjerit tidak karuan saat pria paruh baya itu melayangkan tijunya tepat di pelipis kanan Eunwoo.
"Kau tahu apa yang telah kau lakukan kepada putriku?" katanya yang menarik sosok perempuan berambut pendek itu. "KAU MENGHAMILI PUTRIKU!"
Bagai disambar oleh sebuah petir, Rose jatuh terduduk di lantai dengan tubuh lemas. Ia sama sekali tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat dan dengar saat in. Eunwoo, kekasihnya yang terlihat sempurna, wajah layaknya seorang malaikat dan sosok pria idaman bagi seluruh murid di sekolahnya itu. Rose tidak percaya, ia masih tidak percaya akan semua ini.
"BOHONG?! JANGAN BERBOHONG AJEOSSI!" Rose berteriak dalam duduknya. Ia menunduk, tidak sanggup untuk melihat semua ini, tidak sanggup untuk mendengar kebohongan ini.
"Kalau saya berbohong, kenapa laki-laki sialan itu hanya diam membisu? Kau lihat pandangan kosong laki-laki itu! Apa saya berbohong?" balas pria parauh baya itu. "Eunha! Katakan sudah berapa lama kamu menjalin hubungan dengan pria bajingan itu."
Rose menutup kedua telinga. Ia tidak sanggup mendengar semuanya. Sejak semalam kesialan selalu menimpanya dan sekarang ia harus mengalami ini lagi? Tidak cukupkah Tuhan menguji kesabarannya? Kenapa? Kenapa semua ini terjadi saat ia ingin menunjukkan kepada kedua orangtuanya kalau Eunwoo adalah yang terbaik untuknya? Kenapa? Kenapa?! Rose menjerit dalam hatinya. Air matanya menetes.
"KATAKAN EUNWOO! KATAKAN KALAU INI BOHONG!" teriak Rose.
Rose semakin terdiam saat mata Eunwoo tidak melihat ke arahnya. Ia tidak percaya dengan kekasih ... atau lebih tepatnya mantan kekasihnya saat ini. Semua nyata, sangat nyata di pengelihatannya sendiri. Rose bangkit dan berlari meninggalkan kelasnya.
Semua memori itu masih terus berputar di pikirannya bagaikan semua sudah diatur untuk terus mengulang dan mengulang.
Pandangan Rose kosong melihat televisi di depannya yang saat ini sedang menyiarkan siaran sebuah drama bertema sekolah. Sudah satu jam lamanya ia hanya diam seorang diri di ruang keluarga Kim. Bahkan Mingyu yang duduk di sebelahnya hanya bisa diam memandangnya.
Pakaian Rose yang basah sudah diganti oleh Jennie.
"Mingyu," panggil Jennie yang sudah duduk tepat di depannya Mingyu. "Temani Hyung-mu bermain game. Biarkan Noona yang menemani Rose," perintah Jennie.
"Ta ...."
"Tidak ada penolakan. Cepat temani Hyung-mu."
Tanpa melakukan penolakan lagi, Mingyu segera bangkit dari duduknya. "Aku pergi dulu. Tenangkan pikiranmu, ya," katanya sebelum pergi meninggalkan Rose bersama dengan Jennie.
Sepeninggalan Mingyu, Jennie berpindah tempat duduk di samping Rose. Ia menggenggam tangan Rose yang masih terasa dingin. Perasaan sedih dari calon adik iparnya itu mengalir ke dalam dirinya, ia turut sedih dengan apa yang menerima Rose.
"Tidak baik terlalu bersedih seperti ini," kata Jennie. Ia menarik tangan Rose dan meletakkannya di perutnya. "Apa kamu tidak kasih dengannya? Dia ikut bersedih."
Jennie masih berusaha menenangkan Rose yang masih diam. Sebagai sesama perempuan, Jennie tahu bagaimana perasaan Rose saat mengetahui laki-laki yang dicintainya telah menodai perempuan lain hingga hamil. Itu rasanya sangat sakit, walaupin dia belum pernah merasakannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
1001 Kisah Munroses ✓
FanfictionHanya berisi cerita pendek/random Mingyu dan Rose ❤️