#45; Balada Puan

709 99 33
                                    

Kau yang singgah tapi tak sungguh..
Ku kira kau rumah..
Nyatanya kau cuma aku sewa..
Dari tubuh seorang perempuan yang memintamu untuk pulang..

*****

Rose berlari kecil menuju ke arah seorang pria yang sedang menunggunya di taman bundar. Terlihat sosok yang memunggunginya itu sedang duduk sembari memegang ponsel. Ditangannya sudah terdapat satu bungkus plastik yang berisi beberapa cemilan dan juga minuman. Rose menepuk punggung itu, kemudian duduk di sampingnya.

Sudah hampir tiga bulan, Rose tidak bertemu dengan sang kekasih, Mingyu. Untung saja, hari ini ia siaran pulang lebih awal dan Mingyu kebetulan pulang dari dinasnya. Rose akan menyambut dengan senang hati ajakan pertemuan dari Mingyu.

"Hai," sapa Rose ceria. Menggambarkan suasana hatinya. Ya, bagaimana tidak senang jika harus bertemu dengan pujaan hati. Apalagi jarak dan waktu menjadi pembatas antara mereka.

"Aku bawain makanan cemilan kita dulu." Rose meletakkan plastik di meja. Ia baru menyadari ada hal aneh yang terjadi dari pada Mingyu. Raut wajahnya tak seceria dirinya. Ada kegundahan yang tak dapat Rose mengerti. Lantas, ia bertanya, "Kamu kenapa? Are you okay?"

Mingyu terdiam, tangannya menggenggam tangan Rose dengan erat. Elusan dari Rose pada tangan Mingyu bermaksud untuk menenangkan. "Hey, kamu bisa cerita sama aku kapan aja. Kalau sekarang nggak cerita juga nggak masalah kok. Whenever you need me, I will be there."

Detik itu juga, Mingyu memeluk Rose dengan erat. Menenggalamkan wajahnya pada sela-sela rambut Rose. "Kangen," bisiknya dengan suara serak.

Hati Rose meluruh bersamaan dengan air mata yang mulai turun. Dirinya pun mempunyai rasa rindu yang sama. Mungkin kadarnya lebih besar lagi. Mengingat beberapa akhir sebelum bertemu dengan Mingyu hari ini, mereka sempat memiliki konflik.

Pernikahan mereka tinggal menghitung bulan lagi. Segala persiapan memasuki 50%. Rose tidak menuntut jika persiapan pernikahan mereka harus ada campur tangan Mingyu. Mingyu sendiri sudah memasrahkan padanya. Hanya saja, beberapa terakhir ini sisi emosionalnya sangat mudah terpancing. Rose hanya bertanya saja apakah Mingyu pernah pulang tanpa mengabarinya dan Mingyu menampik. Namun, dompet dan beberapa baju yang tertinggal di hotel sebulan lalu yang datang ke rumah Mingyu, seolah tidak merestui jawaban Mingyu. Hingga kini, Rose menunggu kejujuran pria itu.

"Aku juga, Gyu."

Mereka mengurai pelukan. Rose melihat mata Mingyu sembab. Berbagai tanya membebani pikirannya. Pasalnya, bukan hanya kali ini saja mereka tidak bertemu dalam jangka waktu yang lama. Pernah hingga hampir enam bulan mereka tidak bertemu sama sekali dan jarang memberi kabar, karena Mingyu sedang ditugaskan di luar negeri. Menjadi pasangan dari seorang pengabdi negara, membuat Rose menjadi perempuan yang tidak manja.


Mengawali hubungan mereka dari masa putih abu-abu. Kemudian berlanjut hingga sekarang. Rapal dalam setiap lantunan do'a Rose tetap sama, "Semoga Mingyu menjadi ketetapan terindahnya."

Sekali lagi Rose bertanya, "Kamu kenapa?"

Mingyu menggeleng. "Kamu tahu kenapa aku milih kita bertemu di sini?"

Rose terdiam, lebih menunggu Mingyu untuk melanjutkan. Genggaman mereka semakin mengerat. Kini tidak ada celah antara mereka duduk. "Kamu dan kenangan. Menyatu dalam tempat ini."

Kotak memorinya terbuka. Mengulang kembali apa saja yang terjadi di tempat ini beberapa tahun silam. Taman belakang sekolah ini, menjadi tempat pertemuan mereka. Tempat Mingyu dan Rose untuk mengawali sebuah hubungan. Sekaligus tempat berkumpulnya teman-teman Mingyu untuk nongkrong.

1001 Kisah Munroses ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang