Senin adalah hari yang paling mengerikan untuk seorang Sheila. Pelajar menengah ke atas ini, selalu berharap agar Senin akan hujan lebat. Namun, harapan tidak sesuai kenyataan. Senin kali ini sangat cerah. Dia harus bersiap dan hadapi kenyataan. Bahwa hari ini upacara.
Eitss jangan, marah dulu, jangan bilang kalau dia tidak menghargai jasa para pahlawan, bukan begitu, Sheila ini punya darah rendah, dia akan pingsan, jika terlalu lama berdiri di bawah terik matahari.
Sheila bergegas menaiki sebuah bus. Dengan menggenggam dasi di tangan kanannya dan tangan kirinya memegang paper bag berisi buku tema. Dia berusaha untuk mendapatkan tempat duduk. Sialnya, semua kursi penumpang penuh. Dia pun mengerang kesal, melihat jam di tangannya sudah pukul tujuh. Alamat terlambat dan di jemur di depan orang upacara.
Ada satu masalah yang harus dia selesaikan, yaitu memakai dasi. Bukan tidak belajar, Dia sudah belajar sepanjang bersekolah SMP dan sekarang kelas 11 SMA, namun sangat disayangkan, dia tetap tidak bisa. Dengan kesal, dua memaksakan diri memakai dasi itu, namun bentuknya terlihat aneh. Malah mencekik lehernya, karena terlalu erat.
Akhirnya, diapun menyerah, sampai di mana sebuah tangan memegang dasi tersebut dan memakaikannya. Kaget, itulah yang dirasakan Sheila. Dia segera mengangkat wajahnya, melihat siapa orang yang membantunya. Dia sangat ingin mengucapkan terima kasih, sudah menolongnya.
Ternyata, yang berdiri di hadapannya, adalah zeorang anak laki-laki memakai seragam SMP yang dimasukan, celana biru yang memenuhi standar tidak dikecilkan atau di besarkan. Sepatu berwarna hitam, mencirikan seorang anak sekolah yang sangat patuh dengan peraturan. Belum selesai, Shiela mengamati anak SMP tersebut. Dia sudah menarik tangannya.
"Lain kali, belajar Kak," ujar anak SMP itu dengan datar.
"Eum iya, terima kasih." ucap Sheila menggantung, karena tidak tau nama oenudia ini, dia mengulurkan tangannya.
"Sheila,"
"Duta."
Mereka saling berjabat tangan, memperhatikan mata masing-masing. Lalu berhenti, Bus tersebut seperti rem mendadak, ternyata Duta sudah sampai di halte sekolahannya. Lelaki itu segera turun.
"Ok, salam kenal."
Remaja laki-laki itu hanya mengangguk, lalu turun dari busway. Sheila menyusulnya dari belakang, dia tidak turun namun hanya setengah badan terlihat.
"Duta!" teriakan Sheila membuat Duta mengarahkan pandangannya ke asal suara.
"Semangat ujiannya," teriak Shiela sambil mengangkat tangannya yang terkepal. Kali ini teriaknya lebih kencang dari yang pertama.
Duta hanya menanggapi dengan anggukan kemuadia tersenyum tipis, sangat tipis sekali. Membuat Sheila tertegun, dia sedikit baper dengan kejadian barusan.
Mungkin bisa dikatakan cowok itu masuk ke dalam kreteria seorang lelaki idaman sheila. Alasan dia menjomblo selama enam belas tahun ini. Mungkin karena belum bertemu dengan seorang Duta Mahardika.
Kini giliran dia untuk turun, bersiap untuk ke lapangan. Dia baris di barisan paduan suara, karena di sekolahnnya berlaku, jika kelas sebelas dan anak IPA maka kelas tersebut harus menjadi paduan suara.
Berdiri paling belakang, alasannya sih supaya gampang kalau ke uks. Padahal bohong, dia hanya ingin teduh aja, soalnya kalau di belakang ada pohonnya.
"Sheila" teriak dua orang perempuan, yang tak lain adalah sahabatnya.
"Andira Raisa kalian tuh ya bener-bener deh," ujarnya Dengan wajah cemberut.
"Viss, lagian lu celingukan gak jelas," sahut Raisa.
"Tau, kaya anak ilang," ucap Andira sambil menempatkan diri di samping kanan shiela dan raisa disebelah kirinya.
Semua bersiap pada posisinya masing-masing. Upacara akan dimulai dengan instruksi dari seorang ketua DKM. Memimpin solawatan, kemudian pemimpin barisan menyiapkan barisannya.
"assalamualaikum wr. Wb. Terima kasih untuk kalian yang sudah bersemangat hari ini. Alangkah baiknya sebelum memulai upacara kita bersolawat."
Seluruh siswa dan siswi bersolawat.
"Sheila, ka agam makin ganteng aja ya." Dira menggoda Sheila.
Pasalnya saat baru pertama kali masuk SMA. Dia bercerita pernah tertarik dengan Agam. Namun sebenarnya ketertarikannya itu hanya sebatas mengagumi, namun disalah artikan oleh temannya.
"Hmm" Sheila hanya berdehem, sudah biasa digoda seperti itu.
"Eh liat deh, yang jadi pemimpin upacaranya Ersan."
Sheila tidak menyahuti, perlu dikatehui setelah gosipnya menyukai seorang ketua DKM hampir di ketahui banyak siswa SMA garuda. Muncullah gossip baru ini. Hanya karena saat itu Ersan Reinaldi meminta tolong pada shiela untuk mencomblangkan dirinya dengan teman sekelasnya. Malah Sheila terkena boomerang oleh teman-temannya. Dikira dia yang menyukai.
Sampai saat ini belum ada konfirmasi dari mereka berdua. Karena Sheila lebih memilih untuk menjauhi Ersan, dibandingkan harus mengklarifikasi dan membuat Ersan malu, karena ketahuan ingin mendekati temannya. Pasalnya mereka belum sempat dicomblangkan oleh Sheila.
Upacara berjalan dengan lancar, bendera merah putih sudah berkibar di tiang bendera. Matahari yang lumayan menyengat membuat beberapa siswi ada yang pingsan, karena amanat yang terlalu panjang.
Sheila masih mengingat betul kejadian di bus tadi, membuat dia memegangi dasinya sambil tersenyum.Ada rasa yang tak biasa mengingat dia sudah melupakan rasa yang satu itu. Semoga ini hanya efek kagum saja. Mohon Sheila dalam hatinya.
Jangan lupa follow+vote+komen yaaa
Dengan begitu bisa membuatku semakin semangat menulisnyaTerima kasih
Salam kenal
Dari aku yang suka banget, pinjam pulpen tapi gak mau yang standar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.