Part 10 (s)

243 12 0
                                        

Sheila merasakan bahagia dengan apa yang Duta lakukan padanya. Semakin membuat Sheila ingin lebih mengenal Duta lebih jauh lagi. Baginya bisa memahami setiap sifat Duta adalah kebanggan. Bagaimana lelaki itu menjadi sulit untuk ditebak dan mudah untuk membuat siapa saja menyukainya.

Semua yang Duta lakukan, terlihat menakjubkan di mata Sheila, dia sepertinya mulai ada rasa pada lelaki itu. Terlepas dia anak yang nakal, dan tidak terawat.  Duta tetap terlihat baik di matanya, dan bukan sesuatu yang harus dia jauhi.

Hari ini, Sheila berniat untuk bertemu Duta kembali. Tapi, setelah pulang sekolah. Dia ingin menanyakan perihal sekolah Duta, seharusnya dia  sudah bisa masuk sekolah menengah atas saat ini.

Tapi Sheila tidak melihat tanda-tanda Duta akan bersekolah, dia belum membeli perlengkapan sekolah, bahkan tidak menyiapkan untuk MOS yang akan berlangsung secara serentak, di Senin depan. Sheila menanyakan di mana Duta berada, dan Duta  menjawab sedang menjaga warnet, harusnya kan lelaki itu ke sekolah untuk daftar ulang.

"Lu kenapa Sheila, senyaman-senyum sendiri. Lagi jatuh cinta yaa? Cerita dong! Sama temen pelit banget." Tanya Dira dengan rasa penasaran. Dia memperhatikan, Sheila lebih banyak main handphone saat inj. 

"Idih, apaan. Engga ko," balas Sheila, perempuan itu pura-pura sibuk menulis.

"Atau jangan-jangan lagi mikirin anak kelas 10 sains ya?" Kini giliran Raisa yang bertanya.

"Dih kaga, apaan sih Raisa, males ah, kan udah gue jelasin ribuan kali, kami gak ada hubungan apa-apa, lagian dia bukan tipe gue." Sheila mencoba menjelaskan lagi, dia malas harus salah paham begini.

"Iya nih Raisa, lagian dia kan lebih muda dari Sheila, mana mungkin dia mau? Ya kan Sheil, lagian gue juga gak setuju." Dira memberikan pembelaan untuk Sheila. Untuk kalimat terakhir, Dira mengucapkannya sembari berbisik.

"Iya juga sih, ok deh gak akan ngomongin bocah itu lagi." Raisa memang anaknya plin-plan jadi dia bakal ok kesana-kesini.

"Mending sama Kak Agam aja Sheil, lebih ganteng, pinter, beuh Sholeh lagi."

Sheila hanya memutar bola matanya matanya malas.

"Kalian tuh ya, pagi-pagi udah gosipin begituan, mau Agam ke, mau Rei kek. Gue gak ada hubungan apa-apa, ok." Sheila mengeluarkan buku prnya dari tas.

"Ah gak asik nih si Sheila," ucap Raisa, dan mendapatkan anggukan dari Dira.

"Guys, Bu Dewi udah di kelas sebelah," ujar ketua kelas memberikan pemberitahuan.

Bu Dewi masuk ke dalam kelas, Sheila mencoba melupakan ucapan Dira bahwa, dia tidak menyukai Sheila mendapatkan yang lebih muda. Sementara Duta, dia masih SMP tolong garis bawahi kata itu, apa kabar jika mereka tau bahwa Sheila sedang dekat dengan anak SMP. Ah tapi, Shiela dan Duta kan hanya berteman. Tidak ada yang salah bukan? Sheila bertanya pada dirinya sendiri.

Belajar sudah selesai, Sheila bersiap untuk ke kantin, Sheila membuka tempat minuman dingin, dia mengambil minuman teh, sebuah tangan mengambil minuman yang sama dengan Sheila. Mata mereka bertemu, Rei?

Sheila segera untuk keluar dari kantin tersebut. Rasanya bertemu dengan orang yang sedang digosipkan dengannya membuat dia enggan untuk berlama-lama. Namun, seseorang berjalan dan menginjak kakinya. Rei lagi? Ada apa?

Dan di sinilah mereka berdua, taman sekolahan.

"Kenapa ngehindarin Aku terus Kak?" Tanya Rei  pada Sheila.

"Eum engga kok, siapa bilang."  Sheila menjawab setenang mungkin, padahal dia sangat gugup.

"Terus kenapa sms Aku gak pernah  dibales coba, aku ada salah sama kakak?" Rei bertanya, kemudian meminum teh yang dibelinya tadi.

Sheila berdiri dari duduknya. Dia mulai tidak enak hati, ketika teman seangkatan maupun adik dan Kakak kelasnya yang lewat dan melihat kearahnya.

"Lupa beli pulsa. Btw, gue harus balik ke kelas duluan ya,  lupa pr fisika belum diisi."

"Ok tapi gimana soal bantuan itu?" Tanya Rei to the points.

"Iya nanti gue bantuin kok, tenang aja, tapi beneran untuk saat ini, gue lagi sibuk."

"Oh ok. Terima kasih," 

"Bilang makasih ya nanti aja, kalau udah berhasil." Ujar Sheila, kemudian  langsung pergi meninggalkan Rei.

***

Di tempat lain, Duta sedang bersiap untuk menyanyi, hari ini ada ulang tahun perusahaan di cafe yang biasa Duta menyanyi. Dia dipilih untuk mengisi acara tersebut. Lumayan bayarannya cukup besar.

Namun, kali ini Duta tidak sendirian. Bang David selaku pemilik cafe ini, memerintahkan Duta untuk bernyanyi bersama seorang wanita.

"Hey Duta, akhirnya datang juga, gimana udah siap belum?" Tanya Bang David. Sambil berjalan dengan seorang perempuan yang memakai gaun biru. Sangat elegan dan cantik. Diperkirakan umurnya tidak beda jauh dengan Duta.

"Siap Bang,tadi udah cek sound ok." Duta sedikit menambah basa-basinya.

"Iya ok deh kalau gitu, kenalin ini yang jadi partner nyanyi lu kali ini."

"Nabila," ujar perempuan tersebut, sembari mengulurkan tangannya.

"Duta," jawabnya kemudian menyambut uluran tangan tersebut. 

Mereka berjabat tangan.

Acara pun dimulai Duta dan Nabila pun bernyanyi. Menyanyikan beberapa lagu dari Sheila on Seven. Dan mereka nampak serasi. Beberapa kali, baik Nabila atau Duta mereka ketahuan saling mencuri pandang. Membuat penonton bersorak. Mungkin berpikir, dua insan yang mempunyai suara bagus itu adalah pacaran. Karena mereka terlihat sangat serasi sekali.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang