Sheila sudah datang kerumahnya. Dia segera mengganti bajunya dengan pakaian yang lebih santai. Hari ini lesnyapun libur. Sheila menuju taman belakang. Dekorasi untuk acara ulangtahunnya sudah hampir setengah jadi. Dia berdoa semoga sore atau nanti malam tidak hujan.
"Non, bunga yang ini sepertinya lebih cocok ditaruh di sebelah sana, bagaimana?" Tanya salah satu penata ruang. Sheila berpikir lalu mengiyakan.
"Assalamualaikum," ucap seseorang dari arah belakang Sheila.
Secara otomatis, Sheila membalas ucapan salam tersebut. Lalu, berbalik.
"Omaaa," panggil Sheila sedikit berteriak. Dia berjalan lalu memeluk perempuan yang sudah melewati masa paruh bayanya.
"Kumaha damang? Mamah Acan uwih nya?" Tanya Oma Sheila.
"Alhamdulillah, Oma apa kabar? Iya mamah masih di kantor."
Setelah menjawab ucapannya, Sheila mengajak Omanya untuk ke ruang keluarga.
Namun, Sheila lebih terperanjat lagi. Ternyata di sana ada Duta dan Salsa. Mereka sedang duduk, dengan Salsa yang bersandar di bahunya Duta. Sheila terdiam sesaat melihat mereka. Yang belum juga melihatnya."Salsa," ucap Oma Sheila. Sontak saja mereka berdua mencari sumber suara. Tatapan Dutapun bertemu dengan Sheila. Hanya sesaat, karena Duta segera memutuskannya.
"Ka Sheila," ucap Salsa yang hendak akan bangun, namun ditahan oleh Duta.
"Jangan memaksakan diri Salsa, kamu masih pusing," ucap Duta dengan perhatian. Sungguh membuat Sheila ingin muntah saja. Dia benci disituasi ini. Apa kabar hatinya yang ternyata secara tidak sadar, kemarin sudah tidak lagi mengingat lelaki di hadapannya ini.
"Anak itu, tidak pernah berubah. Selalu saja mabuk darat. Padahal sudah minum antimabok."
"Omaaa," rengek Salsa tidak terima dengan kekurangannya yang satu ini. Mau bagaimana lagi, mabuk perjalanan bukan keinginannya.
"Haha, yaudah kamu istirahat aja ayo di kamar aku." Sheila mengajak Salsa, diangguki oleh gadis itu. Akhirnya mereka berjalan ke kamar Sheila.
"Kamu tiduran aja dulu ya, aku ambilkan kamu teh dulu," ujarnya, lalu pergi ke luar kamar.
Sheila berjalan ke dapur. Langkahnya terhenti. Rasanya malas sekali, harus berada di satu ruangan yang sama dengan Duta.
Sheila memutuskan untuk berbalik."Tau gak, jahe ada di sebelah mana?" Tanya Duta menghentikan langkahnya. Dengan sebal, dia kembali berbalik, lalu berjalan ke tempat bumbu. Dia mengambil satu ruas bumbu dan diberikan pada Duta.
"Lengkuas?" Tanya Duta heran. Sheila masih berusaha tenang. Dia mengambil kembali satu ruas bumbu yang lain.
"Kunyit?" Tanya Duta kembali. Sheila memutar bola matanya. Dia mengambil tempat bumbu lalu diberikannya kepada Sheila.
"Nih, pilih aja sendiri sesuka hati." Sheila hendak pergi, namun lengannya ditahan oleh Duta. Jantungnya berdebar, sungguh ini tidak sehat. Dia memejamkan matanya, membulatkan tekadnya. Dia melepaskan pegangan itu lalu pergi begitu saja dari hadapan laki-laki itu. Tanpa bicara sepatah katapun.
Duta menatap kepergian gadis itu dengan tersenyum getir. Dia tidak bisa memaksakan Sheila untuk bersikap seakan mereka tidak pernah bertemu sebelumnya. Sementara dirinya sendiri yang menginginkan agar Sheila menganggap kembali keberadaannya.
Tidak bisa dipungkiri. Dirinya rindu gadis itu. Duta kembali sadar, lalu dia kembali pada niatnya berada di dapur ini.
Setelah jadi, Duta pergi ke kamar Sheila. Dia mengetuk pintu kamar tersebut.
"Ada apa lagi?" Tanya Sheila ketus.
"Ini minuman," ucap Duta santai.
"Gak usah makasih."
"Untuk Salsa," ucap Duta sambil tersenyum.
Jangan lupa follow+vote+komen yaaa
Dengan begitu aku lebih semangat lagi menulisnyaTerima kasih
Salam kenal
Dari aku yang seneng banget pakai handset sampai ketiduran
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.