Part 42

124 12 0
                                        

Sheila terdiam di kursi tempat dia belajar. Sungguh dia tidak ingin melihat ini. Namun, dia juga tidak bisa meninggalkan Duta di kamar bersama Salsa. Entah, rasanya dia tidak rela. Tetapi ketika dia harus melihat ini semua, justru membuatnya kesal sendiri. Ingin berteriak, menarik Duta keluar. Tapi dia sadar, dia siapa di sini? Oh sodaranya Salsa dong. Teman Duta? Iya, tapi itu dulu.

"Kamu mau ke dokter aja?" Tanya Duta dengan lembut, sungguh. Dulu dia tidak pernah mendengar suara Duta versi lembut begini. Sheila semakin cemberut. Dunia tidak adil, yang sedang ulangtahun kan dia, kenapa yang diperhatiin Salsa.

"Enggak usah, kamu lebay banget deh, aku cuma butuh istirahat," jawab Salsa. Mencoba untuk terlihat baik-baik saja, walaupun sebenarnya dia sangat lemah. Siapapun yang mengalami mabuk darat pasti mengerti. Dia ingin muntah, namun tidak bisa. Tapi mualnya sangat hebat.

"Tapi badan kamu dingin banget, pucet dan lemes banget gini." Duta masih mencoba membujuk Salsa.

"Kan udah minum ini, sebentar lagi juga sembuh." Mendengar ucapan itu, Duta tersenyum, lalu mengacak rambut Salsa, dan mengusap pipi perempuan itu meskipun hanya sebentar. Tolong. Adegan terakhir itu membuat Sheila benar-benar tidak dianggap keberadaannya di sini. Ini sakit.

Sheila bangkit, lalu bicara.
"Aku keluar dulu ya," ucapnya berusaha untuk terlihat tegar, takut jika Salsa mengetahuinya.  Namun, apa boleh buat matanya uang berkaca-kaca tak bisa luput dari perhatian Duta. Lelaki itu sebenarnya sudah peka dengan kegelisahan Sheila.

"Kemana Kak? Temenin aku dulu sebentar," rengek Salsa. Sebenarnya dia tidak tega. Tapi dia takut air matanya justru tumpah.

"Aku keluar dulu sebentar."

"Bohong ih, tar lama balik kesininya," ucap Salsa berusaha untuk menahan Sheila agar tetap di sini.

"Salsa, udah biar Kak Sheila keluar. Takutnya ada yang belum beres. Kamu aku temenin," ujar Duta menengahi. Namun hal itu,justru membuat Sheila menjadi sebal. Terus saja tunjukan keromantisan kalian, buat aku berasa jahat dengan pikiranku sendiri. Gerutu Sheila setelah keluar dari kamar.

Tiga puluh menit berlalu, Sheila masih ada di kolam ikan. Dia mendengar suara langkah seseorang mendekatinya. Aroma parfum yang seketika membuat sekitarnya berubah menjadi wangi dominan lelaki itu.
Shela menaruh pakan ikannya, lalu bersiap untuk pergi.

"Gak sopan, ada tamu malah pergi," ucap Duta menegurnya.

"Lebih gak sopan mana sama orang yang pergi tanpa kabar? Taunya karena udah bahagia," ucap Sheila menyindirnya.

"Gak semua hal yang terlihat, sama dengan apa yang dirasakan," ucap Duta tenang. Dia mengambil pakan ikan, lalu memberikannya pada ikan-ikan yang ada di kolam.

"Karena seseorang tidak bisa masuk ke dalam hati siapa saja. Namun, bisa melihat apa yang dirasakan orang lain."

"Aku pernah memilih, lalu salah. Saat ini, aku harus bertanggung jawab. Karena luka seseorang tidak akan mengering hanya dengan kata maaf, selamat ulangtahun," ucap Duta yang mampu membuat Sheila terdiam seribu bahasa.

Tolong. Dia sudah meminta pada otaknya, agar tidak memerintahkan matanya supaya tidak mengeluarkan airnya. Tapi kenapa semua seperti tidak terkontrol. Sehebat itu kah, efek yang diberikan oleh seorang Duta kepada Sheila.

Jangan lupa follow+vote+komen yaa
Dengan begitu membuat aku semakin semangat menulisnya

Terima kasih

Salam kenal

Dari aku yang belum bisa bilang R, padahal udah tua.

19-7-2020

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang