Sheila keluar dari rumahnya, dia mencoba mencari Duta disekitaran rumahnya. Walaupun dia tidak ingin hal buruk sampai terjadi, tapi dia tetap harus mengeceknya. Takut yang dia pikirkan bersama Bang Roy, benar-benar kenyataan. Sheila menajamkan pandangannya, mengedarkannya ke seluruh penjuru. Sesekali dia meneriakkan nama Duta. Namun tidak ada jawaban.
"Sheil, gimana? Ketemu gak?" Tanya Bang Roy, yang sudah ada di hadapannya, dia baru saja keluar dari mobilnya.
"Gak ada Bang, udah aku cari-cari sekitar sini."
"Ya udah makasih, mending lu balik. Istirahat ini udah malem. Biar gue yang lanjut cari Duta."
"Jangan. Bang Aku ikut ya," ucapnya sembari memohon.
"Tapi gue gak tanggung jawab kalau mamah lu marah ya." Sebenarnya ini hanya trik, supaya Sheila tidak ikut. Bukan apa-apa, dia tidak ingin gadis itu sampai kenapa-kenapa. Apalagi ini sedang hujan.
Sheila menggeleng, dia memastikan kepada Bang Roy, bahwa dirinya tidak akan sampai dibawa-bawa jika mamahnya marah.
Akhirnya, Roy pun pasrah. Mereka masuk ke dalam mobil.
"Lu udah telepon dia belum?" Tanya Roy.
"Udah, tapi gak aktif."
"Coba terus Sheil. Gue bingung, dia gak mungkin pulang ke rumahnya."
"Iya Bang, ini dicoba lagi,"
Sheila harap-harap cemas. Dia bingung, bagaimana menemukan Duta.Tut..
Tut..
Tut .."Nyambung Bang," ucap Sheila yang lumayan kaget, sekaligus senang.
"Alhamdulillah. Coba tungguin, diangkat gak?"
"Belum, eh ini diangkat." Sheila panik sendiri.
"Siapa yang angkat?" Tanya Roy, setelah melihat ekspresi wajah Sheila yang tidak bersahabat. Perempuan itu meneteskan air matanya. Membuat Roy ikut panik mendengarnya.
"Sheil kenapa? Jangan panik!" Pertanyaan dan perintah itu, terdengar sedikit membentaknya. Sehingga dia kembali sadar, dari ketakutannya. Sheila memberitahukan yang sebenarnya pada Bang Roy, lelaki itu segera membanting stirnya, menuju ke tempat yang diberitahukan Sheila padanya.
Hujan yang sudah cukup reda, membuatnya menginjak gas sedikit lebih kencang, dia takut Duta akan terlantar di UGD, karena tidak ada yang mau menanggung jawabnya. Anak itu juga tidak punya BPJS.
Sementara itu, Sheila sudah sangat cemas, dia meremas handphonenya. Berharap sedikit ketenangan. Harusnya dia tau, Duta itu hipotermia, harusnya dia tidak mengijinkan Duta untuk pergi dalam keadaan hujan. Setidaknya, harusnya dia memberikan mantel untuknya.
Sheila meringis. Dia menangis, menatap kumpulan embun, yang membasahi mobil Bang Roy, sembari terus meneteskan air matanya.
"Sheil, ayo turun!" Mendengar Bang Roy, memerintahkan, Sheila sadar, mereka sudah sampai di depan ruang UGD. Sheila segera keluar dari mobil, lalu meninggalkan Roy yang harus memarkirkan mobilnya terlebih dahulu, Sheila berlari, dan menanyakan pada resepsionis, bahwa dia mencari pasien yang bernama Duta. Namun, penjaga resepsionis tidak tau, setelah dia memberikan ciri-cirinya, barulah mereka paham.
Bang Roy, sudah selesai memarkirkan mobilnya. Dia mengetahui bahwa Sheila sedang merasa cemas. Maka dari itu Roy menggenggam tangannya. Memberikan kekuatan.
Sheil, hampir saja terjatuh ke lantai, setelah membuka tirai yang dilihatnya ada Duta, yang dalam keadaan pucat pasi, tergeletak lemah di kasur rumah sakit ini. Dengan pakaian yang sudah diganti, dengan pakaian rumah sakit.
"Sheil sadar! Hey sadar. Suster tolong!" Sekarang yang panik justru Roy, dia mencoba membangunkan Sheila, namun perempuan itu kehilangan kesadarannya. Roy teriak meminta tolong, tak lama, beberapa perawat menghampiri dan membantunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
TienerfictieFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.