Saga memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah Sheila.
"Terima kasih ya Kak, maaf ngerepotin," ujar Sheila dengan tulus."Padahal saya lebih berharap kamu bilang, Kak mampir dulu," sambil terkekeh, Saga keluar lebih dulu dari mobil. Kemudian membukakan pintu untuk Sheila. Manis sekali ternyata dia. Sheila yang kaget, belum juga turun dari mobil tersebut.
"Mau turun atau mau ikut saya pulang?"
"Eh maaf Kak, ayo mampir dulu."
Kali ini Saga ingin sekali terbahak, melihat kepolosan gadis ini. "Terima kasih, tapi saya ada janji dengan teman saya. Lain kali saya tidak akan menolak. Selamat malam," ucap Saga kemudian masuk ke mobil dan pergi dari rumah itu. Meninggalkan Sheila yang bersemu merah pipinya."Sheila masuk." Dia tidak menyadari ternyata mamahnya sudah ada di pintu.
"Assalamualaikum Mah," Sheila langsung mencium tangan mamahnya dan mengekor di belakang mamahnya untuk masuk ke dalam.
Setelah di dalam Sheila segera ingin masuk ke kamar, di namun sebuah perintah menghentikan langkahnya."Sheila duduk dulu, mamah mau bicara." Tidak ada pilihan lain. Gadis yang masih pakai seragam putih abu itu pun ikut duduk.
"Mamah tau kamu sedang masa puber, mamah paham. Tapi mamah sangat mohon sama kamu. Jangan dulu pacaran, mamah bisa kena serangan jantung kalau sampai kamu ternyata sampai terkena pergaulan bebas." Sheila langsung pasrah dengan ultimatum sang mamah.
"Iya mah, Sheila ngerti. Lagi pula itu tadi guru les Sheila sekaligus guru bimbel di sekolah. Sheila udah nolak karena takut ngerepotin tapi Kak Saga maksa."
"Mamah percaya sama kamu. Ya sudah kamu mandi dan jangan lupa makan malam." Sheila mengangguk. Kemudian pergi dan masuk ke kamar.Seandainya mas ngertiin aku sedikit saja. Lirihnya sambil mengusap air mata yang turun begitu saja.
Beda dengan Jakarta, walau malam udara di sana tidak begitu dingin. Berbanding terbalik dengan di Bandung, siang malam udara sangat sejuk dan dingin. Bahkan jika malam begini dinginnya menusuk sampai dalam tulang. Duta yang masih sibuk dengan gitarnya tidak mendengar nenek dan kakaknya sedari tadi sudah berkali-kali memanggil.
"Duta kadut, dongo pisan ih. Dari tadi dipanggil juga," omelan sang kakak membuat Duta tersenyum.
"Hampura atuh Teh, Duta teu dangu da pake handset." Sambil menunjukan handset Bluetoothnya, jangan lupakan ekspresi menjijikkan itu. Watados sekali dia. Hanya pada keluarganya ekspresi seperti itu keluar."Dih gaya, hayu asup. Apa rek dikoncian wae ti luar. Bisi hoyong maturan reungit ronda."
"Ulah atuh ih." Duta segera bangkit dari duduknya dan meninggalkan coretan puisi tentang seseorang.
Selamat malam minggu, jangan lupa vote dan komennya 😍
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Novela JuvenilFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.