Saga diam sebentar, dia terlihat gelisah, lalu membalikkan telepon tersebut. Sheila bingung melihatnya. Dia bertanya.
"Kak, kenapa?"
"Eum aku takut, ketauan abis berantem, papahku itu orangnya kepo orangnya, aku kan gak bisa bohong," ucap Saga tenang.
"Keren, Papahnya kakak hebat, padahal sibuk banget, tapi masih perhatian sama anaknya," Di luar dugaan, Sheila sepolos itu, dia tidak bisa membaca gelagat Saga yang aneh dan mencurigakan. Saga hanya tersenyum tipis.
"Iya, Alhamdulillah. Papah kamu di mana emang?" Tanya Saga mengalihkan pembicaraan.
"Oh eum Papah? Ada kok," jawab Sheila salah tingkah.
"Sibuk ya, soalnya gak datang ketika kamu pesta ulangtahun." Ini pernyataan.
"Iya Kak, Kakak udah makan belum?" Tanya Sheila, diapun mengalihkan pembicaraan. Topik tentang ayah, memang sangat sensitif untuk Sheila.
"Kebetulan belum, boleh deh kalau mau dikasih makan," jawab Saga dengan semangat.
Sheila melihat ke arah Saga, lalu dia berpura-pura malas.
"Kan aku belum tawarin Kak," ucap Sheila dengan manja.
"Tapi kamu mau nawarin kan? Aku mah baik, sebelum kamu bilang, aku udah peka duluan," ujar Saga panjang lebar.
"Terserahlah, ayo kita makan," ajak Sheila setelah dia bangun dari duduknya.
Saga memegang perutnya, rasa mual karena tonjokan di bagian perut tadi, membuatnya sudah kenyang sebelum makan. Namun, apalah daya, dia tidak enak pada Sheila.
"Kakak ada alergi makanan gak?" Tanya Sheila. Takut jika Saga ada alergi.
"Enggak kok, aman," ujar Saga sembari mengacungkan jempolnya.
"Syukur kalau begitu,"
"Kamu punya alergi?"
"Ada,"
"Apa? Udang?" Tanya Saga.
"Kok tau lagi sih, jangan-jangan kakak cenayang nih," ucap Sheila.
"Kan banyak orang mengalaminya, aku cuma nebak aja hehe."
"Iya juga sih, perasaan aku kalau dekat kakak terlihat bodoh banget deh," kesal Sheila.
"Kamu itu Lucu." Saga berbicara apa adanya, justru membuat Sheila salah tingkah mendengar. Kata-kata sesederhana itu memang yang bisa sampai ke hati. Karena mungkin Saga mengucapkannya dari hati juga. Karena sesuatu yang dari hati akan cepat sampai ke hati.
"Mari makan," ucap Sheila setelah dia dan Saga sip dengan lauknya masing-masing. Hari ini asistennya memasak makanan rumahan. Yang sangat mereka rindukan. Apalagi masakan tersebut buatan mamah mereka. Tunggu, Mereka? Kenapa? Saga kenapa?

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.