Duta sedang berjalan dengan santai, dia memakai sweeter hitam, dengan tangan dimasukan ke kantong. Tidak lupa handset yang disangkutkan ke telinga, untuk mendengarkan musik kesukaannya.
Hari ini, dia berniat untuk menemui Sheila, entah untuk apa. Seharusnya setelah semua yang dia lakukan. Tidak ada lagi alasan untuk mereka harus bertemu. Duta sadar, Sheila mungkin sudah bahagia dengan hidupnya saat ini. Tidak seperti dirinya yang tidak tentu arah. Tidak terlihat masa depannya sama sekali.
Duta tersenyum, melihat Sheila yang sedang berdiri di gerbang sekolah. Dia semakin mempercepat langkahnya. Namun dia harus mengaku kalah cepat, dengan mobil putih yang keluar dari sekolah tersebut. Dan Sheila lebih dulu masuk ke dalam sana. Duta menghentikan langkahnya, dia menunduk dan merutuki dirinya sendiri.
Duta berbalik, lalu segera memakai kupluk sweeter-nya. Dia tidak ingin Sheila melihatnya, karena mobil itu berjalan melewati dirinya yang sedang berdiri. Setelah mobil itu lewat, Duta mengelus dadanya. Dia bisa bernafas lega sekarang.
"Sheila, kamu kenapa?" Tanya Saga yang melihat Sheila yang gelisah.
"Ah enggak kok Kak, itu aku kayak kelupaan sesuatu di kelas."
"Apa?" Tanya Saga lagi.
"Tempat pensil deh kayaknya," ujarnya sembari tersenyum. Takut Saga mengetahui kebohongannya.
"Mau puter balik?" Tanya Saga, menawarkan diri untuk mengantar Sheila mengambil tempat pensilnya. Hati Sheila sedikit bergetar. Kenapa di saat ada lelaki dengan segudang perhatian, dia masih memikirkan Duta yang jelas-jelas sering mengecewakan. Kenapa? Apa cinta memang harus sebodoh ini. Sudah jelas, Saga jauh di atas Duta dari segi apapun.
"Sheila..." Saga menegur Sheila yang masih saja melamun.
"Ah iya, maaf, enggak usah kak, gak akan ada yang ngambil juga kan. Hehe," ucapnya diakhiri dengan tawa garing.
"Makanya, sebelum pulang perhatiin dulu apa yang harus dirapihkan. Kalau sudah begini, kamu yang repot kan," ujar Saga sembari mengacak-acak rambut Sheila. Kali ini, Sheila benar-benar tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya, senyumnya merekah.
"Kak, nanti kusut rambutku." Rengek Sheila, padahal dia senang. Dasar perempuan.
"Tinggal disisir, mau aku sisirkan?"
Sheila malah membuang mukanya, dia yakin,pipinya benar-benar merah kali ini. Padahal dia dan Saga sering melemparkan candaan seperti itu. Namun tetap saja, dia tidak bisa untuk bersikap biasa saja.
"Sampai!"
Sheila membuka sabuk pengamannya, dia memakai tasnya, lalu keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh Saga.
"Terima kasih Kak, mau mampir dulu?"
"Enggak deh, aku ada kuis besok."
"Rajin banget sih Kak, padahal udah pinter."
"Dikira aku pinter dapet dari om jin, ya kan harus belajar Sheil, kamu juga jangan lupa belajar."
"Haha iya siap Kak, hati-hati di jalan ya."
"Siap ibu negara, aku pamit pulang dulu," ucapnya dengan senyuman yang sangat menenangkan.
Kemudian, Saga masuk ke dalam mobil, dan mengendarai mobilnya untuk meninggalkan halaman rumah Sheila.
Perempuan itu, kemudian masuk ke dalam rumahnya, begitu sampai di kamarnya, Sheila merebahkan diri. Dia masih kepikiran saat tadi, dirinya melihat seperti ada Duta. Sayang sekali ketika dia melewati orang tersebut membelakangi dan menundukkan kepalanya. Coba saja, jika menegakkan kepalanya mungkin dia tidak penasaran lagi. Sekalipun bukan Duta, dia tak apa.
Walau bagaimanapun dia masih mengingat bentuk badan lelaki yang sempat membuatnya bahagia itu.
Ting
Salsa
Kak, aku pengen curhat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Fiksi RemajaFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.