Part 25 (s)

179 16 0
                                    

Don't forget to like and coment ya guyss

Author POV

Satu bulan berlalu, Duta dan Sheila tidak saling bertemu. Sesekali Sheila datang ke rumah pohon, tapi  Duta sepertinya tidak pernah lagi kesitu.

Duta benar-benar menghilang. Sheila lah yang sangat merasakan kehilangan. Terakhir kali dia bertemu Nabila. Nabila menanyakan kemana perginya Duta. Dia hanya bisa berkata sejujurnya bahwa dia memang tidak tahu. Beberapa kali Sheila menelpon ke nomor lama Duta namun nihil, nomornya sudah tidak aktif. Kemungkinan Duta memang ganti nomor.

Sheila membasuh wajahnya. Satu tempat yang belum dia datangi untuk mencari keberadaan Duta. Warnet. Dia bisa pergi ke warnet. Dia hanya perlu bertemu dengan bang Roy. Kakak angkat Duta.

Setelah pulang sekolah Sheila yang memakai cardigan pink itu masuk ke dalam warnet yang notabene pengunjungnya adalah anak laki-laki. Dia agak risih, namun semua ini demi Duta.

"Siang Bang Roy,"ucap Sheila menyapa bang Roy yang sedang sibuk memainkan game onlain.

"Eh elu Sheil, dah sebulan kaga kemari."

"Iya bang, Duta nya ada?"

"Si Duta kan udah ke Bandung dari sebulan lalu. Kaga tau dah balik kapan. Nomornya ga bisa di hubungin ya? Dia ganti kartu."

Sheila masih kaget mendengar Duta sudah di Bandung selama satu bulan. Artinya semenjak kejadian 'itu'.

"Iya Bang, kalau boleh saya mau minta nomornya bang."

"Ouh iya boleh."

Bang Roy memberikan nomor Duta pada Sheila.

"Yaudah, saya pulang dulu bang."

"Kaga main dulu"

"Engga bang, masih ada tugas."

"Mujur bener si Duta dapet cewe rajin kaya lu," ucapan Roy membuat pipi Sheila memerah.

Sheila tidak langsung pulang ke rumah dia pergi ke rumah pohon. Tempat pertama kali Duta mengajaknya pergi.

Sheila bimbang antara menelpon atau tidak. Pasalnya dia takut. Bagaimana jika Duta memang sengaja untuk menjauhinya.

Rindu, bagaikan asap yang semakin lama semakin penuh dan sesak. Menghirupnya akan semakin membuat kita sakit. Jalan satu-satunya hilangkan rindu itu. Dan cara menghilangkan rindu adalah bertemu. Bagaimana jika Duta tidak ingin menemui Sheila lagi. Bukankah akan lebih menyakitkan. Jika merindu hanya sendirian.

Sudah kepalang tanggung. Nomor Duta sudah ada di layar handphonenya. Sheila menarik nafas kemudian menekan tombol panggil.
Terdengar suara dering sambungan telepon. Dadanya bergemuruh. Sedikit bergetar tangan Sheila.

["Hallo,"] suara seseorang yang menghilangkan selama  satu bulan. Orang yang Sheila cari. Sheila sangat ingin bicara namun sesak itu menguap menjadi tetesan air mata. Sheila tak kuasa untuk bicara sepatah katapun. Dirinya benar-benar pengecut.

["Hallo."] Lagi. Duta kembali menyapanya di telepon. Sheila menggigit bibirnya. Tidak meloloskan separah katapun.

["Yang, siapa yang nelpon."] Sumpah demi apapun, Sheila bisa mendengar dengan jelas suara itu. Suara perempuan yang memanggil Duta dengan sebutan 'yang'. Kali ini dia tidak bisa menahannya lagi satu isakan lolos. Dengan tangan bergetar dia mematikan teleponnya.

Sheila masih menangisi yang barusan terjadi. Ternyata selama ini dia terlalu bodoh. Dia sangat bodoh. Buang-buang waktu hanya untuk memikirkan seorang sahabat yang sekarang sudah jadi orang asing. Dia bertekad akan segera melupakan Duta. Laki-laki sampah seperti duta memang harus di hilangkan.

"Brengsek!" Sheila mengepalkan tangannya.

Bandung, 30-maret-2019

Duta mengingat suara isakan itu. Seseorang pernah menangis dengan suara yang sama. Mungkinkah itu. Tidak mungkin, Duta menepis kemungkinan itu. Dari mana Sheila tahu nomornya. Teman-temannya yang lain tidak ada yang punya nomornya. Selain bang Roy.

"Yang, ini bagus ga?" tanya perempuan berambut Sepinggan. Dia sangat manis dan cantik di waktu bersamaan. Menanyakan bando pemberian Duta yang sudah dia pakai.

"Bagus ko." Duta tidak berselera menjawab. Dia terus memikirkan suara isakan itu. Dia kembali teringat dengan Sheila.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang