Part 8 (s)

238 16 1
                                        

Suara bel membuat anak SMA Garuda berhamburan masuk ke ruang kelasnya masing-masing. Sheila pun sedikit berlari, dia hampir saja terlambat, semalam dia tidur larut karena diare.

Sheila membantingkan tasnya di atas meja.

Kedua sahabatnya mendekati dia, penasaran.

"Sheila, kemarin lu kemana? kok gak masuk?" Tanya Raisa, yang lebih dulu membuka suara.

"Sepanjang gue temenan sama lu, baru kali ini, dia gak masuk sekolah dan ini Alfa, bukan lu banget tau," ucap Dira juga angkat bicara.

"Eum itu, gue kemarin sakit, jadi ya gini." wajah lemasnya, akhirnya bisa berguna juga.

"Oh gitu, padahal Gue kemarin sempet telepon lu, tapi nomor lu gak aktif, akhirnya keputusan kelas jadi Alfa."

"Biasa lowbat, yaudah gak apa-apa," ujar Sheila. Dia tidak ingin terlalu mempermasalahkan. Sudah terlanjur juga.

"Bu santi udah di depan kelas 12, ayoo duduk siap woy" perintah sang ketua kelas. Mereka semua bersiap.

Bu santi masuk dan memberi salam.

"Assalamu'alaikum anak-anak, ayo buka buku prnya"

Sheila dan lainnya mengambil buku pr, suara getaran pesan membuat Sheila membuka handphonenya. Ternyata pesan itu dari Duta.

Duta

Pulang sekolah nanti, ada yang mau saya bicarakan sama Kakak.

Sheila tidak membalas pesan tersebut. Dia memilih mengeluarkan buku, dan melanjutkan belajarnya.

Waktu terasa cepat, sudah waktunya Sheila pulang sekolah. Dia menunggu Duta di depan gerbang.

Sebuah mobil Honda jazz berhenti di hadapannya, ternyata itu Duta. Dia memberikan isyarat agar Sheila masuk ke mobil.

Sheila dengan ragu-ragu menaiki mobil tersebut, di dalam mobil, Sheila menjadi bingung.

Duta tidak banyak bicara, dia hanya membawa Sheila ke suatu tempat dan ternyata itu adalah warnet.

"Bang thanks mobilnya, gue ke atas dulu ya," ucap Duta, sambil mengemberikan kunci tersebut kepada Bang Roy.

"Widih bawa cemewew lu, awas anak orang lu apa-apain nanti." Bang Roy, memang senang menggoda Duta, dia sudah sangat kenal baik. Duta bukan lelaki jahat.

"Pikiran lu bang." Jawab Duta dengan datar. Lalu melangkah ke arah tangga.

Sheila mengikuti Duta ke lantai atas, dari bangunan tersebut.
Ruangan ini memiliki konsep yang manly hanya ada 2 warna abu dan hitam. Dengan furniture dengan warna yang gelap dan soft.

Ini semacam kamar yang bisa dikatakan home sweet home.
Duta membukakan pintu yang terbuat dari kaca tersebut. Mematikan AC dan membiarkan angin masuk.

"Kamu mau ngomong apa Duta?" Tanya Sheila tidak sabar. Karena sedari tadi Duta tidak berbicara padanya.

"Duduk." Perintah Duta ada Sheila.

Sheialpun menduduki sofa panjang yang bewarna abu dengan kombinasi warna biru pudar.

Duta menyusul untuk duduk di sofa yang hanya bisa dimuat oleh satu orang dan menaruh minuman untuk sheial.

"So, kamu mau bicara apa sebenarnya? Jangan buat penasaran."

Duta menghembuskan nafasnya. He like nervous. Apa yang akan dibicarakan Duta, sampai membuat dia nervous seperti itu?.

"Saya mau jadi teman Kakak."

"Maksudnya?" Sheila belum paham, dia tidak mengerti, karena Duta langsung to teh point.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang