Hari ujian semakin dekat, Sheila sudah beberapakali tryout. Yang artinya kurang dari satu bulan lagi dia akan ujian nasional.
"Gimana hasil Tryout-nya Sheil?" Tanya mamahnya.
"Alhamdulillah Mah bagus-bagus," jawab Sheila dengan riang, karena diapun tidak menyangka bahwa hasilnya akan sememuaskan itu.
"Pasti semua karena Saga, lelaki itu memang pandai sekali mengajarkan kamu," ucap mamahnya Sheila. Sheila mengangguk setuju.
"Kak Saga sabarrrr banget Mah, ngajarin aku. Padahal aku suka ngeluh, suka Moody's, tapi dia tetep sabar dan gak pernah marah," ujarnya dengan antusias.
"Iya, tapi inget Sheil, kamu belum boleh pacaran."
"Siapa juga yang pacaran Mah,"
"Kamu itu perempuan, kelak jika kamu sudah bisa memilih baik dan buruk, salah dan benar. Mamah tidak akan mencegah kamu lagi. Apalagi calonnya Saga."
"Mamah!" Kesal Sheila, karena mamahnya sudah meledeknya untuk ke sekian kali. Sedikit cerita, hubungannya dengan mamahnya sekarang memang sudah membaik, semenjak Sheila sudah menunjukan progresnya. Dia banyak mengalami kemajuan. Dan Sheila sudah mempersiapkan diri untuk masuk ke universitas impiannya. Dan Alhamdulillah sekali, kali ini Mamah Sheila setuju atas pilihannya. Walaupun tetap saja, jurusannya sang mamah yang memilihkan.
***
Duta sudah membesarkan hatinya. Dia sudah memilih untuk berbicara dengan jujur pada Salsa. Bahwa dirinya memang sudah tidak mencintai perempuan manja namun anggun dihadapannya ini.Awalnya Salsa menolak keras. Namun dia perlahan paham. Dahulu mereka hanya saling obsesi saja, mungkin karena sudah bersama sejak masih bayi.
"Setelah ini, rencana hidup kamu apa?" Tanya Salsa pada Duta, karena perempuan itu taunya Duta tidak sekolah.
"Aku akan kembali ke Jakarta."
"Kamu jangan lupain aku ya, terima kasih untuk tujuh bulan ini, kamu sudah menemani dan mewarnai hari-hariku."
"Jangan cengeng dong, kamu kan kuat, sampai bertemu di lain kesempatan ya, kamu jangan sedih lagi, aku gak sabar, liat kamu sukses nanti. Semangat untuk calon dokter," ucap Duta sungguh-sungguh.
Salsa membaur ke pelukan Duta. Perempuan itu merasa sangat kehilangan, padahal Duta sedang ada di hadapannya. Dia mengerti ini semua memang harus terjadi, tidak ada pilihan lain. Orangtuanya juga meminta dia untuk fokus belajar, karena sebentar lagi sudah masuk jurusan.
Sementara Duta, dia sangat menyayangi Salsa, layaknya seorang Kakak pada adiknya. Salsa memang begitu menggemaskan. Dia selalu ceria dan tidak pernah marah. Hanya ngambek saja. Maklum, tingkat kemanjaan seorang Salsa melewati batas wajar.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.