"Kak, lihat Duta tidak?" Tanya Salsa padanya.
"Lihat, tadi ada di balkon," jawab Sheila.
"Ada apa Salsa?" Tanya seorang laki-laki yang baru saja datang. Itu Duta.
"Kamu dari tadi aku cariin, kamu sudah makan belum? Mau aku ambilkan?" Tanya Salsa, bukan menjawab Duta malah melihat ke arah Sheila.
"Aku pergi dulu ya," ujar Sheila tidak enak, berada di antara mereka berdua.
"Aku makan di luar aja, sekalian ada perlu. Malam ini aku gak nginep di sini, nanti pagi aku jemput kamu," ujar Duta cepat.
"Yaudah, kamu hati-hati, jangan begadang."
"Siap bos!"
Kemudian Duta pergi, melewati Sheila, bahkan laki-laki itu tidak pamit padanya.
"Ayo Kak!" Ajak Salsa.
"Duta mah gak asik orangnya, kaku banget kayak kanebo kering," gerutu Salsa. Namun, Sheila tidak menanggapi.***
Duta memarkirkan mobilnya ke depan rumah yang dipakainya hanya untuk mengganti baju. Duta disambut meriah oleh si kembar."Kakak!" Teriak mereka berdua secara bersamaan, lalu meminta untuk digendongnya. Duta dengan senang hati melakukan permintaan itu.
"Duta! Mamah kangen banget sama kamu," ucap mamahnya terharu, melihat anak lelakinya datang. Sudah sekian lama dia menghubunginya, tapi Duta tidak pernah mau mengangkatnya.
Sebenarnya Duta pun kangen, tapi rasa gengsinya mengalahkan semuanya. Sepersekian detik, dia melihat mamahnya yang bertambah kurus, walaupun tetap terlihat cantik.
Duta malah berjalan ke kamarnya, lalu menurunkan si kembar.
"Kak, mamah suka nangis kalau keinget Kakak," ucap Kenzo dengan polosnya. Diangguki oleh Alea.
"Oh ya? Yaudah nanti kalau mamah nangis, kalian hibur ya, soalnya Kakak gak bisa di sini, Kakak masih banyak urusan."
"Urusan itu apa?" Tanya Alea.
"Urusan itu orang dewasa Lea, iya kan Kak?" Kenzo berbicara dengan lucunya. Rasanya jika melihat mereka, Duta enggan untuk pergi.
"Iya, pinter banget sih Kenzo."
"Es krim coklat 2 boleh?"
"Haha,"
Duta tertawa mendengar ucapan bocah di depannya. Entah siapa yang mengajarinya. Mungkin kebanyakan nonton kartun.
Setelah menyiapkan segala keperluan yang harus dibawanya. Duta mengajak kedua anak manusia itu keluar dari kamarnya.
"Pokoknya kalau Kakak enggak di sini, kalian harus jadi anak yang baik, rajin, dan pinter." Mereka yang mendengar itu langsung mengangkat tangannya secara bersamaan. Bersiap untuk hormat dan berkata,
"Siap!" Secara serentak.
Duta melangkahkan kakinya, kemudian dia berhenti sejenak karena Mamahnya memanggil.
"Duta!"
"Assalamualaikum," ucap Duta. Dia tidak menanggapi ucapan mamahnya. Rasanya belum siap, entah kapan dirinya bisa berdamai dengan jiwanya sendiri. Hal itu seperti mustahil untuknya sekarang. Namun, siapa yang tau, esok atau lusa. Semua hal akan menjadi mudah dan lebih baik dari hari ini.
Duta kembali membawa mobilnya, kali ini, dia pergi ke tempat di mana dia tumbuh sebagai laki-laki yang harus bekerja keras. Apalagi kalau bukan warnet.
Bughh
Sebuah tonjolan tepat di pipi kirinya, itu adalah ucapan selamat datang dari bang Roy.
"Tidak sekalian patahkan tulang ane bang," ucapnya menyindir lelaki yang sudah dianggapnya seperti sodara.
"Jangan adat(emosi) aja yang digedein. Otak lu sejak kapan pindah ke dengkul sih."
Duta tersenyum, lalu memeluk bang Roy. Yang sudah merentangkan tangannya.
"Sebandel-bandelnya lu, gue mah tetep anggap lu adik," ucap Roy sambil mengusap-usap rambut Duta, lalu mendorong laki-laki itu.
"Najis banget, lama-lama pelukan sama lu,"
"Haha,"
Mereka tertawa bersama.
Jangan lupa follow+vote+komen
Dengan begitu membuatku semakin semangat menulisnyaTerima kasih
Salam kenal
Dari aku yang suka lupa matiin tv karena ketiduran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.