Jangan lupa vote and coment ya guyss
Author POV
Sheila meremas handphonenya. Dia hafal betul. Walaupun lelaki tersebut tidak menghadap ke arah kamera. Namun dia bisa menebak siapa orang tersebut. Dugaannya selama ini ternyata benar. Salsa yang di maksud mantan Duta dan seseorang yang salsa ceritakan itu adalah lelaki yang sama yang membuat Sheila harus merasakan sakit di hatinya.
"Kayanya kamu ga enak badan neng, yaudah kamu pulang aja ya. Tuh badannya panas." Teh Riska memeriksa kening Sheila untuk memastikan bahwa dia benar-benar sakit.
"Iya teh, aku duluan ya."
"Eh engga diantar aja atuh."
"Engga usah teh, aku bisa sendiri ko."
"Yaudah, hati-hati yah. Kalau ada apa-apa langsung kabarin aja atuh ya. Nanti eteh bantu."
"Siap" Sheila pulang ke rumah omanya.
Dia merasakan pusing yang luar biasa. Belum lagi suhu tubuhnya yang panas. Sheila pun tidak sadarkan diri.
***
"Kenapa harus ke rumah sakit Oma "
"Kamu itu kena DBD sama tifus Sheila Oma mana tega atuh. Apalagi kamu tadi sampai pingsan. Untung ada adiknya Riska datang ke rumah. Jadi ada yang bawain mobil deh." Sang nenek paham betul bahwa cucunya tidak suka dengan rumah sakit. Tapi, tidak ada cara lain.
"Duta?"
"Iya, siapa lagi atuh." Mengucapkan nama itu membuat kepala serta badan Sheila menjadi sakit. Saat ini Duta seperti virus mematikan untuk dirinya. Sebisa mungkin Sheila harus bisa melupakan dan tidak boleh sampai bertemu apalagi bertegur sapa. Sudah cukup dirinya merasakan sakit sendiri.
"Kepala kamu sakit lagi ya. Di pegangin begitu?"
"Eh engga terlalu Oma, mamah sama papah ga di kasih tahu kan?"
"Engga ko tenang aja. Mamah kamu kalau ga salah ada pelatihan kan. Kalau papah kamu Oma ga tahu deh."
"Alhamdulillah kalau gitu. Yaudah Oma pulang aja. Nanti sakit lagi, kecapean. Aku ga apa-apa ko."
"Bener nih? Kalau engga nanti oma minta tolong orang buat temenin kamu ya."
"Iya oma. Pulang aja istirahat."
***
Perempuan memakai dress pink membuka pintu kamar rawat Sheila.
"Ka Sheilaaaaa, ko bisa gini sih."
"Sasa? Kamu di suruh oma ya."
"Iya ka, ga apa-apa ko. Pokonya aku bakal nemenin Kaka sampai sembuh."
"Kamu ini, ada-ada aja. Iya deh aku juga lagian sepi di sini sendiri."
"Tenang ka, kalau sama aku pasti rame haha"
"Haha"
Ceklek
Seseorang memakai kemeja kotak-kotak dipadukan dengan celana bahan berwarna cream dan sepatu sneaker. Tidak lupa rambutnya seperti baru dicukur. Karena Sheila masih hapal betul tadi pagi tidak sependek itu.
"Duta, akhirnya kamu sampai juga. Aku kira kamu bohong mau ke sini."
Duta tersenyum, Sheila hanya acuh dia mengalihkan pandangannya. Menatap langit-langit rumah sakit itu.
"Ka Sheila kenalin ini loh yang aku ceritain itu. Namanya Duta dan duta kenalin ini namanya ka Sheila sepupu aku dari Jakarta."
Duta menatap Sheila yang seakan enggan untuk melihatnya. Namun tidak mungkin juga Duta jujur bahwa mereka sudah saling kenal. Dia mengulurkan tangannya.
"Duta"
"Sheila"
Tanpa menjabat tangan yang menggantung di udara itu. "Maaf tanganku lagi di infus," dingin. Suara itu mengisyaratkan bahwa Sheila saat ini sangat membencinya.
"Kamu bawa apa itu."
"Ouh ini obat herbal punya nenek. Soalnya dulu nenek ngalamin sakit ini. Pas minum obat herbal beberapa hari langsung sembuh."
"Ouh yaudah sini. Nanti ka Sheila minum ya."
"Heem"
"Aku lupa belum makan malam. Aku tinggal sebentar boleh ga?"
Sheila ingin sekali mencegah salsa untuk pergi. Namun dia juga tidak tega, tapi untuk berdua bersama Duta rasanya Sheila harus tega.
"Yaudah sana, aku jagain di sini. Aku udah makan soalnya."
Sumpah serapah sudah Sheila ungkapkan dalam hatinya. Dia hanya memutar kedua bola mata. Dan salsa keluar dari kamar inap tersebut. Perlahan Sheila melirik Duta sampai akhirnya duta sudah berada di hadapannya. Jarak mereka cukup dekat. Tangan Duta mengusap kepala Sheila dengan sayang.
"Cepet sembuh ya, maaf aku banyak nyakitin kamu."
Mengumpat dosa ga??
Duta ga paham nih sama perasaan perempuan. Alamat baper lagi si Sheila nyaaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Roman pour AdolescentsFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.