Author POV
"Sheil, waktunya makan malam. Ayo makan dulu nanti minum obat."
"Kenyang. Mana obatnya"
"Gila! Aku yang suapin. Kamu ga suka sama makanan rumah sakit kan. Ini aku bawain bubur buat kamu."
" Tenang aja, ini buatan nenek aku"
Duta tersenyum melihat Sheila mengangguk. Tak apa jika berbohong untuk kebaikan. Duta senang melihat shiela makan bubur lumayan banyak.
"Nih obatnya."
"Makasih."
"Kamu kaya sama siapa aja. Ko keringetan gitu sih kening kamu. Panas ya."
Tanpa permisi duta mengelapkan keringat yang ada di kening Sheila.
"Baikan yuk"
"Gak!"
"Loh, ko kamu yang marah. Harusnya kan aku!"
"Udah deh, anggap aja kita ga pernah kenal."
"Yaudah kenalan lagi. Nama aku Duta."
"Basi!"
"Angetin dong"
"Duta!"
Suara tersebut dari perempuan yang baru saja masuk ke dalam kamar inap ini.
"Salsa"
"Kamu kenapa ngusap-ngusap ka sheila, ada yang sakit bukan ka."
"Eum engga ko. Ini tadi"
"Ada nyamuk."
Duta berpura-pura menepuk nyamuk. Sementara Sheila merutuki dirinya yang hampir saja lepas kendali. Dia lupa bahwa dirinya sekarang bukan lagi sheilanya Duta.
"Salsa tolong ambilkan tisu Kaka di dalam tas."
"Ok"
###
"selamat pagi Sheila, gimana hari ini apa yang di rasa"
"sakit hati dok"(dalam hati)
"udah baikan ko dok, udah sehat kayanya"
"seriusan, padahal biasanya yang sakit kaya gini itu minimal 3 hari baru ngerasa lebih baik"
"berarti dokter pinter. Kasih saya obat yang paling bagus"
Padahal Sheila ingin cepat pulang, supaya bisa jauh dari Duta."yasudah kalau begitu, kita tunggu 1 kali 24 jam. Kalau ada perubahan saya ijinkan kamu pulang"
"siap dokter"
Dokter itu keluar dari kamar inap Sheila.
Sesaat setelah dokter itu keluar. Sheila melihat ke arah jendela. Dia berpikir, lari dari masalah bukan hal yang baik.
Namun, sekalipun dia jujur. Itu tidak akan membuat keadaan berubah menjadi lebih baik. Sheila tersenyum miris.
"jangan terlalu banyak berpikir"
Duta mengusap poni Sheila."Duta"
"apa yang kamu pikirin?"
Tidak ada jawaban dari Sheila. Duta menggenggam tangan Sheila.
"aku mau bicara serius sama kamu"
"apa?"
"kalau aku ada di satu tahun yang lalu, kira kira kalau saat itu aku ga cari dan ngeyel pengen temenan sama kamu. Aku bakal sesakit hati ini ga?"
"aku, yang akan datang ke kamu, yang bilang akan bilang bahwa aku pengen temenan sama kamu."
"terus kenapa? Saat aku ada di depan kamu. Kamu malah pergi"
"semua ga semudah ngebalikin telapak tangan, kamu sama aku jelas beda Sheil. Keluarga kamu masih utuh kehidupan kamu terjamin. Sedangkan aku berkebalikan dari semua itu."
"semua ga akan ada penyelesaiannya, dan udah terlanjur juga. Aku udah mencoba untuk ikhlas. Kalau kemarin kamu pergi tanpa pamit. Maka sekarang, ijinin aku buat pamit. Semoga setelah ini ga ada lagi dendam diantara kita. Tolong jaga sepupu aku. Kamu boleh nyakitin aku tapi engga sodara aku."
"kalau aku tau kedatangan aku pagi ini untuk dapat kabar buruk ini. Aku akan memilih untuk bantuin nenek untuk petik bunga. Kamu cuma ga bisa menerima kenyataan. Bahwa sebenarnya aku sayang sama kamu dan kita harus nyakitin salsa" genggaman tangan itu terlepas begitu saja. Duta keluar dari kamar inap Sheila.
"Liburan yang sangat menyenangkan sheil"

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.