Author POV
Sheila bersama teman-teman sedang makan siang di kantin.
"Dira kenapa? Kok makanannya cuma dimainin doang? Tumben. Biasanya makan paling banyak." Tanya Sheila bingung, melihat Dira sedari tadi terlihat sedih.
"Sedih dia Sheil, biasa... kali ini dia abis diphpin sama gebetannya, setahun pdkt eh jadiannya sama orang lain." Mulut Raisa yang seperti rem blong itu mendapatkan satu buah baso dari Dira.
"Udah deh Ra, lu bikin Gue, tambah enek tau gak, nanti kalau kedengaran orang gimana, kan malu," ujar Dira sambil menundukkan wajahnya ke meja.
"Apa? Yang bener, kok Gue gak tau sih,kalian curang nih, siapa sih orangnya? Berani banget nyakitin temen gue."
"Intinya Shiel, kalau sampe Lu maupun Raisa lagi pedekate sama cowok, kalau lebih dari tiga bulan, dia belum juga nembak lu,tinggalin!" Dira menekan kata tinggalin.
Sebagai seseorang yang lebih pengalaman, dalam dunia percintaan. Meski kebanyakan gagalnya, ucapan Dira memang ada benarnya juga.
"Kalau Gue cuma mau temenan aja sama dia gimana? " Tanya Raisa yang mewakili keinginan Sheila. Beruntung, bukan dia yang bertanya.
"Ya apapun itu, gak ada yang berhasil temenan sama cowok. Ok, misalkan kita gak sampe official, tapi divantara kalian pasti ada yang jatuh cinta. Terus sakit hati juga ujungnya. Buat apa? Kalau dia cukup baik dan masuk kriteria ya udah jadiin, kalau emang gak bisa yaudah tinggalin! Jangan memaksakan diri."
"Tapi serius deh, maksudnya Lu ditinggalin apa gimana?"
"Doi deket sama cewe itu sebelum kenal Gue, otomatis gu6e mundur, saat Gue berusaha mundur dengan naifnya Gue berdoa agar dia peka dan ngejar Gue. Tapi kenyataannya Gue yang dia tinggal "
"Dengan alasan apa?"
"Alasan apapun itu intinya dia emang gak sayang sama Gue"
"Maksudnya dia ngasih alasan apa Dira"
"Dia bilang gak mau nyakitin Gue, pleasee dia gak inget apa, dulu pas dia lagi bosen lagi patah hati, yang selalu ada buat dia itu Gue. Eh malah begini, medusa emang."
"Yaampun, pengen deh rasanya hajar tuh cowok, siapa sih?"
"Adalah pokonya, emang susah sih,perempuan itu pernah jadi alasan dia, isi batre sambil telponan."
Mereka memang sahabat, namun mereka tidak pernah usil dengan kehidupan pribadi sahabatnya. Jadi, gak pernah tau deketnya kapan, tau-tau udah jadian, kalau gak udah putus.
Sheila berniat untuk pulang cepat hari ini mamahnya ada pelatihan di Bandung. Dia harus datang ke rumah lebih awal.
Ojek online yang dipesannya sudah datang, saat diperjalanan dia melihat Duta sedang duduk sambil melambaikan tangannya dia pikir itu untuk Sheila saat Sheila mengangkat tangannya seseorang dan ternyata Nabila datang dan duduk di sebelah Duta, Sheila yang awalnya memberhentikan ojolnyapun akhirnya menyuruh ojol tersebut untuk berjalan kembali. Pipinya memerah.
Semakin diingat, semakin Sheila merasa sakit, dia sangat ingin curhat, tapi dia tidak mau curhat kepada orang lain. Dia terbiasa menyimpan segala sesuatu sendiri.
Tengah malam Sheila terbangun, dia mengecek handphone ada nomor baru menelponnya sejam yang lalu, sekitar jam 10. Sheila segera menelpon balik, dia takut itu telepon penting.
Hallo
Kamu belum tidur?
Duta? Udah, terus kebangun. Ada apa?
Gak apa-apa, kamu ngapain bangun malem-malem?
Mau cari makan ke depan kompleks
Inikah udah malem Sheila.
Iya, tapi dari pulang sekolah aku ketiduran jadi laper sekarang hehe
Mamahmu gak masak emang?
Lagi dinas di Bandung
Papahmu?
Gak tau
Yaudah kamu jangan kemana-mana aku kebetulan lagi beli sate, aku anterin ke rumahmu.
Ga usah, aku bisa beli sendiri
Gak ada penolakan setengah jam lagi aku sampe kesitu
Bippp
Telepon itu pun terputus, belum sempat Shiela melarang Duta.
setengah jam kemudian
Duta sudah ada di depan rumah Sheila, memencet bel dan Sheila pun keluar dengan memakai baju tidur.
"Kamu mandi malem-malem gini?" Bukan menyapa, Duta malah menanyakan hal itu melihat ada sedikit busa di rambut Sheila.
"Iya, tadi belum sempat mandi,"
"Tapi gak harus tengah malem juga Sheila, bahaya buat kesehatan."
"Hehe iya ga lagi deh, kamu udah alih profesi jadi ahli kesehatan emang?"
"Ngawur. Nih satenya," Duta memberikan bungkusan tersebut.
"Makasih ya,"
"Iya sama-sama."
"Kamu udah punya handphone?"
"Belum, itu Handphone Bang Roy,"
"Ouh, eum kalau kamu mau aku bisa pinjemin kamu buat beli handphone." Sheila bukan bucin, dia punya banyak uang yang tidak dia pakai. Karena setiap harinya dia mendapat uang jajan yang cukup.
"Mikir apaansi, tenang Minggu depan aku udah punya handphone."
"Beli?"
"Ngutang, haha"
"Duta seriusan."
"Nabila tadi ngajakin aku manggung, lumayan bayarannya"
"Nabila yah," ucap Sheila sedikit pelan.
"Iya, yaudah kamu masuk makan terus tidur lagi good night." Duta mengacak-acak rambut Sheila lalu pergi dari rumah itu. Sesimpel itu, tapi rasanya ingin melayang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.