Semua tamu sudah hadir, Sheila masih sibuk dengan rasa deg-degannya. Karena melihat betapa banyak orang yang hadir. Apalagi sebagian dari tamu undangan adalah rekan kerja mamahnya. Secara otomatis. Sheila menjadi kaku. Dia takut jika orang lain menilai penampilannya. Yang menurutnya biasa saja. Padahal siapapun yang saat melihat gadis anggun ini, akan bicara bahwa gadis ini sangat menakjubkan.
Seseorang mengetuk pintu kamarnya. Sheila bangun, lalu berjalan untuk membukakan pintu. Dia pikir yang datang adalah Salsa, ternyata bukan. Di depannya saat ini, berdiri seorang laki-laki dengan setelah jas semi formal. Sangat rapih dan tampan. Membuat siapa saja ingin memilikinya. Apalagi senyum menawan yang saat ini sedang ditunjukannya pada Sheila.
"Selamat malam, happy birthday. Akan selalu ada doa terbaik untuk kamu dari aku di setiap harinya," ucap Saga dengan lembut. Lalu memberikan bunga yang dibawanya. Sheila tersipu. Lalu menghambur ke dalam pelukan laki-laki itu.
"Terima kasih Kak, semoga segala hal baik berbalik padamu," ujar Sheila tulus. Lalu mereka berjalan ke tempat berlangsungnya pesta.
Sedari tadi Duta memperhatikan kedua sepasang manusia itu. Ada yang retak. Namun, bukan kaca. Duta tersenyum getir. Ini salahnya. Harusnya dia tidak merasakan sakit begini. Setelah mereka berdua pergi, Duta masuk ke dalam kamar Sheila.
****
Acara dimulai dengan berdoa, lalu memotong kue. Ada beberapa tamu undangan mempersembahkan sebuah lagu, menggunakan alunan musik piano yang telah disediakan khusus untuk acara ini.
Semua larut dalam kebahagian. Sedari tadi Sheila yang selalu didampingi Saga membuat Duta enggan mendekat. Ada yang aneh sebenarnya. Kenapa mamahnya justru terlihat biasa saja melihat Saga dekat dengan Sheila. Padahal sebelumnya Sheila dilarang terlalu dekat dengan laki-laki.
"Sheil, kenalin ini papah aku," ucap Saga memperkenalkan papahnya yang ternyata adalah teman dari mamahnya. Sheila masih berpikir positif. Dia menyapa papah Saga.
"Selamat malam om,"
"Malam, kamu yang bernama Sheila, Saga sering banget loh, ngomongin kamu ke saya, katanya kamu," belum selesai papah Saga bicara. Sudah dipotong saja oleh anaknya.
"Papah!" Rengek Saga.
"Maaf boy, suka kelepasan." Sheila hanya bisa tersenyum melihat pemandangan ayah dan anak ini. Matanya mencari dua orang pria beda generasi. Mereka tidak ada di dalam peredarannya. Sheila kemudian kembali pada acaranya.
Saga dan beberapa tamu sudah pulang, namun masih ada juga yang berkumpul lalu berbincang-bincang. Kebanyakan mereka adalah teman mamahnya yang sekalian reonian.
"Kenapa gak ikutan pesta?" Tanya Sheila yang akhirnya menemukan Duta di balkon rumahnya. Lelaki itu sedang merokok. Andai saja mereka masih seperti dulu, Sheila akan dengan tegas merebut rokok itu lalu membuangnya. Namun apa daya, dia bukan siapa-siapa.
"Aku ke sini bukan diundang. Tapi jadi supir Salsa. Supir gak berhak ikutan pesta mewah seperti itu." Sheila terdiam. Memang benar, dia tidak mengundang Duta. Namun, bukan berarti dia tidak menginginkan kehadiran laki-laki itu di pestanya.
"Kamu marah sama aku?" Tanya Sheila yang bingung harus berkata apa. Laki-laki ini berubah sangat dingin padanya.
"Enggak. Mending kamu istirahat ini sudah malam. Lagipula asap rokok bisa membahayakan siapa saja yang menghirupnya."
"Terus kenapa kamu merokok?"
"Tidak ada alasan untuk berhenti, jika melanjutkan akan sakit, maka berhenti hanya akan mati. Jiwa ini sudah tidak ada di dalam raga yang sama. Tak apa sekalipun raga ini sakit. Jiwa ini sudah tidak bisa merasakannya. Tidak masalah," ucap Duta sambil meniupkan asap rokok tersebut.
Yang Sheila tangkap, lelaki itu bukan membicarakan asap rokoknya. Melainkan sesuatu yang sudah membuatnya begini. Namun apa? Duta tidak berbicara apa-apa lagi, bahkan tidak menatap Sheila sama sekali.
Jangan lupa follow+vote+komen yaaa
Dengan begitu membuatku semakin semangat menulisnya.Salam kenal
Dari aku yang mudah nyaman. Padahal senderan di tembok doang

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Novela JuvenilFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.