part 29

172 13 0
                                        

Jangan lupa vote dan coment yaa guysss

Author POV

"Duta tunggu!"

Sheila mencoba untuk menahan Duta yang sudah berbalik arah. Sheila jalan mendahului Duta. "Aku perlu bicara sama kamu," ucapnya kemudian menarik tangan laki-laki itu.

"Ada apa Kamu di sini." Suara itu begitu dingin dan menusuk. Haruskah Duta bertanya seperti itu. Dari ratusan juta kata. Kenapa kalimat itu seolah menyadarkan Sheila Duta tidak ingin bertemu dengannya. Belum ada yang sempat mereka bicarakan. Dari terakhir mereka bertemu dan soal kejujuran Duta saat itu. Sheila hanya perlu waktu untuk menerima itu semua.

"Itu ga penting. Harusnya aku yang tanya. Kenapa? Hilang begitu aja? Apasih yang sebenernya ada di otak kamu?" Sheila bertanya dengan penuh tekanan.

Duta menghela nafasnya. Menatap keadaan sekitar yang hanya ada pepohonan Pinus. Dia menggulungkan lengan jaket kemudian menyisir rambutnya dengan tangan.

"Anggap aja kita ga pernah kenal." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut sampah seorang Duta. Sheila tidak bisa berbicara apapun lagi. Maksud dari semua ini sudah jelas. Bahwa Duta tidak ingin Sheila bersamanya. Baru kali ini Sheila bertemu dengan laki-laki pecundang seperti ini. Dia sudah tidak habis pikir lagi. Dia meremas ujung bajunya. Tidak ada niatan untuk mengejar Duta yang pergi meninggalkan dia begitu saja.

***

"Sheila, keluar kamar neng. Bibimu yang dari Sabrang mau kemari. Sekalian kita makan malam."

Sheila keluar dari kamar dan ikut dengan omanya ke meja makan. Kali ini mereka makan di meja makan. Karena bale hanya muat untuk 5 orang saja. Sementara bibi dan pamannya itu akan membawa 2 anak mereka.

"Bi asih masih jadi guru TK ga Oma?"

"Dia udah punya yayasan sendiri. Kamu sih kalau bukan Oma yang nyuruh ga pernah mau ke sini. Heran deh. Apa coba enaknya tinggal di kota. Banyak polusi di mana-mana."

"Hehe, maaf nek. Mamah ga pernah ngebolehin. Takutnya aku betah di sini terus ga mau balik ke Jakarta."

"Ada-ada saja anak itu."

"Assalamu'alaikum."

Ucap satu keluarga yang baru saja datang. Mereka orang yang sedari tadi di tunggu oleh Sheila dan omanya.

"Waalaikumsalam." Sheila bangkit untuk menyambut mereka.

"Cantik pisan kamu neng, meni khas orang kota ih. Pangling ibi teh."

"Eh iya Bi, ibi juga masih kelihatan muda aja."

"Kamu itu yah, bisa aja."

Mereka tertawa melihat basa-basi yang di lakukan oleh bibi dan ponakan itu.

"Ka Sheilaaaaa Sasa kangennn." Wanita anggun dengan dress bunga itu berlari kemudian memeluk Sheila.

"Aku juga kangen sa, kangen banget malah. Kamu sehat?"

"Si salsa, tos ageung oge. Antep Weh jiga budak leutik kalakuanana."

"Oma, ih aku kan kangen sama kan cheila."
Cheila adalah panggilan masa kecil Sheila.

"Yaudah ayo kita makan." Ucap Sheila yang sudah duduk dan memegang sendok.

***

"Wih, gelangnya bagus. Buat aku ya."

Mereka sedang melakukan Nyang namanya girls time. Entahlah, mungkin nge ghibahin artis di dalam kamar.

"Ih jangan ka, ini itu gelang spesial."

"Spesial? Dari siapa sih. Pacar yah. Aku bilangin bibi loh. Udah berani pacaran."

"Dia itu cinta pertama aku. Kita pacaran pas kelas 1 SMP. Karena aku ga bisa LDR aku sama dia akhirnya putus. Pas dia udah balik dari Jakarta. Baru deh kita balikan."

"Kaya FTV ceritanya. Siapa sih namanya jadi penasaran."

"Du- ah engga deh. Nanti di bilangin lagi."

"Ihh engga ko. Bener deh."

"Engga mau, udah ah ayo tidur udah malem."

"Ih salsa. Curang deh. Ayoooo cerita dulu." Sheila mencoba menarik selimut yang menutupi wajah Salsa. Namun anak itu terlalu keras memegangnya.

Du-di
Du-na
Du-sa
Du-ri
Du-da

Sheila mencoba mencari nama yang cocok untuk pasangan Du itu. Akhirnya satu nama terucap oleh dia.

"Duta."

Tidak mungkin.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang