Sheila membuka jaketnya, lalu dia taruh di gantungan. Perempuan itu, masih mengingat kejadian memalukan yang baru saja dialaminya. Entah bagaimana jika besok dia bertemu dengan Saga. Seperti sudah tidak punya muka, untuk bisa bertatap muka dengan lelaki itu.
"Sheila," panggil sang mamah dari luar kamar.
"Iya Mah," ucap Sheila, lalu bergegas membukakan pintu.
"Makam malam sudah siap, kamu mandi dulu gih," ucap mamahnya, yang melihat Sheila masih memakai seragam putih abu-abunya.
"Iya siap," ucap Sheila dengan semangat.
****
Mereka makan malam berdua. Dengan menu kesukaan Sheila."Sheil, Mamah sudah meminta orang yang mendekorasi rumah datang pagi ini. Kamu sudah berikan konsep ke emai yang mamah kasih kan?"
"Iya mah sudah. Kemarin baru sempet aku kasih. Soalnya bingung milihnya hehe," ucapnya.
"Iya gak apa-apa. Yang penting semua sesuai keinginan kamu."
Mereka memang menyewa jasa dekorasi, karena tidak ada waktu untuk melakukannya.
"Oma juga akan datang siang ini,"
"Oh ya, asik."
"Inget, kamu harus les dulu."
"Yahh, sampai lupa aku," ujarnya sembari menepuk kening.
"Yee, giliran belajar aja susah banget," cibir Mamahnya. Entah hanya perasaannya saja atau bukan. Dia melihat mamahnya hari ini sedang dalam mood yang sangat baik. Terlihat dari wajahnya yang berseri dan bicaranya lebih santai. Tidak seperti biasanya yang kaku dan terburu-buru karena masih banyak pekerjaan.
****
Sheila turun dari mobil, hari ini mamahnya yang mengantar. Dia memasuki gerbang. Dan melalui koridor sekolah."Selamat pagi," ucap seseorang yang membuat Sheila sedikit terperanjat. Pada dasarnya sedari tadi, dirinya berusaha untuk berjalan dengan cepat. Agar tidak bertemu dengan orang yang baru saja menyapanya ini.
"Pagi Kak," jawab Sheila dengan ramah, tolong jantungnya tidak bisa diajak kompromi.
Lelaki di hadapannya ini, sudah sangat rapih dengan jas almamaternya. Dengan rambut yang di sisir ke arah kiri. Namun rahangnya terlihat tegas.
"Tumben pagi sekali, biasanya kamu akan datang pukul tujuh lewat limabelas menit." Sheila berpikir sejenak. Apa ucapan Saga tadi, seperti memberitahu Sheila bahwa dirinya memperhatikan Sheila.
"Iya Kak, dianterin Mamah."
"Oh gitu, yaudah mari saya antar ke kelas."
"Eh gak usah Kak," ucap Sheila spontan. Dia tidak enak jika ada yang melihat, takutnya digosipkan yang tidak-tidak.
"Tenang saja, saya memang mau sekalian ke kelas kamu. Kemarin buku saya tertinggal di sana. Hari ini, saya ada di kelas lain soalnya. "
"Oh begitu, yaudah ayo."Diperjalanan ke kelas, Trey melihat ke kanan dan kiri. Hatinya tidak tenang. Karena takut ada yang curiga. Padahal mereka tidak ada hubungan apa-apa.
"Kamu sudah sarapan?"
"Sudah Kak, kakak sendiri?" Tanya balik Sheila.
"Sudah. Tadi saya masak nasi goreng."
Sheila tertarik dengan kata saya masak."Kakak masak? Seriusan."
Saga hanya menaikan bahunya sembari tersenyum. Lalu berjalan lebih dulu dari Sheila.Gadis itu mengejarnya dan masuk ke dalam kelas, yang ternyata belum ada yang datang.
"Kak, seriusan bisa masak?"
"Kalau iya kenapa? Kamu mau saya masakin?" Tanya Saga yang melihat gadis dihadapannya sangat penasaran.
"Eum bukan gitu. Aku merasa lucu aja eh bukan keren maksudnya."
"Haha, hanya nasi goreng Sheila. Siapa juga yang gak bisa. Kan ada tuh bumbu raciknya," ucap Saga yang membuat Sheila terdiam seribu bahasa. Lalu lelaki itu pergi dengan mengucapkan kata permisi.
Jangan lupa follow+vote+comen yaa
Dengan begitu membuat aku semakin semangat menulisnya.Terima kasih
Salam kenal
Dari aku yang gak bisa cas handphone sampai seratus persen.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Roman pour AdolescentsFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.