Part 19 (s)

153 14 0
                                    

Author POV

Sheila membawa beberapa makanan, dia sudah bersiap dengan jaketnya menunggu ojek online.
Selang beberapa menit kemudian, akhirnya ojolnya pun datang. Sheila segera naik dan bersiap pergi ke suatu tempat, sekitar setengah jam Sheila akhirnya sampai.

Berjalan sangat hati-hati, karena sisa hujan semalam sepertinya belum kering. Tanah merah menempel di sepatu Sheila sangat kontras karena warnanya yang putih.

Dia berhenti di sebuah pohon yang sudah di bangun rumah kecil diatasnya. Menaiki tangga menuju atas, sampai di atas. Bibirnya melengkung, matanya berbinar, dia menghirup udara segar, sepertinya dia harus berterima kasih pada si pembuat tempat ini.

Ada pemandangan lain yang tak kalah indah.

"SELAMAT PAGI, DUTA MAHENDRA ADRIAN."

"Astagfirullah!"

Duta bangun dari mimpi indahnya, berusaha mengumpulkan semua nyawanya. Dengan raut kesal, Duta duduk.

"Kamu nih yah, kalau Aku jantungan gimana!"

"Ya maaf, janji gak lagi,"

Sambil mengangkat tangannya, menggambarkan huruf v.

Melihat Duta masih terdiam, Sheila pun menarik kedua pipi Duta lalu bicara.

"Jelek banget siii, senyum dong!"

"Hmmm,"

"Senyum ih, kan ibadah,"

Duta tersenyum juga akhirnya. Bukan karena perintah Sheila, melainkan Sheila yang sudah ceria kembali.

"Nih,aku tadi bikin nasi goreng. Ga yakin rasanya enak sih, tapi kayanya bisa dimakan kok."

"Yaudah sini, kamu udah sarapan? Ayoo bareng!"

Sheila hanya mengangguk.

Mereka makan dengan tenang, dalam hati Duta bertanya-tanya. Apa yang membuat Shiela menjadi seceria ini. Padahal semalam dia sangat terpuruk.

Duta yang menerima pesan ajakan bertemu saat jam 4 pagi pun tak berani menolak. Padahal sedari malam dia belum sempat memejamkan matanya. Karena warnet sedang ramai-ramainya.

Namun di sisi lain, Duta merasa bersyukur setidaknya dia tidak perlu lagi khawatir.

"Duta, malah bengong. Ouh iya, hari ini ngamen yu,"

"Ngamen?"

"Iya, kenapa kamu sibuk?"

"Engga,"

"Yaudah ayo"

Duta hanya mengangguk dan mengetik sesuatu di handphonenya.

Setelah selesai makan, Duta dan Sheila mulai mengamen. Duta yang membawa topi pun memberikan topi tersebut untuk Sheila.

Duta berpikir bahwa Sheila terlalu polos, dia tidak ingin Sheila bertemu dengan temannya. Karena hal itu pasti akan berefek besar terhadap mental Sheila.

Saat naik angkot ketiga, Sheila membuka topi nya untuk mengambil upah mengamennya.

"Aduh neng, cakep-cakep ko ngamen sih. Kalian pacaran ya? Mau aja sih neng diajak ngamen sama pacarnya."

"Iya, baru pacaran aja udah susah, gimana nikah."

Dua ibu-ibu membuat Sheila geram.

"Kalau ibu ga mau kasih ga apa-apa, tapi bisa ga, jangan ngatain!"

Sheila keluar dari angkot, tangannya ditaha oleh Duta.

"Ini resiko, kamu gak boleh lemah, Cemen banget sih"

Sambil merapikan rambut Sheila, kemudian mengikatkannya. Duta tersenyum mengejek pada Sheila yang menitikan air mata karena kesal.

"Lagian ko orang usil banget, kan suara kmu bagus, wajar dong kalau mereka kasih uangnya. Jahat banget mulutnya."

"Biasa, deterjen namanya juga.",

Ting

Nabila

Ouh iya, gpp ko. Sore bisa kan?

Ternyata balasan pesan dari Nabila untuk Duta

Me

Iya, bisa.

✓✓

Sebelumnya Duta mengirimkan pesan pada Nabila, bahwa dia membatalkan acara latihan nyanyi bareng.

"Dari siapa?"

"Ouh itu Agas"

"Agas? Ngapain"

Bukan duta sekali, dia tidak suka berbohong namun dia tau betul Sheila akan langsung bete jika tau bahwa yang mengirim pesan adalah Nabila.

"Biasa nanyain kapan latihan?"

"Oh," Sheila hanya mengangguk. Mau apa lagi, banting hp baru Duta? Atau bilang Nabila jangan dekat-dekat Duta lagi, mana mungkin. Lagian, Nabila baik, mau kasih pekerjaan ke Duta.

Mereka melanjutkan acara mengamennya. Setelah selesai dan menghitung hasilnya.

"Nih buat kamu semua,"

"Ga usah, uang aku masih ada, banyak."

"Aku juga ada"

"Terus kamu ngapain ngajak Aku ngamen?"

"Sebenernya, tadi pas Aku kesini, aku lewatin pasar apa gitu namanya, terus ada beberapa anak kecil yang bawa kantong plastik kayanya buat mereka jualin deh,"

"Terus?"

"Boleh gak, kalau uangnya kita kasih ke mereka."

"Ouh yaudah, boleh lah,"

"Yeeee, makasih Duta."

"Apapaun buat kamu,"

Sheila hanya tersenyum. Mereka berjalan ke pasar yang tidak jauh dari tempat mereka saat ini.

Sampai di pasar Sheila mabok bukan main, dia berusaha untuk tidak mengeluarkan sesuatu dari dalam perutnya, sesekali bersuara seperti orang ingin muntah.

"Tadi kamu yang ngajakin ke sini, sekarang malah mabok gini,"

"Tapi tadi ga lewat sini, ga bau juga,"

"Yaudah tahan sebentar, siapa tau mereka ada di dekat sini."

Mereka berjalan akhirnya menemukan orang yang mereka cari.

"KA DUTA!"

Teriak 3 anak kecil sekitar umur 7 tahunan, Sheila kebingungan, sepertinya ada yang dia belum tahu.

"Ka-mu,"

Shiela memicingkan matanya.

"Nanti aku jelasinnya ya, sekarang mending kita pergi dulu dari sini, sebelum kamu pingsan."

Lagi? Sheila memang tidak bisa mendeklarasikan dirinya sebagai sahabat Duta, terlalu jauh.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang