Part 66

147 7 0
                                        

Bang Roy kembali ke tempat itu sendirian, aroma khas bumbu BBQ sangat menusuk di hidung, dan membuat lambung demo.

"Duta mana Roy?" tanya Ona, ketika Roy ikut duduk di samping Saga.

"Lagi gak enak badan, gue paksa minum obat dulu tadi," jawab Roy bohong.

"Pantesan diem aja, gue kira galau Sheila datang sama cowok."

"Si Lila, kalau ngomong, kalau gue jadi dia juga gue milih Saga kali,"

"Iya, pinter juga Lu Sheil, Saga cakep banget."

"Bun," ujar Nara memperingati Lila.

Sementara Saga hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya. Melihat kekompakan keluarga ini, dia jadi rindu rumah, rumah dalam artian sebenarnya.

"Nak Saga kuliah di mana?" tanya Ayah.

"Di universitas **** Om," ujar Saga sopan.

"Ayah aja panggilnya." Saga tersenyum canggung.

"Dia mirip Duta pas pertama kali datang ke sini ya, malu-malu soang."

"Mamah sampe bingung, soalnya kalau ditanya ngangguk sama geleng-geleng kepala doang, udah kayak boneka di mobil itu."

Semua yang ada di situ tertawa, Duta ingin sekali bergabung, tapi dia malas, rasa marahnya mengalahkan rasa ingin berkumpul.

Dia memilih untuk ke dapur, siapa tau ada yang bisa dimakan di sana, karena Duta sudah sangat lapar, dia tidak jadi makan kebab tadi sore. Karena harus ke rumah Sheila, pas kembali ternyata Kebabnya sudah di makan Roy. Rasanya anjim banget.

Setelah mencari-cari ternyata Mamah tidak masak, mungkin karena sudah sepakat untuk bakar-bakaran malam ini. Duta menyerah, dia memilih untuk kembali ke kamar, tapi malah berpapasan dengan Sheila.

"Kamar mandi di mana ya?" tanya Sheila ragu-ragu, ketika melihat Duta yang terlihat tidak bersahabat dengannya.

Duta tidak menjawab, dia hanya menunjukkan di mana letak kamar mandi menggunakan wajahnya.

Duta berjalan meninggalkan Sheila.

"Aku takut," ucapan Sheila sukses  menghentikan langkahnya.  

"Cepet. Aku mau istirahat." Sheila tersenyum, lalu segera masuk ke dalam kamar mandi, tidak sampai lima menit Sheila sudah keluar dari kamar mandi, dia pikir Duta menunggunya, ternyata tidak. Sheila kesal dibuatnya. Dia menghentak-hentakan kakinya sembari sumpah serapah.

"Kamu kenapa?" tanya Duta, yang keluar dari sebuah ruangan yang terlihat seperti dapur bersih.

"Kamu gak ninggalin aku?" tanya Sheila malu.

Duta mengangkat minuman kaleng yang dipegangnya.

"Abis ambil minum. Kamu sudah selesai? Yaudah aku ke atas lagi."

"Kamu gak suka aku ada di sini, kenapa ngundang aku kalau gitu. Gak sopan banget, kamu malah diemin tamu, bahkan bersikap dingin pada Kak Saga. Kamu padahal tau, Kak Saga yang nyelamatin kamu, gak seharusnya kamu kayak gitu." Sheila mengeluarkan unek-uneknya. Dia tidak senang melihat kelakuan Duta hari ini.

"Udah ngomongnya? Yang ngundang kamu Mbak Lila dan Mbak Ona, bukan aku. Aku udah bilang makasih sama Kak Saga kamu itu. Masih salah? Ada yang kurang?" Duta berkata dengan nada datar. Dia menekankan kata kak Saga kamu itu.

"Harusnya aku tau, apapun yang berhubungan sama kamu, pasti ujung-ujungnya cuma nyakitin hati aku." Sheila berlalu dari hadapan Duta.

Dia kembali berkumpul dengan yang lain, mereka semua asik mengobrol, Sheila pun begitu, dia sangat nyaman berada di tengah-tengah keluarga ini. Sangat jauh berbeda dengan keluarganya.

"Si Duta gak lapar apa gimana sih, kok gak keluar-keluar ya?"

"Panggil ke sini, bilang ayah sama mamah gak akan makan kalau dia gak ikut makan."

"Siap Yah," ucap Lila.

Lila mengetuk pintu kamar beberapa kali dengan keras sembari meneriakkan nama Duta. Tapi tidak ada sahutan.

Saat knop pintu itu dibuka, ternyata tidak dikunci, Lila masih ke dalam kamar, dan mencari Duta yang ternyata ada dibalkon sembari menggunakan handset-nya dan main game.

"Bagus ya, dipanggilin, ditungguin, kirain lagi istirahat, ternyata main game."

"Awwwss aduh, ampun Mbak, sakit Mbak,"
Ringis Duta kala kupingnya di jewer.

"Gak ada, aku laporin ayah tau rasa kamu!"

Lila tetap menjewer kuping Duta sampai datang ke hadapan semuanya.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang