Duta berniat untuk menyusul ke rumah Sheila, dia berjalan menuruni anak tangga. Badannya sudah sangat terasa lebih baik, dia melewati ruang tengah yang sepi, mungkin Mamah dan Ayah bang Roy sedang ke luar rumah. Dia membuka pintu utama.
"Dutaa!" Teriak perempuan yang menggendong anak perempuan yang terlihat sangat cantik dengan dress dan bando di kepalanya, gemass.
"Nala, uncle kangen." Duta segera menggendong balita tersebut, Lala tersenyum saat berada di gendongan Duta.
"Kampret. Kan Mbak duluan yang manggil kamu, kenapa kamu malah langsung fokus ke Nala."
"Hehe maaf, abis gemesin banget Mbak. Gimana kabarnya Mbak?"
"Alhamdulillah sehat. Gak dimana-mana si Nala jadi artis terus. Kamu gimana? Katanya sampe masuk rumah sakit."
"Udah sembuh Mbak. Repot banget segala jenguk."
"Kok badanmu makin kurus aja sih, nanti Mbak pintain vitamin ke Mas Nara deh."
"Udah dari sosonya Mbak, gak bisa digimana-gimanain lagi. Mas Nara kerja?"
"Iya, kenapa kemarin gak ke rumah sakit Mas Nara aja sih."
"Ceritanya panjang, nanti aja nunggu Mbak Lea biar aku gak cerita berkali-kali."
"Dasar, yaudah kita di dalam aja. Ayah sama Mamah ada?"
"Enggak ada kayaknya, mungkin lagi pergi sebentar."
Duta ikut masuk dengan gelisah. Dia harus menunda untuk mendatangi Sheila. Beruntung yang datang duluan adalah Mbak Lila, dia tidak segalak Ona. Apalagi, wanita itu sedang hamil besar sekarang. Tamatlah riwayatnya.
Sedikit bercerita, kenapa mereka bisa begitu menyanyangi Duta. Awal mulanya karena Duta menyelamatkan Roy yang saat itu pulang dalam keadaan mabuk, karena Roy frustasi dengan kepergian pacarnya untuk selama-lamanya. Roy yang ditemukan oleh Duta tergeletak di jalan akhirnya dibantu untuk sampai ke rumah. Dengan dompet berisikan alamat rumah Roy.
Duta menjelaskan pada keluarga bahwa dirinya menemukan Roy di mana dan sedang dalam kondisi bagaimana. Dari disitulah keluarganya cerita bahwa Roy beberapakali melakukan percobaan untuk mengakhiri hidupnya. Namun, selalu bisa digagalkan. Bahkan mereka sempat melaporkan ke polisi karena Roy sudah menghilang dari rumah sekitar satu Minggu.
Keluarga Roy merasa berhutang budi pada Duta, dia menganggap Duta sebagai keluarga mereka. Apalagi Roy dan Duta bersahabat setelahnya, Roy disadarkan oleh Duta, bahwa dirinya masih memiliki keluarga yang begitu menyanyanginya. Kemudian Roy mendirikan warnet tersebut sebagai pelarian yang baik untuknya. Sementara Duta, dia pun melakukan hal yang sama Duta yang saat itu, sedang hancur-hancurnya karena masalah keluarga. Akhirnya mereka menjadi satu visi dan misi. Dan sampai saat ini, seperti keluarga. Termasuk saat Duta periksa kesehatan dan dinyatakan positif.
Sementara itu, Sheila sedang di introgasi kedua temannya. Sembari meluruskan rbut dengan catokan, Dira tak kunjung berhenti bertanya.
"Sheila, jujur aja sih, sebenarnya lu ada apa-apa kan sama Kak Saga."
"Enggak!" jawab Sheila tegas untuk kesekian kalinya.
"Terus? Eum jangan-jangan, gilaaa! Bisa heboh satu sekolahan ini, kalau tau ternyata cowok yang merek idolakan pacaran sama Lu Sheil." setelah mencoba semua minyak wangi milik Sheila, Raisa pun ikut bersuara.
"Terserah kalian deh, yang penting gue udah jujur, kami gak ada apa-apa."
"Terus kenapa bisa ada di sini Sheil? Gak mungkin kan, dia sodara jauh Lu, atau tetangga lu, sementara dia tinggalnya di apartemen sekarang."
"Kok Lu tau banyak soal Kak Saga Raisa?"
"Ya kan, dari gosip sekolahan."
"Kirain, lu emang kenal dia."
"Ngaco, ya enggak lah. Sheila tuh yang kenal."
"Sekali lagi ngomongin Kak Saga, Gue tinggal tidur ya."
"Eehh jangan, kita ada gosip baru nih Sheil, lu kudu wajib tau. Nyesel kalau gak tau."
Mereka berdua mendekat ke arah Sheila yang sedang duduk di kasur. Sepertinya, dia harus sedia cemilan nih.Tipis-tipis aja yaaa guysss... Happy weekend. Jangan lupa vote dan komen yaaa
KAMU SEDANG MEMBACA
Sheila on Duta (SELESAI)
Teen FictionFollow dulu sebelum baca Gebetan akan selalu kalah dari mantan terindah! Warning! Cerita ini dilindungi oleh undang-undang hak cipta. Jadi jangan berani-berani untuk menjiplak.