part 30

196 12 2
                                        

Jangan lupa vote coment guysss

Author POV

Selagi masih berpijak di bumi yang sama. Kita tidak bisa menolak takdir pertemuan yang sudah di tetapkan oleh Allah.

Semua orang bisa menghindar tapi tidak ada yang bisa berlari untuk takdir. Seperti yang sedang Sheila lakukan saat ini. Dia harus berada di tempat yang sama dengan orang yang mungkin dia benci.

Sheila masih sibuk dengan aktivitasnya. Menyiarami tanaman milik sang oma. Dia memang melihat bahwa Duta membawa sebuket bunga matahari. Entah untuk apa. Sheila menolak untuk lupa bahwa kemarin dirinya ditinggal begitu saja oleh Duta.

"Ini bunga dari teteh aku."

"Simpan aja di meja." Tanpa minat Sheila bicara tanpa melihat ke arah Duta.

"Ga bisa kamu ambil aja."

"Kamu ga ngerti ya, apa yang aku ucapin." Kali ini Sheila sedikit meremas selang yang berbeda di tangan kanannya itu.

Duta tidak menjawab dia langsung menaruh bunga tersebut. Di meja rotan yang berada di teras rumah itu. Sheila melihat dari ujung matanya. Duta terdiam sebentar melihat Coklat panas itu. Dia merasa de Javu seperti coklat yang manis. Duta sering membuatkan coklat untuk Sheila ketika perempuan itu sedang sedih. Sheila berhenti melihat Duta dia memejamkan matanya dan meneteskan air matanya lagi.

Duta berjalan menghampiri Sheila. "Aku pulang dulu."

"Silahkan."

Duta kemarin boleh berbangga hati. Melihat Sheila yang seperti masih mengharapkannya. Namun, saat ini Duta harus tahu bahwa dirinya tidak sepenting itu. Setidaknya, Sheila ingin Duta mengerti bahwa akan ada saatnya seseorang berhenti karena lelah. Jauh di lubuk hatinya. Sheila tentu belum bisa melupakan apapun kenangan dengannya.

Setelah di rasa cukup jauh Duta pergi. Sheila langsung berjalan untuk mengambil bunga tersebut. Dia menghirup aroma khas bunga tersebut. Diambilnya kamera kemudian di abadikannya bersama cokelat panas tersebut.

"Terima kasih."

***

"Duta, kamu malah bengong di sini. Teteh nyari kamu tahu. Kamu kemanain bunga matahari yang mau di kirim ke distributor."

"Bunga apa teh, duta di sini aja dari tadi."

"Awasnya amun bohong. Eteh bejeuk kamu."

"Iya atuh. Sok aja."

"Huh"
Teh Riska sangat hafal kelakuan adik semata wayangnya tersebut. Namun dia belum punya bukti.

Setelah sang teteh pergi, Duta mengelus dadanya. Beruntungnya dia pagi ini. Berhasil lolos dari amukan sang Kakak.

Selamat pagi

Handphone Duta berbunyi. Ternyata pesan itu dari salsa. Dia ada janji weekend ini akan pergi ke taman yang baru saja di buka. Padahal Duta sendiri tidak begitu menyukai pergi ke tempat begitu. Namun salsa akan marah dan mendiaminya beberapa hari. Duta malas untuk membujuknya. Andai 2 Minggu yang lalu dia tidak melantur pada salsa untuk melanjutkan kisah yang sempat tertunda itu. Mungkin sekarang Duta tidak harus merasa serba salah.

Duta paham. Tidak akan ada wanita sesabar salsa. Perempuan itu sangat sederhana dan menyenangkan. Andai dia masih punya rasa yang sama seperti 2 tahun lalu. Dia akan menjadi lelaki paling beruntung.

***

"Makasih ya teh Riska bunganya."

"Bunga? Eum bunga matahari ya."

"Iya teh, tahu aja aku suka."

"Eh iya, kebetulan pisan nyah. Syukurlah kalau suka mah."

"Iya teh, hari ini jadi kan kita ke tempat pengolahan produk susu sapinya."

"Iya boleh. Tapi kedap nyah. Eteh ada pertemuan sama pak kades. Sakedap sih."

"Iya sok teh."

Sheila bersiap-siap untuk berganti baju. Ada notifikasi pesan masuk dari WhatsApp. Ternyata itu dari salsa. Ponakannya tersebut mengirimkan gambar sedang di sebuah taman bersama seseorang.

Deg

Duta plin plan banget yaa

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang