Part 11 (s)

177 17 0
                                    

Author POV

"Kamu keren nyanyinya tadi," ucap perempuan yang berada di sampingnya Duta. Ya siapa lagi kalau bukan Nabila. Perempuan itu memujinya, tidak aneh sih, memang itu kenyataan. 

"Eum iya makasih, kamu juga."kali ini Duta menampilkan senyumnya. Ouh tidak apakah Duta seperti tertarik? Dia hanya basa-basi.

Mungkin kagum iya, sebelumnya beberapa kali Duta pernah bernyanyi duet di beberapa event, tapi obrolan mereka berhenti saat turun dari panggung.

Duta tidak terbiasa untuk berbasa-basi dengan siapapun itu. Namun pengecualian untuk yang satu ini. Dia merasa Nabila adalah orang yang cukup asik.

"Lain kali boleh kita latihan bareng." Ouh no, siapapun ambigu, ini ajakan atau pertanyaan sebenarnya. Namun, dilihat dari segi gesture dan sebuah kartu nama yang gadis cantik itu berikan. Duta bisa menyimpulkan bahwa itu adalah sebuah ajakan.

Duta mengambil kartu nama itu dan mengangguk.

"DUTA!" Teriak seseorang memanggil namanya, dari jarak yang cukup dekat.

"Sheila," ucap Duta saat Sheila sudah benar-benar dekat dengannya.

"Aku tadi mau ke warnet, eh malah liat kamu di sini. Btw pacarnya yaa" Sheila memasang wajah so misterius. kalimat terakhir, dia berbisik. Seakan telah menemukan rahasia besar dalam diri sahabatnya itu.

"Engga, kita hanya berjanji untuk latihan bersama iya kan Duta," ucap Nabila, dia mendengar yang dibisikan Sheila, dia tidak ingin, gadis yang entah siapanya Duta itu salah paham.

Duta hanya mengangguk. Sheila tersenyum kecut, gagal sudah dirinya mendapat kartu kemenangan.

"Eum sepertinya aku harus pulang sekarang, kebetulan supir aku udah datang. Sampai nanti,"

"Ouh iya hati-hati ya." Sheila berusaha ramah pada gadis cantik itu.

Tak lama setelah mobil itu pergi Duta mengarahkan tangannya ke tong sampah. Ouh my God, dia baru saja membuang kartu nama Nabila.

"What! Kenapa dibuang Duta, ya ampun." Sheila berteriak panik. Ingin sekali, mengambil kartu nama tersebut dari tong sampah. Namun dia jijik.

"Apa sih lebay deh, lagian sebenernya suara dia ga sebagus penampilannya." Jadi, yang tadi itu apa? Semoga hanya duta yang begini.

"Maksud kamu?" Tanya Sheila.

"Aku gak mau buat sahabat aku nahan cemburu kaya gitu."

Duta berlalu, mendahului sheila yang mematung di tempat, jadi tatapan memuja itu hanya sebuah intimidasi saja. Ouh ayolah, sepertinya Duta butuh liburan sekarang.

***
Denting suara sendok dan garpu menghiasi acara makan siang mereka kali ini.

Sheila dan Duta sedang makan siang bersama di sebuah tempat makan kekinian.

Awalnya Sheila ragu untuk makan di sini. Namun, Duta menyakinkan bahwa dia akan mentlaktir, karena baru saja mendapatkan rejeki lebih.

"Ada yang mau aku tanyain," ucap Sheila dengan tenang.

"Apa?" Tanya Duta sambil mengunyah makanannya.

"Kamu sebenarnya masih sekolah atau engga? Maaf mungkin aku sedikit kepo" Sheila sebenarnya tidak enak hati menanyakan hal ini. Namun, rasa penasarannya membuat dia harus merasa tega kali ini.

Duta memberhentikan acara mengunyahnya. Lalu menelan makanannya yang masih belum sepenuhnya halus.

"Kayaknya mau hujan, ayo abisin makannya nanti aku antar pulang."

"Apa sih susahnya jawab doang, ga usah ngalihin pembicaraan," Tegas Sheila pada Duta.

"Eum ya sekolah," Jawaban yang sangat ragu di layangkan oleh Duta.

"Masa kamu jarang kesekolah setelah kelulusan?"

"Ya emang ga boleh bolos."

"Setidaknya dalam seminggu kamu ga ada masuk sekolah, apa gurumu tidak memanggil orang tuamu?" Tanya Sheila dengan geram.

"Engga, aku ga sekolah. Puas? Aku cabut dulu." Duta bangkit dari tempat duduknya. Lalu membayar bil ke kasir.

Dia tidak lagi menengok ke arah belakang. Berjalan dengan cepat meninggalkan Sheila yang merasa bersalah sekarang.

Kenapa Duta harus semarah itu, padahal Sheila tidak akan menghakiminya.

Yang belum Sheila ketahui, bahwa hal ini sangat sensitif sekali. Beberapa masyarakat akan mengolok-olok mereka yang tidak bersekolah. Mungkin itu juga yang Duta takutkan saat ini.

Sheila tidak lagi menghabiskan makanannya. Dia bangkit lalu bergegas untuk pulang, sepertinya dia atau pun Duta harus memiliki waktu sendiri-sendiri dulu saat ini.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang