Part 20 (s)

185 16 2
                                    

Jangan lupa vote and comen yaaa

Author POV

Sheila dibawa oleh Duta ke pinggiran kota Jakarta. Banyak rumah semi permanen yang terbuat dari kayu bekas dan kardus. Sheila  memegang erat tangan Duta, melihat kelakuan Sheila Duta hanya bisa tersenyum.

"Jadi?"

Sheila menuntut penjelasan dari Duta.

"Jadi gini kak, kak Duta ini selalu bagi-bagikan makanan dan buku sama kita, kadang uang juga buat jajan."

Mata sheila melirik Duta, masih menuntut penjelasan.

"Jadi gini, kamu tau kan Aku suka ngamen? Ya buat mereka ini, berbagi itu menyenangkan."

"Maksudnya kamu... Selama ini, Aku masih gak percaya, ternyata Kamu itu, seperti box hadiah, tidak tertebak apa isinya." 

Duta hanya bisa mengangguk, dia tidak bisa memberikan penjelasan lebih lanjut. Karena tidak baik mengumbar kebaikan yang sudah dilakukan.

"Ya ampun, aku ga nyangka loh, zaman sekarang, ada ya remaja kayak  kamu, bahkan aku aja gak kepikiran."

"Aku juga gak nyangka sama kamu,"

"Aku?"

"Iya, selama besar ini, kamu belum Pernah ke pasar."

"DUTA!"

Sheila mencubit lengan Duta, yang punya lengan mengusap kepala Sheila.

"Gimana, kalau hari ini kita pergi makan?"

"Mauuuu!"

Duta membawa mereka ke sebuah warung nasi sederhana.
Sheila tersenyum kikuk bingung makanan apa yang harus dia makan. Mengingat terakhir kali dia makan di pinggiran seperti ini perutnya langsung beraksi. Sumpah, dia tidak

"Kamu pesenin buat aku ya, aku mau pergi ke luar sebentar,"

Sheila hanya mengangguk, kemudian mengedarkan pandangannya melihat anak-anak yang sedang lahap makan.

Sheila sedikit kebingungan, akhirnya dia memilih ikan goreng dan tahu tempe juga sayur kikil untuk Duta. Sesungguhnya dia tidak tau apa makanan kesukaan duta.

Selang beberapa menit kemudian, Duta datang dengan kantong kresek di tangannya.

"Dari mana?"

"Dari MCD depan, nih buat kamu,"

"Loh kok?"

"Aku tau kamu ga bisa makan yang kaya gini, nanti sakit perut lagi."

"Aku bisa, di rumah juga makannya sama begini." 

"Udah, makan gih, ini buat aku kan?"

Sheila hanya mengangguk, kemudian Duta memakan makanan yang sudah di pesankan.

Seorang anak perempuan melihat ke arah Sheila, tidak lebih tepatnya pada makanan yang sedang Sheila santap, awalnya Sheila tidak menyadari sampai akhirnya dia merasakan seperti dilihat oleh seseorang.

"Kamu mau?"

"Engga ko ka"

"Udah, ga apa-apa, makan aja nih"

Sheila memberikan makanannya untuk anak perempuan tersebut.

Duta bingung, ini mungkin salah dia. Karena hanya membelikan satu untuk Sheila.

"Maaf ya,"

"Ga apa-apa, gampang lah aku masih kenyang. Lagian aku bisa beli ko"

"Yaudah."

Padahal, Sheila adalah satu dari ribuan wanita yang selalu meninggalkan makan dengan melupakan kondisi badan yang sebenarnya, mengidap penyakit magh.

Mereka semua selesai makan, mereka berpamitan pada Sheila dan Duta.

"Makasih ya kak"

"Iya sama-sama,"

"Makasih ya Kakak cantik, kapan-kapan main lagi ketempat kami."

"Iya siapppp, Ade cantik"

Segerombolan anak kecil itu berlari kegirangan. Sheila melihat ke arah Duta yang memasang wajah misterius.

"Makasih untuk hari ini Kaka cantik."

"DUTA!"

Sheila kesal dan malu dalam waktu yang bersamaan.

Ting

Nabila

Duta? Jadi kan?

15:00

                                                            DM
                           Jadi, bentar aku kesitu.
                                                             ✓✓

"WA dari siapa?"

"Oh engga ini aku udah ditunggu."

"Yaudah, aku juga harus pulang."

"Gak mau dianterin dulu?"

"Mau"

Namun, itu hanya dari dalam hati sheila.

"Engga, gampang. Bisa naik ojek online andalanku." Senyumnya lebar kali ini.

"Yaudah aku pergi dulu ya,"

Mereka pun berpisah, Duta mencoba fokus, tapi  dia merasa cemas pada Sheila. Karena dia masih di daerah pasar yang lumayan berbahaya.

Sheila berjalan mengikuti arah ojol yang tidak bisa masuk ke daerah yang dia tempati, karena banyak Ojek pengkolan yang ada  di situ.

"Hey, Neng. Gimana ngamennya tadi seru?"

"Maksudnya?"

"Jangan belaga ga ngerti deh, lu kalau mau aman ngamen di tempat ini, lu harus bayar uang keamanan."

Preman pasar tersebut, ternyata melihat aktivitas ngamen Sheila dan Duta. Bagi preman itu  jika mengamen harus membayar uang keamanan padanya.

"Kan saya ga dijagain juga, ngapain harus bayar."

"Wah nantang nih bocah," 

Duta yang sudah sampai di tempat latihan, baru akan membuka helm ojolnya, sebuah dering telepon masuk dari saku nya terdengar nyaring.

"Bos, ini cewe yang tadi siang bareng lu, sekarang lagi dibawa paksa sama si ogil."

Duta tidak banyak bicara dia menyuruh ojol tersebut turun dan dia lah sekarang yang mengendarai sedangkan Abang ojolnya di bonceng oleh dia.

Bukan hanya kencang dan cepat, Duta seperti orang yang kesetanan mengendarai motor itu.

Sheila on Duta (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang